12/25/2016

Peran Akhlaq Mulia

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

((أنا زعيم ببيت في ربض الجنة لمن ترك المراء وإن كان محقًّا، وببيت في وسط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان مازحًا، وببيت في أعلى الجنة لمن حسن خلقه))

"Aku menjamin sebuah rumah di pinggir Surga bagi seorang yang meninggalkan perdebatan dalam agama walaupun dia yang benar, dan aku menjamin sebuah rumah di tengah Surga bagi seorang yang meninggal dusta walaupun ia sedang bercanda, dan aku menjamin sebuah rumah di tempat tertinggi di Surga bagi seorang yang baik akhlaqnya."

(HR. Abu Daud, no. 4800, ath-Thabraniy dalam al-Kabïr: 8/98, al-Baihaqiy dalam as-Sunan al-Kubra: 10/420, dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Shahih at-Targhib, no. 2648)

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- (beliau) berkata,

((سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن أكثر ما يدخل الناس الجنة فقال: تقوى الله وحسن الخلق، وسئل عن أكثر ما يدخل الناس النار فقال: الفم والفرج))

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang amalan yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam Surga, beliau menjawab,
'Ketakwaan kepada Allah dan ahklaq yang baik', dan beliau ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam Neraka, beliau menjawab, 'mulut dan kemaluan'."

(HR. Tirmidziy, no. 2004, Ahmad: 2/442, Ibnu Hibban: 2/224, dihasankan oleh al-Albaniy dalam kitab Shahih at-Targhib, no. 2642)

Selain merupakan sebab masuk Surga, akhlak mulia memiliki peran yang sangat penting dalam berdakwah di jalan Allah. Jika ada seorang yang menyangka bahwasanya manusia masuk ke dalam Islam hanya karena agama Islam itu rasional dan mudah dicerna oleh akal, maka tidak ragukan jika orang tersebut telah keliru.

Banyak manusia yang masuk ke dalam Islam karena melihat akhlak pemeluk agama ini, demikian pula karena para dai yang mengajak manusia untuk taat kepada Allah memiliki akhlak yang mulia, dan bukti tentang perkara ini sangat banyak. Oleh karenanya, konsisten di atas akhlak yang mulia memiliki efek dan manfaat yang sangat besar, dan cukuplah sejarah kenabian menjadi bukti konkrit akan hal ini, berupa akhlak Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam yang sangat dikagumi oleh kaum musyrikin sebelum diutusnya beliau menjadi seorang nabi, sehingga mereka mempersaksikan beliau adalah seorang yang jujur dan menjaga amanah.

Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhu-, beliau berkata, "tatkala ayat ini turun;

وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ

"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabat dekatmu." (Asy-Syu'ara: 214)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Apa pendapat kalian jika aku kabarkan kepada kalian bahwasanya seekor kuda akan keluar dari dasar gunung ini, apakah kalian akan membenarkanku?' mereka menjawab, 'kami tidak pernah mendapatimu berdusta', beliau lalu berkata: 'Sesungguhnya aku memberikan peringatan untuk kalian tentang adzab yang sangat (pedih)'."

(HR. Al-Bukhariy, no. 4971, Muslim, no. 208)

Dari keterangan di atas, selain ilmu dan semangat dalam menyampaikan kebenaran, akhlak yang mulia juga harus menyertai keduanya. Tidak sedikit manusia yang lari dari sebuah kebenaran yang disampaikan, hanya karena akhlak buruk orang yang menyampaikan kebenaran tersebut. Dan sebaliknya, betapa banyak manusia yang menerima dan mengikuti kebathilan dan kesesatan, hanya karena penyeru kebathilan dan kesesatan memiliki tutur kata yang baik dan akhlak yang terpuji.

Semoga Allah Ta'aala menganugerahkan kepada kita semua akhlak yang baik lagi terpuji, āmīn.

Dari: Muhammad Tamrin Abu Zakariyya at-Tawawiy. Bojong Kulur, Gunung Putri, Bogor.

LISAN SYIRIK

Saudaraku... Diantara malapetaka lisan yg paling dahsyat, yg dapat membinasakan di dunia dan akhirat adalah mengucap kan perkataan syirik...

Hati- hatilah... Terkadang kalimat syirik keluar dari lisan kita sementara kita tidak sadar...

I. DIANTARA BAHAYA SYIRIK DI DUNIA

*ALLAH TIDAK AKAN MENGAMPUNI YG MATI DI ATAS KESYIRIKAN*

(إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا)

_"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya."_
[Surat An-Nisa' 116]

*AMALAN MEREKA DI HAPUS DAN SIA-SIA*

(وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ)

_"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi."_
[Surat Az-Zumar 65]

II. DIANTARA ANCAMAN AKHIRAT

*HARAMNYA SURGA BAGI MEREKA*

( إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ)

_"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun."_
[Surat Al-Ma'idah 72]

III. DIANTARA LISAN YG SYIRIK

❌ Berdoa kpd selain Allah dan menyambat nama selain Nya, baik Nabi, Malaikat atau orang 2 shalih.

❌ Meminta perlindungan dan pertolongan  kpd Jin, seperti yg dilakukan para dukun dan tukang sihir.

❌ Bersumpah dengan selain nama Allah. Seperti : Demi Nabi, Demi malaikat,  demi wali, dll

❌ Mengucapkan anggapan sial terhadap waktu atau tempat atau lainnya (Tathoyyur), Seperti ucapan akan sialnya bulan shafar, sialnya suara burung di malam hari, dll.

❌Mencela waktu atau masa tertentu, Seperti mengatakan، ini bulan sial, atau hari sial dll..

❌ Mengatakan
ماشاءالله ثم شئت
(Ini kehendakmu kemudian kehendak Allah )

❌ Menyandarkan Nimat kpd selain Allah, seperti perkataan : Klu tidak ada dokter /obat aku mati tadi malam, klu tidak ada satpam  pasti maling masuk, dll..

❌Memuji Nabi atau orang shalih dgn Ghuluw (melampaui batas),  seperti shlawat badar, nariah, dll.

❌ Menamai atau menggelari atau menyifati  seseorang dgn kekhususan nama, gelar dan sifat kekhususan Allah, sehingga dia di panggil dgn itu, seperti gelar RAJA DI RAJA, ALHAKAM (PENENTU HUKUM),  dll.

Saudaraku... Setelah kita tahu maka hati hatilah dan jagalah lisan dr mengucapkan kesyirikan...

Dari: Abu Ismail.Ma'had Riyadhusshlihiin, Pandeglang.

Kebaikan dan Keburukan Untukmu

Saudaraku...  Manusia di dunia ini  pasti beraktifitas atau beramal, hanya saja diantara mrk ada yg beramal shalih yg di Ridhoi Allah,  ada yg  beramal  buruk yg di murkai Allah...

Ketahuilah bhw Allah tidak butuh dgn amalan kita, namun buah dr semua amalan yg kita lakukan kembali  kpd kita dan utk kita sendiri baik yg baik maupun yg buruk, yg akan di dapatkan balasannya di dunia dan akhirat...

SIMAKLAH PERNYATAAN ROBBUL ALAMIN...

(مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۖ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ)

_"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan."_
[Surat Al-Jathiya 15]

(إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ

_"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri"_
[Surat Al-Isra' 7]

JANGAN KHAWATIR...
SEMUA PASTI DI CATAT...

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لاَ يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَلاَ كَبِيْرَةً إِلاَّ أَحْصَاهَا وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًا وَلاَ يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (49)

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.’ Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (QS. Al-Kahfi: 49)

SEMUA PASTI  DI BALAS...

(فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ)
(وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ)

_"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.* Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula._
[Surat Az-Zalzalah 7-8]

JANGAN ANGGAP REMEH KEBAIKAN ATAU KEBURUKAN...

وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ

_“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.”_ (HR. Abu Daud no. 4084.  shahih).

«اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ»

_“Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”._

BUKU CATATAN AMAL PASTI DIBERIKAN... DGN TANGAN YG MANA KITA TERIMA ? ?

*BILA DI TERIMA DGN YG KANAN...*

فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيْرًا (8) وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا (9)

_“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.”_(QS. Al-Insyiqaaq: 7-9)

*BILA DI TERIMA DGN YG KIRI...*

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ (10) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوْرًا (11)

_“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang,(dengan tangan kiri) maka dia akan berteriak: “Celakalah aku.”_(QS. Al-Insyiqaaq: 10)

YA ALLAH...

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

_“Ya Allah, bantulah aku agar senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu”._

Dari: Abu Ismail, ma'had Riyadhusshalihiin, Pandeglang.

6/09/2016

Saat Hidayah Menyapa

KUN FA YAKUN (MUSIBAH YANG MENYEBABKANKU LUMPUH)

Pada suatu hari ayahku datang kepadaku dan berkata tentang suatu hal yang aku perbuat. Yaitu sebuah perbuatan maksiat dan sebuah hal yang tidak diinginkan oleh setiap bapak terjadi pada anaknya, maka iapun berkata kepadaku, ” Engkau merokok?!”

Aku berkata kala itu, ”Demi Allah yang Mahaagung, aku tidaklah merokok !!”

Aku bersumpah atas nama Allah bahwa aku tidak merokok, namun aku lupa dengan apa yang disabdakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:

الْكَبَائِرُ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَالْيَمِينُ الْغَمُوسُ

”Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh nyawa (orang lain) dan sumpah ghamus.” (HR Bukhari)

Sumpah ghamus adalah sumpah yang di dalamnya ia berdusta dengan sengaja. Sumpah dusta tersebut menjerumuskan pelakunya ke dalam dosa dan berhak untuk diadzab di neraka. Sumpah dusta ini tiada baginya tebusan kecuali taubat yang sebenar-benarnya taubat. Wahai saudaraku, jika sumpah seorang pendusta tidak ada baginya tebusan melainkan dengan taubat yang benar, berapa banyakkah dari umat Islam sekarang ini yang berdusta dalam sumpahnya?

Kemudian — ketika itu — aku mengangkat suaraku di hadapan ayahku. Aku mempraktikkan sebuah pepatah ”Yakinkanlah mereka dengan suara yang keras” karena sesungguhnya ayahku tidak melihatku merokok secara langsung. Ia hanyalah mendengar tentangku saja. Aku telah mengangkat suaraku padahal Allah Ta’ala berfirman:

“Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ”ah” dan janganlah kamu membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS Al-Isra: 23)

Subhanallah!! Kata “ah” saja merupakan kedurhakaan yang paling kecil yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah. Wahai saudaraku, bagaimanakah halnya tatkala engkau mengangkat suaramu? Tentunya perkataan yang keluar dari mulutmu itu lebih dari sekedar kata “ah”. Dan engkau telah membuat ayahmu marah, padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Ridha Allah pada ridha orangtua dan murka Allah pada murka orangtua.”

Sementara kematian datang seperti kilat, datang hanya di antara dua huruf saja (كن ‘kun’) jadilah maka jadilah. Allah Ta’ala hanya berkata ‘kun’ (jadilah), kata tersebut dapat mengangkat derajat suatu kaum atau merendahkan derajat kaum yang lain, memuliakan atau menghinakan suatu kaum, melapangkan atau menyempitkan rezeki suatu kaum, mematikan atau menghidupkan, dengan kata ‘kun’ saja…

Wahai saudaraku, bagaimana engkau dapat mendurhakai ayahmu atau ibumu jika engkau tidak mengetahui kapan engkau mati?

Ketika aku berkata kepadanya, “Demi Allah aku tidak merokok” dan aku mengangkat suaraku di hadapannya, jadilah suaraku itu lebih tinggi dari suaranya, padahal dia sangat yakin bahwa aku merokok. Lepaslah doa dari ayahku kepadaku, maka ia berkata: “Jika kamu berdusta, semoga Allah mematahkan lehermu.”

Sekiranya saja wahai saudaraku, aku meninggal seketika itu juga sungguh betapa meruginya aku, rugi kehidupanku semuanya. Aku layak mendapatkan api neraka, karena ridha Allah terdapat pada ridha orangtua dan marah Allah terdapat pada marah orangtua.

Baiklah wahai saudaraku…bagaimakah jika halnya aku tidak meninggal…namun tatkala aku kembali ke rumah lantas aku mendapati kedua orangtuaku itu yang lebih dahulu meninggal dunia? Atau seandainya salah seorang dari kalian telah membuat ayahnya murka lalu ia kembali dan mendapatinya telah menjadi mayat? Sekiranya anak yang meninggal dahulu mungkin orangtuanya masih bisa memaafkan kesalahannya. Tetapi jika ayahnya meninggal terlebih dahulu, siapa yang akan memaafkannya? Bagaimana ia bertemu Rabbnya kelak pada hari kiamat?

Keesokan harinya aku pergi ke laut untuk berenang bersama adikku dan teman-temanku. Selesai berenang di laut, kami pergi ke kolam renang dekat pantai. Kolam renang masih dalam keadaan tertutup. Teman-temanku hampir pulang. Aku tidak berputus asa dan melarang mereka pulang. Aku punya ide untuk memanjat pagar. Akhirnya teman-temanku senang dengan ideku. Kami memanjat pagar dan masuk ke kolam renang.

Kedalaman air kolam satu setengah meter dan ada pula yang tiga meter. Tinggiku saat itu seratus delapan puluh dua senti meter dalam keadaan sehat wal afiat. Saat itu aku terjun melompat ke kolam renang. Allah telah menetapkan “Jadilah Anda lumpuh” maka seketika itu juga aku lumpuh.

Dapatkah Anda membayangkan, berapakah waktu yang ditempuh saat aku terjun sampai aku lumpuh? Hanya hitungan detik. Aku bertanya kepadamu, bagaimana jika Allah memutuskan saat itu “Jadilah anda mati”? Jika aku mati saat itu, di mana tempatku? Di surga atau di neraka? Sebelumnya aku telah berbuat dosa dengan sumpah palsu, aku durhaka kepada orang tuaku dengan meninggikan suaraku di hadapan ayahku; aku terlambat shalat Shubuh padahal ayahku telah membangunkanku saat Shubuh tiba, tapi aku mengatakan “ya” dan setelah ayahku pergi aku tidur lagi sampai bangun kesiangan dan shalat terlambat. Padahal Allah berfirman,

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya…” (QS Al-Ma’un: 4-5)

Aku bergaul dengan teman-teman yang tidak baik. Jika aku meninggal saat itu, bukankah aku meninggal dalam keadaan su’ul khatimah (akhir yang buruk)? Allah Maha Penyayang, Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk bertaubat. Saat aku meluncur ke kolam renang, kepalaku membentur dasar kolam renang dan kudengar suara leher patah dengan jelas beberapa kali. Seketika itu juga aku lumpuh total tidak bisa menggerakkan badanku. Darah keluar dari hidungku. Aku juga tidak bisa berbicara. Teman-temanku dan adikku Haitsam yang ikut bersama kami tidak ada yang tahu kalau aku dalam keadaan sekarat. Ada seorang temanku yang curiga dan berkata kepada adikku bahwa aku belum juga muncul dari dasar kolam. Adikku menjawab, “Kakakku gemar menyelam, nanti juga akan muncul.” Kemudian adikku keluar dari kolam dan mengambil sebatang rokok dari saku bajunya dan menyalakan korek api untuk merokok menjauh dari kolam renang.

Aku sempat bertahan dan sadar sampai sekitar beberapa menit. Biasanya aku mampu menyelam selama dua sampai dua setengah menit. Tapi saat itu aku berjuang untuk bertahan hidup dan menahan nafas lebih dari tiga menit. Aku sempat mengeluarkan nafas agar gelembung udara di air bisa sampai di atas kolam dan terlihat oleh teman-temanku dan segera menolongku.

Dalam keadaan sadar tersebut terlihat di benakku rekaman film hidupku selama sembilan belas tahun. Sejak masa kecilku sampai aku mengalami musibah ini. Aku banyak melakukan kemaksiatan. Terakhir terlihat dalam film itu kejadian beberapa waktu yang lalu ketika aku bersedekah kepada ibu pemulung dan membelikan makanan untuknya. Ibu pemulung tersebut terharu dengan perbuatanku tersebut dan menengadahkan kedua tangannya mendoakanku. Selesai makan ibu itu menengadahkan kedua tangannya kembali dan mendoakanku kemudian pergi. Selesai melihat rekaman kejadian ibu pemulung tersebut, Allah lapangkan dadaku, maka aku teringat hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,

” من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة ” رواه أبو داود

“Barangsiapa akhir ucapannya La ilaha illallah maka ia akan masuk surga.” (HR Abu Daud dan dimuat oleh Syaikh Albani dalam kitab Shahih Abu Daud )

Aku mengucapkan dua kalimat syahadat dengan menggerakkan bibirku. Setelah itu aku kemasukan air dan pingsan tak sadarkan diri dalam air. Adikku selesai merokok kembali ke kolam renang dan belum melihatku muncul dari dasar kolam. Ia lalu mencariku dan menemukanku pingsan dalam air. Segera ia mengangkatku dibantu teman-temanku. Ia berusaha mengeluarkan air dari perutku. Adikku melihat kepalaku dalam keadaan terbalik dan segera membawaku ke rumah sakit.

Dalam perjalanan ke rumah sakit, salah seorang temanku membuat nafas buatan dari mulutnya ke mulutku. Aku sempat siuman dan mengatakan kepada adikku dan teman-temanku bahwa aku lumpuh. Aku berpesan agar adikku menelpon ke rumah, jika ibuku yang mengangkat telpon jangan beritahukan keadaanku tapi jika ayahku yang mengangkat telpon maka beritahukan kepadanya. Adikku menelpon ke rumah dan ayahku yang mengangkat telpon dan segera ayahku ke rumah sakit King Fahd. Tidak lama kemudian ibuku datang ke rumah sakit sambil menangis.

Setelah kejadian tersebut ayahku menyesal, menangis melihat penderitaanku. Aku tidaklah menyalahkan ayahku, aku menyalahkan diriku sendiri. Ini semua merupakan takdir Allah yang mesti aku terima dengan ridha dan berprasangka baik kepada Allah. Ayahku mendoakanku dengan kebaikan setelah kejadian tersebut “Allahu yakhtaru laka ath thayyib” “Semoga Allah memilihkan kebaikan untukmu”, “Allahu yakfika syarraka” “Semoga Allah mencukupimu dari keburukanmu” Ibuku mendoakanku “Semoga Allah mengganti teman-temanmu dengan teman-teman yang saleh.”

(Saat Hidayah Menyapa, Fariq Gasim Anuz, Daun Publishing, 2010)

5/23/2016

Selalu mencari kebenaran, diantara sumber / pendapat yang paling benar, tanpa merasa diri yang paling benar

"Selalu mencari kebenaran, diantara sumber (dalil) / pendapat yang paling benar (rajih), tanpa merasa diri yang paling benar."

5/16/2016

Beberapa amalan penghapus dosa

1- Menyempurnakan wudhu dan berjalan ke masjid
“Jika seseorang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya kemudian berangkat sholat dengan niatan hanya untuk sholat, maka tidak melangkah satu langkah kecuali Allah angkat satu derajat dan hapus satu dosa” (HR. Al Tirmidzi)

2-  Puasa hari Arafah dan A’syura’
“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)

3- Shalat Tarawih di bulan Ramadhan
“Siapa yang menegakkan ramadhan (shalat tarawih) dengan iman dan mengharap pahala Allah maka diampunilah dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘Alaihi)

4- Menjaga shalat lima waktu dan jum’at serta puasa Ramadhan
“Shalat lima waktu dan jum’at ke jum’at dan Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa diantara keduanya selama menjauhi dosa besar” (HR Muslim)

5- Mengumandangkan adzan
“Seorang Muadzin diampuni dosanya sepanjang (gema) suaranya” (HR Ahmad)

6- Shalat wajib
”Apa pendapat kalian sekiranya ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian, dia mandi setiap hari 5 kali, apakah tersisa kotorannya? Mereka (para Sahabat) berkata:”Tidak tersisa dari kotorannya sedikit pun.”Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ”itu seperti shalat lima waktu, menjadi sebab Allah hapus dosa-dosa.”(HR. Bukhari dan Muslim)

7- Memperbanyak sujud
“Hendaklah kamu memperbanyak sujud kepada Allah, karena tidaklah kamu sekali sujud kepada Allah kecuali Allah mengangkatmu satu derajat dan menghapus satu kesalahanmu (dosa)” (HR Muslim)

8- Shalat malam
“Hendaklah kalian sholat malam, karena ia adalah adat orang yang sholeh sebelum kalian dan amalan yang mendekatkan diri kepada Robb kalian serta penghapus kesalahan dan mencegah dosa-dosa” (HR. Al Hakim)

9- Berjihad dijalan Allah
“Semua dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali hutang” (HR Muslim)

10- Mengiringi haji dengan umrah
“Iringi haji dengan umroh, karena mengiringi antara keduanya dapat menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana Al Kier (alat pembakar besi) menghilangkan karat besi” (HR Ibnu Majah)

11- Shadaqah
“Shadaqah menghapus dosa seperti air memadamkan api” (HR Ahmad, Tirmidzi)

12- Menegakkan hukum pidana sesuai syariat Islam
“Siapa saja yang melanggar larangan Allah kemudian ditegakkan padanya hukum pidana maka dihapus dosa tersebut” (HR. Hakim)

13- Membaca doa setelah mendengar adzan
”Barang siapa yang ketika mendengar adzan lalu membaca:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا
maka akan diampuni dosanya.(HR. Muslim)

14- Dzikir setelah shalat
“Barang siapa yang bertasbih selesai shalat 33 kali, bertahmid 33 kali, bertakbir 33 kali maka itu 99 kali dan menggenapkannya seratus dengan kalimat:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
diampunilah dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di laut.”(Syarah Shahih Muslim oleh Imam Nawawi 5/99)

15- Berdzikir sehari semalam
"Dan barangsiapa yang membaca:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
dalam sehari 100 kali, dihapuskan kesalahannya walaupun seperti buih di lautan." (HR. Bukhari dan Muslim)

16- Tertimpah musibah
”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya. (HR. Muslim)

17- Dzikir setelah bangun tidur
“Tidak ada seorang pun yang telah dikembalikan ruhnya (bangun tidur) kemudian membaca,

لااله الاالله وحده لاشريك له، له الملك وله الحمد وهوعلى كل شيءقدير

(Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Mahaesa. Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan, dan bagi-Nya segala puji. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu),

melainkan segala dosanya diampuni oleh Allah walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Ibnu Sunni)

18- Berdoa ketika mengenakan pakaian baru
“Barangsiapa yang mengenakan pakaian baru lalu membaca,

الحمدلله الذي كسانى هذاورزقنيه من غيرحول منى ولاقوة

segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah memberi pakaian ini kepadaku dan memberi rezeki kepadaku tanpa daya dan upaya dariku), (maka) Allah Ta’ala mengampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Ibnus Sunni)

19- Taubat nasuha
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat nashuha, niscaya Rabb kalian akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (QS. At-Tahrim [66]: 8)

20- Berwudhu sesuai dengan tuntunan Nabi & shalat khusyu'
"Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini, lalu ia shalat dua raka’at (dengan khusyu’) tanpa berbicara dengan dirinya sendiri (memikirkan hal selain shalat, edt), niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 159 dan Muslim no. 226)

21- Shalat berjamaah di masjid
"Barangsiapa berwudhu dengan sempurna untuk melaksanakan shalat, kemudian ia berjalan kaki menuju shalat wajib, sehingga ia melaksanakan shalat wajib tersebut bersama masyarakat, atau berjama’ah, atau di masjid, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya." (HR. Muslim no.232)

5/11/2016

Berbaik-Sangkalah Kepada Saudaramu

Ketika dia mengingatkanmu agar jangan melakukan ritual yang tidak dituntunkan oleh nabi tercinta shallalahu ‘alaihi wasallam, itu bukan karena dia melarangmu beribadah. Tapi agar anda selamat dari kerugian, akibat ibadah yang tidak berpahala, karena nabi shallalahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Barangsiapa yang melakukan amalan ibadah yang tidak sesuai dengan tuntunan kami, maka amalan itu ditolak (percuma, tanpa pahala).” [HR. Muslim]

Ketika ada orang lain mengingatkan anda agar jangan membeli emas, karena itu sebenarnya emas palsu, pantaskah anda membencinya ?

Seharusnya anda sangat berterima kasih kepadanya, dan berusaha mencari dan membeli emas yang asli. Begitu pula dalam masalah ibadah, harusnya anda berterimakasih lalu mencari dan melakukan ibadah yang benar-benar ada tuntunannya dari nabi shallalahu ‘alaihi wasallam.

Jika kita harus berhati-hati dalam masalah dunia, tentunya kita harus lebih berhati-hati lagi dalam masalah akhirat.

Semoga bermanfaat.

��Sumber:  http://bbg-alilmu.com/archives/17642.                                                   
✒Ditulis oleh Ust. Musyaffa Ad Dariny, Lc, MA حفظه الله تعالى
                                                    
***

5/01/2016

TERCELANYA BANGGA DIRI

ذم العجب

قال سفيان الثوري رحمه الله :

" إياك و ما يفسد عليك عملك فإنما يفسد عليك عملك الرياء ، فإن لم يكن رياء فإعجابك بنفسك حتى يخيل إليك أنك أفضل من أخ لك ، و عسى أن لا تُصيب من العمل مثل الذي يُصيب و لعلّه أن يكون هو أورع منك عما حرم الله و أزكى منك عملا ، فإن لم تكن معجبا بنفسك فإيّاك أن تحب محمدة الناس و محمدتهم أن تحب أن يكرموك بعملك و يروا لك به شرفا و منزلة في صدورهم أو حاجة تطلبها إليهم في أمور كثيرة ، فإنما تريد بعملك زعمت وجه الله و الدار الآخرة لا تريد به غيره
فكفى بكثرة ذكر الموت مزهّدا في الدنيا و مرغّبا في الآخرة و كفى بطول الأمل قلة خوف و جرأة على المعاصي ، و كفى بالحسرة و الندامة يوم القيامة لمن كان يعلم و لا يعمل "

[ حلية الأولياء (6/391) ]

•┈┈┈┈•✿✿•┈┈┈┈•

Berkata Sufyan At-Tsauri rahimahullah:

  Berhati-hatilah dari hal-hal yang akan merusak amalanmu karena yang akan merusak amalanmu adalah riya', dan jika bukan riya' maka kagum kepada diri sendiri (yang akan merusak) sehingga digambarkan dalam benakmu bahwa engkau lebih utama dari saudaramu, padahal boleh jadi engkau tidak bisa melakukan amalan seperti apa yang dia bisa lakukan, dan boleh jadi dia lebih wara' (berhati-hati) darimu dari perkara-perkara yang telah Allah haramkan, dan lebih suci darimu amalannya.

☝ Dan jika engkau tidak membanggakan dirimu sendiri maka berhati-hatilah dari cinta akan pujian manusia dan sanjungan mereka sehingga menjadikan engkau suka agar mereka memuliakanmu karena amalanmu, dan agar mereka memandang dirimu karenanya dengan kemuliaan dan kedudukan di dalam dada mereka, atau sebuah hajat yang engkau tuntut dari mereka dalam banyak perkara, namun hendaknya yang engkau inginkan dengan amalanmu hanyalah wajah Allah dan negeri akhirat, bukan menginginkan dengan itu selain-Nya.

  Maka cukuplah dengan mengingat kematian menjadikan zuhud di dunia dan mengharapkan negeri akhirat, dan cukuplah dengan panjangnya angan-angan menunjukkan akan sedikitnya rasa takut dan kelancangan terhadap kemaksiatan, dan cukuplah sebagai suatu kerugian dan penyesalan di hari kiamat nanti bagi siapa saja yang berilmu namun dia tidak beramal (dengan ilmunya). 》

          •┈┈┈••✦✿✦••┈┈┈•

Hilyatul Awliya (6/391).
——————————————

Renungan Subuh

Allah SWT bersumpah dalam Al Fajr: “Demi fajar (waktu Subuh).”
Kemudian dalam Al Falaq, Allah mengingatkan: “Katakanlah! aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu subuh.”

Ada apa sebenarnya di balik waktu Subuh?
Mengapa Allah sampai bersumpah demi waktu Subuh?
Dan mengapa pula kita harus berlindung kepada yang menguasai waktu Subuh?
Apakah waktu Subuh sangat penting?

Ya, ternyata waktu Subuh memang benar-benar sangat penting!
Waktu Subuh itu lebih menakutkan daripada sekawanan perampok bersenjata api.
Waktu Subuh bisa lebih menyengsarakan daripada derita kemiskinan.
Waktu Subuh bahkan lebih berbahaya daripada kobaran api yang disiram bensin!

Saudaraku,

Jika ada sekawanan perampok menyatroni rumah seseorang, dan mengambil paksa semua barang yang dimiliki. Emas dan semua perhiasan dirampas. Uang kas puluhan juta dirampas. Laptop yang berisi data penting dirampas. Mobil yang belum lunas cicilan-nya juga dirampas. Nah, bisa dibayangkan bagaimana pedihnya hati kita menerima kenyataan itu?

Tapi ketahuilah, sebenarnya waktu Subuh lebih menakutkan daripada perampok itu. Sebab jika seseorang ‘tergilas waktu Subuh’, sehingga melalaikan shalat fajar, maka orang itu akan menderita kerugian yang jauh lebih besar daripada sekadar kehilangan laptop dan mobil. Dia bahkan akan kehilangan dunia dan segala isinya. Ingat, “Dua rakaat shalat fajar lebih baik daripada dunia dan segala isinya.”
(HR Muslim)

Waktu Subuh juga bisa lebih menyengsarakan daripada sekadar kemiskinan di dunia. Sebab bagi orang-orang yang ‘tergilas waktu Subuh’, sehingga mengabaikan shalat Subuh berjamaah di masjid, maka pada hakikatnya, merekalah orang-orang miskin sejati yang hanya mendapatkan upah 1/150 (0,7%) saja dari pahala shalatnya.
“… dan barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah, maka ia bagaikan sholat semalam suntuk.”
(HR Muslim)

Saudaraku,

Shalat semalam suntuk adalah shalat yang dikerjakan mulai dari tenggelamnya matahari sampai dengan terbit fajar. Fantastis! Shalat selama sepuluh jam, atau kurang lebih, sama dengan 150 kali shalat! Jadi, betapa agungnya fadilah shalat Subuh berjamaah ini, khususnya bagi kaum Adam. Dan betapa malangnya orang yang ‘tergilas waktu Subuh’, orang-orang yang mengabaikan shalat Subuh berjamaah di masjid.

Waktu Subuh juga lebih berbahaya daripada kobaran api yang disiram bensin. Mengapa demikian?
Karena Rasulullah telah bersabda, bahwa orang yang tidak mampu melaksanakan shalat Subuh berjamaah, kedudukan-nya setara dengan orang munafik.

“Sesungguhnya tiada yang dirasa berat oleh seorang munafik, kecuali melaksanakan shalat Isya dan shalat Subuh. Sekiranya mereka tahu akan keagungan pahalanya, niscaya mereka bakal mendatanginya (ke masjid, shalat berjamaah) sekali pun harus berjalan merangkak-rangkak.”
(HR Bukhari Muslim)

Saudaraku,

Orang yang ‘tergilas waktu Subuh’ sehingga tak mampu mendatangi masjid untuk shalat berjamaah, sesungguhnya adalah orang yang dalam keadaan terancam bahaya, karena dirinya disetarakan dengan orang munafik. Sebab, ancaman bagi orang munafik adalah Neraka Jahanam. “Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam.”
(An Nisa:140)

Bukankah Jahanam lebih berbahaya daripada sekadar kobaran api yang disiram bensin?

Nah, agar kita tidak merasakan ‘gilasan waktu Subuh’ yang lebih menakutkan daripada perampokan, agar kita tidak terkena ‘gilasan waktu Subuh’ yang lebih menyengsarakan daripada derita kemiskinan, dan agar kita tidak terkapar ‘gilasan waktu Subuh’ yang lebih berbahaya daripada kobaran api, maka: “Katakanlah! Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu Subuh.”
(Al Falaq:1)
Yaitu dengan memanfaatkan waktu Subuh sebaik-baiknya. Lakukan shalat sunnah (shalat fajar) dan shalat berjamaah di masjid terutama bagi laki-laki.

Saudaraku,

Tapi ada satu pertanyaan yang tersisa, yaitu mengapa waktu Subuh bisa menggilas kita?
Sebab, kalau kita mau memperhatikan, sesungguhnya waktu Subuh adalah waktu yang paling berat buat kita yang ingin beribadah. Mengapa?
Karena waktu Subuh adalah saat paling tenang, sehingga sangat pas buat menenggelamkan diri dalam tidur nyenyak dan bermimpi indah. Ditambah lagi, umumnya, suhu udara waktu Subuh lebih dingin dibanding waktu lainnya – sehingga membuat yang sedang tidur jadi makin merapatkan selimutnya.

Tapi yang paling berbahaya ialah, kalau kita sampai kena kepung pasukan iblis – yang akan mengencingi telinga kita, agar tak bisa mendengar panggilan “Shalat itu lebih baik daripada tidur!” dari speaker masjid, dan meniup-niup mata kita – sehingga mata kita serasa dilem atau kelopaknya bagaikan dibanduli dengan beban jutaan ton, sehingga “susaaaahhhh betul buat dibuka”.

Nah, suasana waktu Subuh dan hasil daya upaya pasukan iblis itulah yang akan “menggilas” niat kita, tekad kita, buat bangun dan mendirikan sholat. Sehingga kita terus terkapar tanpa daya di atas buaian tidur lelap dan mimpi indah, dan melalaikan shalat fajar serta shalat Subuh berjamaah di masjid. Jadi, jangan anggap remeh kekuatan waktu Subuh dalam mematahkan atau menggilas iman kita, sehingga iman kita tidak bisa bertumbuh dengan subur oleh siraman fadilah shalat fajar dan shalat berjamaah.

Wallahu A’lam.

4/05/2016

Lebih baik mana?

"Wahai Syaikh..!"ujar seorang pemuda,

"Manakah yang lebih baik, seorang muslim yang banyak ibadahnya tetapi akhlaqnya buruk ataukah seorang yang tak beribadah tapi amat baik perangainya pada sesama."

"Subhaanallah, keduanya baik", ujar sang Syaikh sambil tersenyum.

"Mengapa bisa begitu?"

"Karena orang yang tekun beribadah itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk berakhlaq mulia bersebab ibadahnya. Dan karena orang yang baik perilakunya itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk semakin taat kepadaNya."

"Jadi siapa yang lebih buruk?", desak si pemuda.

Airmata mengalir di pipi sang Syaikh. "(Yang buruk itu) Kita wahai Anakku", ujar beliau. "Kitalah yang layak disebut buruk sebab kita gemar sekali menghabiskan waktu untuk menilai orang lain dan melupakan diri kita sendiri."

Beliau terisak-isak. "Padahal kita akan dihadapkan pada Allah dan ditanyai tentang diri kita, bukan tentang orang lain.

Dari : Abu Muhammad Asep

4/02/2016

Mengapa Berdoa Minta Panjang Umur ?

Sering kali kita mendengar seseorang berdoa agar dipanjangkan umurnya. Kenapa harus minta panjang umur??? [1] Apakah enak hidup orang yang panjang umurnya?

Dan kalau manusia diberi kesempatan untuk menambah umurnya, berapa banyak kiranya yang akan dipinta olehnya?

50 tahun! 100 tahun? 1000 tahun?

Kalaupun umurnya ditambah 1000 tahun, kemudian setelah itu ia mau kemana??

Pasti umur juga akan habis, tidak ada yang kekal dan tidak ada yang abadi di dunia! Hanya ALLAH azza wa jalla Sang Pencipta yang Kekal dan Abadi.

Nabi Musa Alaihissalam, pernah diberi tawaran tambahan umur yang mungkin lebih dari 1000 tahun(sejumlah rambut bulu sapi jantan yang tertutupi oleh tangannya)

Namun sebelum menerima tawaran tersebut, beliau bertanya

“Wahai Rabbi, setelah Hidup (sepanjang jumlah rambut di kulit lembu jantan), kemudian apa?? Maka Allah mengatakan, “Kemudian mati”. Maka akhirnya nabi Musa mengatakan, “Kalau begitu sekarang saja”. (HR Bukhari Muslim)

Iya, kalau ternyata pada akhirnya juga mati, kenapa harus menanti waktu yang lama, maka lebih baik sekarang, dan tentunya Nabi Musa ‘Alaihissalam telah mempersiapkan diri untuk hal itu.

Allah menyatakan bahwa orang-orang yahudi adalah manusia yang paling ambisi untuk hidup lebih lama di dunia dan juga kaum musyrikin. (Lihat Al Baqarah, 96)

Karena mereka adalah orang-orang yang tidak beriman dengan adanya kehidupan yang lebih baik di akhirat.

* Lebih enak dari pada di dunia.
* Surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
* Lebih nyaman dari pada di muka bumi ini.
* Tiada duka, tiada gunda, yang ada hanya suka dan tawa.
* Hidup yang tiada akhirnya.

Dan semua itu bermula dengan berpisahnya ruh dari jasad kita! Maka kenapa harus minta panjang umur???

Resiko Panjang Umur

Sebelum meminta panjang umur, coba renungkanlah beberapa hal di bawah ini;

* Orang yang panjang umurnya harus bersabar berpisah dengan orang-orang yang dicintainya.
* Harus tabah ditinggal oleh istri atau suaminya.
* Sabar menyaksikan kematian ayah dan ibundanya serta saudara-saudaranya.
* Sabar menghadapi wafatnya buah hatinya.

Kalau dia memiliki 10 anak, maka ia harus tabah menghadapi anaknya mati satu persatu.

Setiap kali anaknya meninggal maka sepotong dari hatinya akan mengilang dan pergi bersama sang anak, maka hatinya akan terpotong-potong.

* Dia harus bersabar ditinggal mati oleh kawan-kawan dan sahabat-sahabatnya.
* Karena orang yang panjang umur, biasanya akan tinggal sendirian.
* Kawan-kawan sebayanya sudah mati.
* Anak-anaknya sudah mati.
* Mungkin cucunya juga sudah mati.
* Mau berteman dengan siapa?, biasanya sudah susah berkomunikasi.
* Belum lagi kalau tubuh kita tidak sehat.

Maka, mintalah kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat, serta diselamatkan dari siksa kubur dan azab neraka.

Oleh: Ustadz Syafiq Basalamah, MA

Footnote:
([1]) Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam menganjurkan kepada Ummu Habibah, yang tatkala itu meminta panjang umur agar berdoa yang lebih baik dan mulia yaitu berdoa agar dijauhkan dari siksa kubur dan dari azab Neraka. (HR Muslim, Kitab al Qadr,Bab Bayan Annal Aajal wal Arzaaq Wa Ghairaha La Tazied Wa La Tanqush ‘Amma Sabaq Bihil Qadr, no: 33)

3/20/2016

Sebaik-Baik Manusia Adalah...

SIAPA SAJAKAH YANG TERMASUK GOLONGAN DARI SEBAIK-BAIK MANUSIA YANG DIKABARKAN OLEH NABI  صلى الله عليه وسلم ?

1. Pertama, TIDAK INGKAR MELUNASI HUTANG

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عن رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أنه فَقَالَ « خَيْرُكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً » متفق عليه
Artinya: Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.”
(Muttafaqun ‘Alaihi)

2. Kedua, MEMPELAJARI AL-QUR'AN DAN MENGAJARKANNYA

عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» رواه البخاري
Artinya: “Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.”
(HR. Al-Bukhari)

3. Ketiga, YANG PALING DIHARAPKAN KEBAIKANNYA DAN PALING JAUH KEBURUKANNYA

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَقَفَ عَلَى أُنَاسٍ جُلُوسٍ فَقَالَ « أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ ». قَالَ فَسَكَتُوا فَقَالَ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنَا بِخَيْرِنَا مِنْ شَرِّنَا. قَالَ « خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ …» رواه الترمذى
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di hadapan beberapa orang, lalu bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan sebaik-baik dan seburuk-buruk orang dari kalian?” Mereka terdiam, dan Nabi bertanya seperti itu tiga kali, lalu ada seorang yang berkata: “Iya, kami mau wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami sebaik-baik dan buruk-buruk kami,” beliau bersabda: “Sebaik-sebaik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan sedangkan keburukannya terjaga…”
(HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’;no. 2603)

4. Keempat, MENJADI SUAMI YANG PALING BAIK TERHADAP KELUARGANYA

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى. رواه الترمذى
Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam berasabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”
(HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah; no. 285)

5. Kelima, YANG PALING BAIK AKHLAQNYA DAN MENUNTUT ILMU

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «خَيْرُكُمْ إِسْلاَماً أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقاً إِذَا فَقِهُوا» رواه أحمد
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian islamnya adalah yang paling baik akhlaq jika mereka menuntut ilmu.”
(HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’; no. 3312)

6. Keenam, YANG MEMBERIKAN MAKANAN

عَنْ حَمْزَةَ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ رضي الله عنه قَالَ: فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ» رواه أحمد
Artinya: “Hamzah bin Shuhaib meriwayatkan dari bapaknya radhiyallahu ‘anhu yang berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan makanan.”
(HR. Ahmad dan dihasankan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’; no. 3318)

7. Ketujuh, YANG PANJANG UMUR DAN BAIK PERBUATANNYA

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ رضي الله عنه أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ «مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ» رواه الترمذى
Artinya: “Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa ada seorang Arab Badui berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?” beliau menjawab: “Siapa yang paling panjang umurnya dan baik amalannya.”
(HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahihut Targhib wat Tarhib; no. 3363)

8. Kedelapan, YANG PALING BERMANFAAT BAGI MANUSIA

عَنِ جابر، رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ : قال رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya: “Jabir radhiyallau ‘anhuma bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”
(Hadits dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’; no. 3289)

* Forward dari Abu Abdillah Ahmad Zainudin, Islamic Cultural Center 1430 H, Dammam KSA

2/24/2016

ENAM PERKARA PENTING DALAM AGAMA

1.    Ikhlas dalam agama dan melawan kemusyrikan

Ikhlas menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin yaitu beribadah kepada Allah semata-mata hanya untuk taqarub (mendekatkan diri) kepadaNya dan untuk memperoleh apa yang ada disisiNya. Hal ini dilakukan dengan cara memurnikan tujuan, cinta dan pengagungan hanya hanya kepada Allah juga memurnikan seluruh apa saja yang bersifat lahir maupun batin dalam beribadah tidak dikehendaki dan diharapkan dari semua itu kecuali hanya ridhaNya. Allah berfirman:

Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta Alam, tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah). [Qs. Al-An'am: 162-163]

Tauhid dan ikhlas ini telah diwujudkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau bersih dari segala sesuatu yang bisa mengotorinya, tidak cukup itu saja bahkan setiap yang membuka peluang untuk masuknya syirik maka beliau sumbat rapat-rapat. Seperti larangan beliau kepada orang yang mengucapkan:

"Atas kehendak Allah dan kehendak Anda." beliau bersabda: "Apakah kamu hendak menjadikan aku sebagai tandingan bagi Allah?" tapi (ucapkan): "Atas kehendak Allah saja!"

Beliau juga melarang sumpah dengan selain Allah karena disitu ada unsur pengagungan terhadap makhluk yang ia gunakan bersumpah. Sebagai lawan dari tauhid dan ikhlas yaitu syirik, Allah berfirman:

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun." [An-Nisaa': 36]

Oleh karena itu hendaklah kita berhati-hati dan waspada terhadap segala bentuk kemusyrikan, baik itu yang besar (akbar) dan dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, yang kecil (asghar) maupun yang tersembunyi (khafiy).

2.    Bersatu dalam agama dan tidak berpecah belah

Perkara ini diperintahkan dalam Al-Qur'an, As-Sunnah serta merupakan jalan hidup para shahabat dan salafus shalih. Firman Allah:

"Dan berpenganglah kamu semua kepada tali agama Allah dan jangan kamu bercerai-berai" [Qs. Ali Imran : 103]

Sabda Rasulullah: "Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, maka tidak boleh salah satu menzhalimi yang lain, tidak pula merendahkan dan menghinanya." [HR. Bukhari].

"Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain ibarat sebuah bangunan yang saling menguatkan antara satu dengan lain" [HR. Bukhari].

Demikian ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya agar saling mengasihi dan mencintai serta melarang bermusuhan dan bercerai berai.

Memang para shahabat pernah berbeda pendapat, akan tetapi tidak menyebabkan perpecahan, permusuhan dan saling benci karena hakikatnya mereka sama-sama berjalan diatas hukum yang dicantumkan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah. Seperti ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari perang Ahzab Jibril as memerintahkan agar segera ke Bani Quraidhah karena mereka melanggar perjanjian, maka Rasulullah bersabda:

"Kalian semua jangan shalat Ashar dulu, kecuali kalau sudah sampai di Bani Quraidhah." [HR. Bukhari].

Akhirnya mereka meninggalkan Madinah menuju Bani Qudraidhah dan bersamaan dengan itu tiba waktu Ashar, maka sebagian sahabat ada yang shalat Ashar dulu dan sebagian lagi ada yang tidak. Hal ini tidak dicela oleh Rasullah dan dengan kasus ini para shahabt tidak lantas saling bermusuhan atau benci antara satu dengan lain. Demikian pula para salafus shalih ketika berbeda pendapat, selagi dalam masalah ijtihadiyah yang disitu berlaku hukum ijtihad maka perbedaan itu tidak menyebabkan permusuhan dan lain benci, bahkan dalam perbedaan yang sangat tajam sekalipun. Inilah salah satu kaidah pokok Ahlussunnah dalam masalah khilafiyah.

Adapun perselisihan yang tidak bisa dikompromi adalah apa saja yang menyelisihi shahabat dan tabi'in seperti dalam hal i'tiqad dan kenyakinan yang mana sebelumnya tidak pernah ada dan munculnyapun setelah qurun mufaddlalah (masa generasi terbaik)

3.    Mendengar dan patuh kepada pemegang urusan kaum muslimin (ulil amri)

Ini sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam firmanNya:

"Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri diantara kamu." [Qs. An-Nisaa': 59]

Sedangkan dari hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam diantaranya adalah:

"Hendaklah kalian semua mendengar dan taat walaupun yang memerintah kalian adalah seorang hamba habasyi" [HR. Al Bukhari]

"Barangsiapa yang melihat sesuatu (yang dibenci) pada imamnya maka hendaklah ia bersabar, karena barangsiapa yang memisahkan diri dari Al-Jama'ah sejengkal saja, kemudian mati maka matinya dalam keadaan jahilliyah." [HR. Al Bukhari]

Akan tetapi ketaatan terhadap amir tidaklah mutlak, yaitu selagi ia tidak menyuruh bermaksiat kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam:

"Wajib seorang muslim untuk mendengar dan taat baik terhadap perkara yang ia sukai maupun yang ia benci kecuali jika disuruh untuk bermaksiat, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat." [HR. Al Bukhari]

Dan yang dimaksud amir disini adalah bukan sebagaimana yang diklaim oleh kelompok-kelompok yang ada saat ini. Mereka semua salah dalam menerapkan hadits-hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang berkaitan dengan imamah, sehingga bukannya bersatu tapi malah memperbanyak jumlah kelompok dan makin menceraiberaikan umat.

4.    Tentang ilmu dan fuqahaa serta orang yang seperti mereka padahal bukan

Ilmu yang dimaksud disini ialah ilmu syar'i yaitu pengetahuan tentang apa-apa yang diturunkan oleh Allah berupa penjelasan-penjelasan dan petunjuk yang diberikan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam baik itu Al Kitab maupun Al Hikmah (As Sunnah). Allah subhanahu wata’ala berfirman:

"Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui' Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." [Qs. Az-Zumar: 9]

Adapun selain ilmu syari'i jika itu untuk tujuan kebaikan maka itu baik naum jika untuk tujuan yang buruk maka ia jadi buruk, dan jika tidak ada tujuan apa-apa maka termasuk kategori menyia-nyiakan waktu. Ilmu memiliki banyak keutamaan diantaranya adalah:

·         Bahwa orang yang berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah.

·         Ilmu adalah warisan para Rasulullah.

·         Ilmu akan tetap tinggal meskipun pemiliknya telah meninggal.

·         Salah satu iri yang dibolehkan adalah iri terhadap orang yang berilmu dan mengamalkannya.

·         Ilmu merupakan cahaya untuk menerangi jalan kehidupan.

·         Orang alim ibarat lentera yang menerangi orang-orang disekitarnya.

Yang sangat ditekankan adalah bahwa kita harus tahu siapa sebenarnya ulama dan fuqaha itu sebab ada juga orang-orang yang menyerupai ulama namun pada hakekatnya adalah bukan. Mereka mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil dan pandai menghiasi perbuatan dan ucapannya sehingga kesesatan dan kebid'ahan yang ia lakukan disangka oleh orang sebagai ilmu padahal bukan, ibarat fatamorgana yang disangka air namum ternyata kosong dan semu belaka.

5.    Mengenal wali-wali Allah yang sebenarnya

Wali Allah adalah siapa saja yang beriman kepadaNya, bertakwa dan beristiqamah diatas agamaNya, Allah berfirman:

"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa". [Qs. Yunus: 62-63]

Jadi jika seseorang itu beriman dan bertakwa kepada Allah maka dia adalah waliNya. Bukan sebagaimana yang dinyakini sebagian orang bahwa wali adalah orang yang maksum (terjaga dari dosa) dan ia mempunyai jalan (tharikat) tersendiri yang langsung dari Allah, bukan syari'at yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, atau dengan kata lain bahwa wali Allah itu biasanya orangnya nyeleh (tidak wajar). Maka tidak diragukan lagi bahwa orang semacam ini tidak layak untuk disebut wali Allah, dan tidak pantas untuk mengaku bahwa dirinya adalah wali. Allah yang lebih tahu siapa yang menjadi waliNya. Dan yang pasti mereka adalah orang-orang yang selalu berpegang teguh kepada kitabNya dan sunnah RasulNya.

Allah telah menjelaskan bahwa tingkatan hambaNya yang diberi nikmat dimulai dari Rasululliahyyin (para Rasulullah), Shiddiqin (jujur dan benar imannya), syuhadaa (para syahid) kemudian shalihin (orang shalih), mereka semua ini adalah wali-wali Allah berdasarkan kesepakatan salafus shalih.

6.    Melawan shubhat yang ditanamkan syetan untuk menjauhkan kita dari Al-Qur'an dan As-Sunnah

Yaitu mereka bisikkan bahwa Al-Qur'an dan As-Sunnah hanya boleh dipelajari oleh orang yang mencapai derajat mujtahid mutlak setingkat Abu Bakar atau Umar radhiyallahu anhuma. Jikalau seseorang mempelajarinya maka akan jadi kafir atau zindik. Alhamdulillah syubhat ini dengan pertolongan Allah telah dijawab oleh para ulama dengan meletakkan dasar dan syarat-syarat dalam ijtihad serta penjelasan dari mereka tentang tidak bolehnya seseorang untuk taklid buta, namun hendaknya setiap orang berusaha untuk mengkaji Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman yang benar.

Adapun taklid dibolehkan jika seseorang memang benar-benar awam tidak tahu menahu dan tidak bisa memahami suatu hukum atau sebenarnya mampu namun mengalami kesulitan yang sangat besar maka ia boleh taklid dalam bab yang tidak mampu memahaminya.

Wallahu a'lam bis shawab.

2/13/2016

Solusi Konkrit Menyatukan Umat

SATUKAN HATI UMAT ISLAM

بسم اللّه والصلاة والسلام على رسول الله
   
Ada satu fenomena yang mungkin semua kita melihatnya, yaitu fenomena perpecahan & pertikaian yang terjadi diantara umat Islam yang terjadi di negeri kita ini.

Kalau kita berbicara tentang penyebab terjadinya, maka akan banyak dan solusinya pun akan beragam.

Tapi ada satu hal yang in syā Allāh kalau kita menyelesaikan satu masalah ini, maka perpecahan dan pertikaian yang terjadi yang begitu besarnya niscaya akan menjadi kecil.

Masalah apa?

Yaitu masalah shaf pada waktu shalat.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ وُجُوهِكُمْ أَوْ بَيْنَ قُلُوبِكُم

"Kalian ini benar-benar luruskan/rapihkan shaf kalian atau kalau tidak, kita akan bertikai atau hati kita akan berselisih."

Kalian ini benar-benar luruskan shaf kalian, rapihkan shaf kalian atau kalau tidak, apa yang akan terjadi?

Hati kita akan bertikai, hati kita akan berselisih.

Shalat berjama'ah itu diperintahkan agar kita melaksanakannya.

Tapi yang jadi masalah dan yang kita lihat di masjid-masjid kita, yaitu ketika orang-orang berada di rumah Allāh, ternyata di situ mereka belum bisa meluruskan shaf mereka.

Kalau tidak lurus dan rapih shaf kita (kadangkala renggang-renggang), maka hati kitapun akan bertikai.

Tatkala shalat ada salah satu diantara kita yang maju ke depan sedikit dan yang lain ke belakang sedikit, kemudian kadangkala ada yang renggang.

Bahkan ada yang membawa sajadah besar sehingga kalau ada orang yang ingin merapatkan shafnya ke dia, diapun melihatnya karena mungkin sajadahnya harganya mahal.

Oke, kita ini sedang shalat berjama'ah, kita sedang menghadap Allāh Jalla Jalāluh.

Kita sama rata dan satu pangkat di hadapan Allāh, hamba semuanya...

Maka semua titel, semua jabatan, semua kedudukan, tatkala berada di hadapan Allāh, ditanggalkan semuanya...

Yang ada adalah (predikat) hamba Allāh Jalla Jalāluh.

Karena terus terang, ada beberapa teman yang ketika hendak meluruskan shafnya, imam masjid malah mengatakan:

"Bagi yang ingin rapat-rapat shafnya maka jangan shalat disini !"

Subhanallāh..

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah Nabi kita, kita semua adalah umatnya Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Siapa panutan kita?

Yaitu Nabi kita Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bagaimana Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala akan shalat?

Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala akan shalat itu tidak sembrono, tidak langsung masuk dan langsung bertakbir "Allāhu akbar", tidak !

Akan tetapi Beliau luruskan terlebih dahulu shafnya.

Bahkan dalam hadits Ibn 'Umar Radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

أَقِيْمُوُا صُفُوْفَكُمْ فَإِنَّمَا تَصُفُّوْنَ بِصُفُوْفِ الْمَلاَئِكَةِ, وَحَاذُوْا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ وَسَدُّوْا الْخَلَلَ وَلِيْنُوْا بِأَيْدِيْ إِخْوَانِكُمْ وَلاَ تَذَرُوْا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ. وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللهُ وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ

“Luruskanlah shaf-shaf, sejajarkanlah pundak dengan pundak, isilah bagian yang masih renggang, bersikap lembutlah terhadap lengan teman-teman kalian (ketika mengatur shaf), dan jangan biarkan ada celah untuk (dimasuki oleh) syaithan.

Barangsiapa yang menyambung shaf maka Allāh akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya), dan barangsiapa yang memutus shaf maka Allāh akan memutuskannya (dari rahmat-Nya).”

(HR Ahmad, Abū Dāwūd, An Nasā’iy dan lainnya. Dishahihkan oleh Al Albaniy dalam Silsilah Al Ahādits Ash Shahīhah (743))

⇒Nabi berkata:

"Luruskan shaf kalian itu, pundak kalian ini lurus, jangan ada yang lebih, jangan ada yang kurang, mundur luruskan, itu yang renggang-renggang dirapatkan !"

Dan bila diajak merapatkan shaf maka ikutlah, karena kita ingin bersatu, kita ingin umat Islam bersatu.

Jangan tinggalkan sela-sela untuk syaithān karena syaithān main diantara sela-sela kita, dia mempermainkan hati kita

Tapi tatkala kita tutup rapat celah syaithān, dan kalau ada seorang di samping kita dia akan merasa kalau dia saudara kita; baik kaya atau miskin, tatkala di hadapan Allāh kita bersatu, maka in syā Allāh hati kita akan bersatu.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam juga melanjutkan dalam hadits itu:

"Barangsiapa yang menyambung shaf, maka Allāh akan sambung dia."

⇒ Walaupun seseorang memiliki urusan yang susah dan memiliki berbagai problematika yang mungkin dia tidak dapat menyelesaikannya, tetapi dengan menyambung shaf maka Allāh akan menyambungkan dia.

"Barangsiapa yang memutuskan shaf, maka Allāh akan memutuskan dia."

Tolonglah Saudara-saudaraku..

Kita ini kalau ke masjid hendaknya ingat bahwa kita adalah hamba Allāh dan memang,

النَّاسُ أَعْدَاءُ مَا جَهِلُوا

"Orang itu memusuhi sesuatu yang tidak dia ketahui."

⇒ Dia berpikir bahwa meluruskan shaf adalah tidak benar, padahal ini ajaran Nabi kita.

Kalau tidak percaya, bacalah itu kitab-kitab hadits, kitab Bukhāri, kitab Muslim...

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak memulai shalatnya, kecuali Beliau sudah meluruskan shaf.

Tetapi kalau sudah mengerti semua (tentang meluruskan shaf), maka Nabi langsung shalat.

Tapi ingat, kalau kita ingin persatuan umat Islam dan meninggalkan perpecahan/pertikaian, maka luruskan shaf shalat kita dan apa yang dijanjikan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, yaitu persatuan umat akan kita dapatkan.

Kita akan saling tolong menolong, tidak ada perbedaan diantara kita karena satu perbedaanpun.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ

"Yang paling baik (mulia) diantara kalian disisi Allāh adalah yang paling bertaqwa."

(QS Al Hujurāt: 13)

Semoga kita bisa mengamalkannya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________

Oleh: Ustadz DR Syafiq Reza Basalamah, MA hafidzohulloh

Jangan Terperdaya dengan Amalanmu

Jangan pernah menyangka bahwa istiqomahmu dan ketegaranmu merupakan pruduk murni keberhasilanmu dan ketaatanmu.

Sesungguhnya Allah telah berkata kpd Nabi-Nya :
وَلَوْلَا أَن ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدتَّ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا

“Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka”
(Al-Isroo’ : 74)

Ini pernyataan Allah tentang Nabi, bagaimana lagi dengan dirimu?

Tatkala Allah memilihmu untuk menempuh jalan hidayah, bukanlah karena engkau sosok spesial karena ketaatanmu, akan tetapi karena rahmat Allah yang meliputimu. Bisa saja Allah mencabut rahmat-Nya darimu kapan saja Allah kehendaki.

Karenanya janganlah pernah bangga dan terpedaya oleh amalan dan ketaatanmu dan jangan pernah pula merendahkan orang yg tersesat…, karena kalau bukan rahmat dan kasih sayang Allah kepadamu, maka bisa jadi engkaulah yg berada di posisi orang yg tersesat tersebut.

✒️ Ustadz Firanda Andirja, MA

1/27/2016

Kabar Baik Perokok

Untuk teman yg masih  merokok. Ini ada kabar baik....
Ada tanya jawab dgn pak ustadz :

A : Maaf, ustadz, saya mau tanya . Di surga ada rokok gak?

U : Ada

A : Alhamdulillah, lega bener hati ini rasanya denger jawaban ustadz.
Kabar baik baik buat perokok

U : Tapi,

A : Kenapa ustadz?

U : Di surga gak ada api, jadi kalo mau nyalain rokok, ya mesti ke NERAKA!

(Sumber : Group WA)

1/22/2016

HAL-HAL YANG MENGGUGURKAN AMALAN (BAG. 2)

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Lanjutan dari artikel sebelumnya berjudul "HAL-HAL YANG MENGGUGURKAN AMALAN (BAG.1)"
Diantara hal-hal yang membatalkan amal shalih adalah:
-5- MINUM KHAMR
Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةُ أَرْبَعِيْنَ صَبَاحًا،
“Barangsiapa yang minum khamr maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari.”  (HR Tirmidzi)
Dan sungguh merugi orang yang minum khamr. Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:
َمَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَشْرَبْهُ فِي الْآخِرَةِ
“Barangsiapa yang minum khamr di dunia maka dia tidak akan minum khamr di akhirat kelak.” (HR An Nasāi)
⇒ Ini adalah hukuman bagi orang yang menyegerakan kenikmatan di dunia, yaitu dia tidak akan merasakan kenikmatan tatkala di akhirat kelak.
Sungguh aneh, seseorang yang diberi kenikmatan akal (berupa) kecerdasan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, lantas dia menghilangkan akalnya dengan minum khamr sehingga masuklah dia ke dalam rombongan orang-orang gila.
Apakah dia ridha tatkala dia disamakan dengan orang-orang yang gila (tidak berakal)?
Demikianlah, tatkala syahwat sudah memenuhi diri seseorang, maka dia tidak peduli.
Diapun minum khamr demi untuk mendapatkan kenikmatan sementara dan mengorbankan kenikmatan yang abadi.
-6- MENINGGALKAN SHALAT 'ASHAR
Secara umum meninggalkan shalat adalah dosa besar, terlebih-lebih lagi shalat 'ashar.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengkhususkan penyebutan shalat 'ashar, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى
“Jagalah shalat-shalat, terutama shalat al wustha (yaitu shalat 'ashar).” (QS Al Baqarah: 238)
Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam haditsnya:
مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ ، فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُه
“Barangsiapa yang meninggalkan shalat 'ashar maka akan gugur amalannya.” (HR Ahmad)
Sesungguhnya menjaga shalat 'ashar merupakan ibadah yang sangat mulia, dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
من صلى البردين دخل الجنة
“Barangsiapa yang shalat pada dua waktu (yaitu shalat shubuh dan shalat 'ashar) maka dia akan masuk ke dalam surga.” (Muttafaqun 'Alayhi)
Shalat 'ashar adalah satu dari dua shalat yang merupakan sebab seseorang akan merasakan kenikmatan indahnya melihat wajah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
انكم سترون ربكم يوم القيامة كما ترون القمر ليلة البدر لا تضامون في رؤيته ، فإن استطعتم أن لا تغلبوا على صلاة قبل طلوع الشمس ، وقبل غروبها ، فافعلوا…
“Sesungguhnya kalian akan melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla pada hari kiamat kelak, sebagaimana kalian melihat bulan di bulan purnama.
Kalian tidak akan berdesak-desakan (dorong-dorongan) tatkala melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kalau kalian mampu untuk tidak ketinggalan shalat subuh dan shalat 'ashar maka lakukanlah.”
Ini dalil bahwasannya menjaga shalat 'ashar merupakan sebab seorang mendapatkan kenikmatan memandang wajah Allāh pada hari kiamat kelak.
Dan hati-hati, berapa banyak orang yang bermudah-mudah meninggalkan shalat 'ashar.
Terutama orang-orang yang bekerja di siang hari, tatkala mereka pulang kelelahan, lantas mereka tertidur sehingga ketinggalan shalat 'ashar.
-7- MENGUNGKIT-UNGKIT KEBAIKAN (AL MANN)
Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian membatalkan sedekah kalian dengan mengungkit ungkitnya dan mengganggu orang yang kalian bantu.” (QS Al Baqarah: 264)
Oleh karenanya, jika kita memberi bantuan kepada orang lain, (maka) kita lupakan (jangan mengungkit-ungkit), karena hal itu (akan) menyakitkan hatinya.
Jika kita mengungkit-ungkit, (maka) amalan sedekah kita akan hilang, bahkan diancam dengan adzab yang pedih.
Dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: “Tiga golongan yang Allāh tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat dan tidak akan melihatnya pada hari kiamat, dan bagi mereka adzab yang pedih.” Diantaranya adalah Al Mann, yaitu orang yang suka mengungkit-ungkit amalan sedekah yang dia berikan.
Sungguh sakit hati Si Miskin ketika kita mengungkit-ungkit dengan mengatakan:
“Bukankah saya pernah membantu engkau?”
“Bukankah saya pernah meringankan bebanmu?”
“Bukankah saya pernah melunaskan hutangmu?”
“Bukankah saya pernah membantumu?”
Ini menggugurkan amalan kita.
Maka, jadilah kita seorang yang tatkala berinfaq tidaklah mengharap kecuali ganjaran dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sebagaimana perkataan orang-orang mukminin penghuni surga:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاء وَلَا شُكُوراً
“Sesungguhnya kami memberi makan kepada kalian karena  Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kami tidak butuh dari kalian perkataan terima kasih dan balasan.” (QS Al Insān: 9)
-8- MENGANGKAT (MENGERASKAN) SUARA DI ATAS SUARA NABI SHALLALLĀHU 'ALAYHI WA SALLAM
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengangkat suara kalian di atas suara Nabi, dan janganlah kalian mengeraskan suara (perkataan) kalian di hadapan Nabi sebagaimana kalian mengeraskan suara kalian satu dengan yang lain, akan gugur amalan-amalan kalian dan kalian dalam kondisi tidak sadar.” (QS Al Hujurāt: 2)
Kata para ulama:
“Kalau Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam masih hidup lantas kita berkata-kata keras di hadapan Nabi atau suara kita mengungguli suara Nabi bisa membatalkan amalan kita, (maka) bagaimana jika bukan hanya mengeraskan suara, bahkan menyelisihi hadits-hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam?”
Ini perkara yang sangat menyedihkan.
Sebagian orang, tatkala kita datangkan hadits-hadits yang shahih, (kemudian) kita katakan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan demikian, mereka (lalu) mengatakan:
“Saya tidak percaya, saya lebih percaya terhadap perkataan ustadz saya, guru saya, syaikh saya.”
Maka dia mencampakkan hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
⇒ Padahal dia tahu bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah berkata dalam hadits yang shahih kemudian dia tolak.
Kita khawatir orang seperti ini akan digugurkan amalannya.
Kita tahu bahwasanya para ulama memiliki kedudukan yang mulia, akan tetapi tidak ada yang ma'shum.
Apa perkataan Imam Mālik, gurunya Imām Syāfi'ī rahimahullāh ?
Imam Malik pernah rahimahullāh berkata:
كل أحد يؤخذ من قوله ويرد إلا صاحب هذا القبر
“Setiap orang, siapapun juga, bisa ditolak perkataannya dan  bisa diterima, kecuali Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.”
⇒ Yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, dia ma'shum, yang perkataannya harus kita terima.
Maka, seseorang jangan beragama dengan hawa nafsunya dan mengedepankan syahwatnya sehingga tatkala datang hadits-hadist shahih maka dia tolak dengan berdalil menggunakan perkataan syaikh atau guru atau ustadz.
Ini bisa menggugurkan amal shalihnya.
-9- BERSUMPAH DENGAN NAMA ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA DENGAN MENGATAKAN “SI FULĀN TIDAK AKAN DIAMPUNI ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA.”
Dalam hadits yang shahih, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengisahkan 2 orang dari Bani Isrāīl; yang satu rajin beribadah dan yang satu malas beribadah (tukang maksiat).
Temannya yang rajin beribadah senantiasa menasehati temannya yang tukang maksiat dengan mengatakan:
“Wahai sahabatku, berhentilah engkau dari bermaksiat.”
Dan saudaranya tidak perduli, tetap saja bermaksiat.
Suatu hari bertemu lagi dan menashihati lagi temannya dengan mengatakan:
“Wahai Fulān, berhentilah engkau dari maksiat.”
Namun dia tidak mau berhenti dari maksiat.
Sampai suatu hari dia melakukan dosa yang cukup besar maka temannya pun cukup emosi dan mengatakan:
“Wahai Fulān, berhentilah dari maksiat.”
Maka yang ditegur berkata:
“Biarkanlah aku dengan Allāh, bukan urasanmu menegur-negur aku. Apakah Allāh mengutus engkau sebagai rasul untuk mengawasiku?”
Rupanya yang melakukan maksiat juga emosi dan mengeluarkan perkataan yang kasar yang menyakiti hati orang shalih tadi.
Tatkala dia mendengar perkataan pelaku maksiat maka dia menggunakan otaknya dan menyimpulkan bahwa orang seperti ini tidak akan diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 
Kenapa?
Menurutnya, dia telah menegur berkali-kali namun tidak didengar malah dijawab oleh pelaku maksiat dengan perkataan demikian.
Perkataan pelaku maksiat ini salah, namun orang yang shalih ini lebih salah lagi, yaitu dengan berkata: “Allāh tidak akan mengampunimu.”
Tatkala dia memvonis dengan perkataan “Allāh tidak akan mengampuni engkau” berarti dia telah menyempitkan luasnya rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, padahal ini hanya pelaku maksiat (bukan kafir).
Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengirim malaikat untuk mencabut nyawa kedua orang ini, dan dihadirkan di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Allāh berkata:
“Siapa yang berani-berani bersumpah bahwa Aku tidak akan mengampuni Si Fulān? Aku telah mengampuni dia dan Aku menggugurkan amalanmu.”
Maka orang shalih ini dimasukkan ke dalam neraka Jahannam sedangkan pelaku maksiat diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Jangan sampai tatkala emosi kita mengucapkan perkataan-perkataan yang melebihi syari'at Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Abu Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu tatkala meriwayatkan hadits ini berkata:
تكلم بكلمة أوبقت دنياه وآخرته
“Orang ini telah mengucapkan satu kalimat saja, yang akhirnya menghancurkan dunia dan akhiratnya.”
Demikianlah.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla  menerima amalan ibadah kita dan menjauhkan kita dari hal-hal yang bisa merusak dan mengurangi atau menggugurkan amal ibadah kita.
(Selesai)
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________ 
📝 Materi Tematik
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
🔊 Khutbah Jum'at | Hal-Hal Yang Menggugurkan Amalan (Bagian 2)
⬇ Download audio: https://goo.gl/mnONLR
🌐 Sumber: https://m.youtube.com/watch?v=PXr78wG_UZw