2/22/2023

Kisah Seorang Muslimah

Pernah dalam perjalanan pulang suatu malam saya mendengar Ust. Fariq Gasim Anuz حفظه الله membacakan cuplikan beberapa kisah nyata penuh hikmah yang amat menguncang batin saya.. Serasa jiwa ini bergejolak tidak karuan. Bumi yang saya pijaki serasa berayun-ayun tanpa henti...

Sesampainya dirumah saya langsung mencari arsip rekaman audio tersebut, dengan berbagai kata kunci saya ketik lalu enter lalu ketik lalu enter lalu ketik lalu enter dan terus... sampai saya sadar pencarian tersebut tidak menemukan hasil, entah materi kajian tersebut tidak untuk dipublikasikan, atau memang saya belum dapat menemukannya saat ini.

Namun, setidaknya saya menemukan satu diantaranya yang bisa dituliskan kembali disini..

-------------------

Ini kisah seorang wanita yang bernama ‘Abiir yang sedang dilanda penyakit kanker. Ia mengirimkan sebuah surat berisi kisahnya ke acara keluarga mingguan “Buyuut Muthma’innah” (Rumah Idaman) di Radio Qur’an Arab Saudi, lalu menuturkan kisahnya yang membuat para pendengar tidak kuasa menahan air mata mereka.

Kisah yang sangat menyedihkan ini dibacakan di salah satu hari dari sepuluh terakhir di bulan Ramadhan tahun 2011.

Berikut ini kisahnya –sebagaimana dituturkan kembali oleh sang pembawa acara DR Adil Alu Abdul Jabbaar- :

Ia adalah seorang wanita yang sangat cantik jelita dan mengagumkan, bahkan mungkin tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kecantikannya merupakan tanda kebesaran Allah. Setiap lelaki yang disekitarnya berangan-angan untuk memperistrikannya atau menjadikannya sebagai menantu putra-putranya. Hal ini jelas dari pembicaraan ‘Abiir tatkala bercerita tentang dirinya dalam acara Radio Qur’an Saudi “Buyuut Muthma’innah”.

Ia bertutur tentang dirinya: “Umurku sekarang 28 tahun, seorang wanita yang cantik dan kaya raya, ibu seorang putri yang berumur 9 tahun yang bernama Mayaa’. Kalian telah berbincang-bincang tentang penyakit kanker, maka izinkanlah aku untuk menceritakan kepada kalian tentang kisahku yang menyedihkan. Dan bagaimana kondisiku dalam menghadapi pedihnya kankerku dan sakitnya yang berkepanjangan, dan perjuangan keras dalam menghadapinya.

Bahkan sampai-sampai aku menangis akibat keluhan rasa sakit dan kepayahan yang aku rasakan. Aku tidak akan lupa saat-saat dimana aku harus menggunakan obat-obat kimia, terutama tatkala pertama kali aku mengkonsumsinya karena kawatir dengan efek/dampak buruk yang timbul. Akan tetapi aku sabar menghadapinya.

Meskipun hatiku teriris-iris karena gelisah dan rasa takut. Setelah beberapa lama mengkonsumsi obat-obatan kimia tersebut mulailah rambutku berguguran. rambut yang sangat indah yang dikenal oleh orang yang dekat maupun yang jauh dariku. Sungguh, rambutku yang indah tersebut merupakan mahkota yang selalu aku kenakan di atas kepalaku. Akan tetapi penyakit kankerlah yang menggugurkan mahkotaku…helai demi helai berguguran di depan kedua mataku.

Pada suatu malam datanglah Mayaa’ putriku duduk di sampingku. Ia membawa sedikit manisan (kue). Kamipun mulai menyaksikan sebuah acara di salah satu stasiun televisi, lalu iapun mematikan televisi, lalu memandang kepadaku dan berkata, “Mama…engkau dalam keadaan baik?”

Aku menjawab, “Ya.”

Lalu putriku memegang uraian rambutku. Ternyata uraian rambut itupun berguguran di tangan putriku. Iapun mengelus-negelus rambutku ternyata berguguran beberapa helai rambutku di hadapannya.

Lalu aku berkata kepada putriku, “Bagaimana menurutmu dengan kondisiku ini wahai Mayaa’..?”

Ia pun menangis. Lalu mengusap air matanya dengan kedua tangannya, seraya berkata, “Wahai mama, rambutmu yang gugur ini adalah amalan-amalan kebaikan.”

Lalu iapun mulai mengumpulkan rambut-rambutku yang berguguran tadi dan meletakkannya di secarik tisu.

Akupun menangis melihatnya hingga teriris-iris hatiku karena tangisanku, lalu aku memeluknya di dadaku, dan aku berdoa kepada Allah agar menyembuhkan aku dan memanjangkan umurku demi Mayaa’ putriku ini, dan agar aku tidak meninggal karena penyakitku ini, dan agar Allah menyabarkan aku menahan pedihnya penyakitku ini.

Keeseokan harinya akupun meminta kepada suamiku alat cukur, lalu akupun mencukur seluruh rambutku di kamar mandi tanpa diketahui oleh seorangpun, agar aku tidak lagi sedih melihat rambutku yang selalu berguguran, di ruang tamu, di dapur, di tempat duduk, di tempat tidur, di mobil. Tidak ada tempat yang selamat dari bergugurnya rambutku.

Setelah itu akupun selalu memakai penutup kepala di rumah, akan tetapi Mayaa putriku mengeluhkan akan hal itu lalu melepaskan penutup kepalaku. Iapun terperanjak melihat rambutku yang tercukur habis. Ia berkata, “Mama..kenapa engkau melakukan ini? Apakah engkau lupa bahwa aku telah berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu, dan agar rambutmu tidak berguguran lagi? Tidakkah engkau tahu bahwasanya Allah akan mengabulkan doaku…Allah akan menjawab permintaanku, Allah tidak menolak permintaanku! Aku telah berdoa untukmu mama dalam sujudku agar Allah mengembalikan rambutmu lebih indah lagi daripada sebelumnya. Lebih banyak dan lebih cantik. Mama…sudah sebulan aku tidak membeli sarapan pagi di sekolah dengan uang jajanku, aku selalu menyedekahkan uang jajanku untuk para pembantu yang miskin di sekolah, dan aku meminta kepada mereka untuk mendoakanmu.” “Mama…tidakkah engkau tahu bahwasanya aku telah meminta kepada sahabatku Manaal agar meminta neneknya yang baik untuk mendoakan kesembuhanmu? Mamaa…aku cinta kepada Allah…dan Dia akan mengabulkan doaku dan tidak akan menolak permintaanku…dan Dia akan segera menyembuhkanmu…”

Mendengar tuturan putriku akupun tidak kuasa untuk menahan air mataku. Begitu yakinnya ia, begitu kuat dan berani jiwanya, lalu akupun memeluknya sambil menangis.”

Putriku lalu duduk bertelekan kedua lututnya menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya berdoa agar Allah menyembuhkanku sambil menangis. Ia menoleh kepadaku dan berkata, “Mama..hari ini adalah hari jum’at, dan saat ini adalah waktu mustajaab (terkabulnya doa)…aku berdoa untuk kesembuhanmu. Ustadzah Nuuroh hari ini mengabarkan aku tentang waktu mustajab ini.”

Sungguh hatiku teriris-iris melihat sikap putriku kepadaku… Akupun pergi ke kamarku dan tidur. Aku tidak merasa dan tidak terjaga kecuali saat aku mendengar lantunan ayat kursi dan surat Al-Fatihah yang dibaca oleh putriku dengan suaranya yang merdu dan lembut. Aku merasakan ketentaraman…aku merasakan kekuatan…aku merasakan semangat yang lebih banyak.

Sudah sering kali aku memintanya untuk membacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas kepadaku jika aku tidak bisa tidur karena rasa sakit yang parah. Akupun memanggilnya untuk membacakan al-Qur’an untukku.

Sebulan kemudian—setelah menggunakan obat-obatan kimia—akupun kembali periksa di rumah sakit.

Para dokter mengabarkan kepadaku bahwa saat ini aku sudah tidak membutuhkan lagi obat-obatan kimia tersebut, dan kondisiku telah semakin membaik. Akupun menangis karena saking gembiranya mendengar hal ini. Dan dokter marah kepadaku karena aku telah mencukur rambutku dan ia mengingatkan aku bahwasanya aku harus kuat dan beriman kepada Allah serta yakin bahwasanya kesembuhan ada di tangan Allah.

Lalu aku kembali ke rumah dengan sangat gembira…dengan perasaan sangat penuh pengharapan…putriku Mayaa’ tertawa karena kebahagiaan dan kegembiraanku. Ia berkata kepadaku di mobil, “Mama…dokter itu tidak mengerti apa-apa, Robku yang mengetahui segala-galanya.”

Aku berkata, “Maksudmu?”

Ia berkata, “Aku mendengar papa berbicara dengan sahabatnya di HP, papa berkata padanya bahwasanya keuntungan toko bulan ini seluruhnya ia berikan kepada yayasan sosial panti asuhan agar Allah menyembuhkan uminya Mayaa.”

Akupun menangis mendengar tuturannya, karena keuntungan toko tidak kurang dari 200 ribu real (sekitar 500 juta rupiah), dan terkadang lebih dari itu.

Sekarang kondisiku—Alhamdulillah—terus membaik, pertama karena karunia Allah, kemudian karena kuatnya Mayaa putriku yang telah membantuku dalam perjuangan melawan penyakit kanker yang sangat buruk ini. Ia telah mengingatkan aku kepada Allah dan bahwasanya kesembuhan di tangan-Nya, sebagaimana aku tidak lupa dengan jasa suamiku yang mulia yang telah bersedekah secara diam-diam tanpa mengabariku yang merupakan sebab berkurangnya rasa sakit yang aku rasakan.

Aku berdoa kepada Allah agar menyegerakan kesembuhanku dan juga bagi setiap lelaki atau wanita yang terkena penyakit kanker. Sungguh kami menghadapi rasa sakit yang pedih yang merusak tubuh kami dan juga jiwa kami, akan tetapi rahmat Allah dan karuniaNya lebih besar dan lebih luas sebelum dan sesudahnya...”

7/14/2021

Rahasia Keberkahan Waktu

فِي هَذَا الزَّمَانِ نَجِدُ الْوَقْتَ يَجْرِيْ بِسُرْعَةٍ، فَكَيْفَ يَنَالُ الْمَرْءُ الْبَرَكَةَ فِي وَقْتِهِ؟

Pada zaman sekarang, kita merasakan bahwa waktu berlalu begitu cepat, bagaimana cara seseorang mendapatkan keberkahan dalam waktunya?

الزَّمَانُ هُوَ الزَّمَانُ وَلَكِنَّ الْقَضِيَّةَ فِي الْبَرَكَةِ

Waktu, dulu dan sekarang sama saja, namun yang berbeda adalah dalam keberkahannya.

فَلَوْ تَأَمَّلْتُمْ- يَا إِخْوَةٌ- النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ فِي يَوْمِ النَّحْرِ رَمَى جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ ضُحًى

Wahai saudara-saudaraku, apabila kalian merenungkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, saat haji Wada’, pada hari penyembelihan binatang kurban, melempar Jumrah al-‘Aqabah pada waktu duha.

ضُحَى يَوْمِ النَّحْرِ وَنَحَرَ هَدْيَهُ، نَحَرَ ثَلَاثَةً وَ سِتِّينَ بَدَنَةً بِيَدِهِ الشَّرِيْفَةِ

Waktu duha pada hari penyembelihan, kemudian beliau menyembelih binatang kurban beliau, enam puluh tiga unta disembelih dengan tangan beliau sendiri yang mulia.

وَأَكْمَلَ عَلِيٌّ رَضِيَ الله عَنْهُ مِائَةً

Kemudian Ali -Semoga Allah meridhainya- melanjutkan sembelihan beliau hingga unta ke seratus.

وَقَامَ عَلِيٌّ رَضِيَ الله عَنْهُ عَلَيْهَا فَسُلِخَتْ

Kemudian Ali -Semoga Allah meridhainya- yang melanjutkan pengurusan binatang kurban hingga dikuliti.

وَأَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ كُلِّ بَدَنَةٍ بِقِطْعَةٍ

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta bagian berupa sepotong daging dari tiap-tiap unta.

فَجُمِعَتْ فِي قِدْرٍ وَطُبِخَتْ

Kemudian daging-daging itu dikumpulkan dalam satu wadah kemudian dimasak.

وَتَعْرِفُونَ لَحْمَ الْإِبِلِ، يَسْتَغْرِقُ وَقْتًا

Dan kalian sudah faham tentang daging unta, butuh waktu untuk memasaknya.

فَشَرِبَ مِنْ مَرَاقِهَا وَأَكَلَ مِنْهَا وَحَلَقَ رَأْسَهُ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفَرَّقَهُ عَلَى النَّاسِ

Kemudian Nabi menikmati kuah dagingnya dan memakan sebagiannya, lantas beliau mencukur rambut beliau kemudian membagi-bagikannya kepada orang-orang.

وَرَكِبَ دَابَّتَهُ وَذَهَبَ إِلَى الْبَيْتِ الْحَرَامِ بِالْجَمَلِ

Lalu beliau menunggangi binatang tunggangan beliau menuju Masjidil Haram, dengan unta.

حَتَّى وَصَلَ إِلَى الْبَيْتِ الْحَرَامِ وَطَافَ طَوَافَ الْإِفَاضَةِ، كُلُّ هَذَا قَبْلَ أَنْ يُؤَذِّنَ الظُّهْرَ

Ketika beliau tiba di Masjidil Haram, beliau melaksanakan tawaf al-Ifadhah. Semua itu selesai dilaksanakan sebelum berkumandang azan Zhuhur.

اُنْظُرُوْا إِلَى بَرَكَةِ الْوَقْتِ

Perhatikan, itulah keberkahan waktu.

مِنَ الضُّحَى لَيْسَ مِنَ الْفَجْرِ، لَا مِنَ الضُّحَى نِصْفَ الْوَقْتِ إِلَى أَذَانِ الظُّهْرِ فَعَلَى كُلَّ هَذَا

Dari waktu duha, bukan dari waktu subuh, bukan! Dari duha, dari pertengahan waktu pagi hingga azan Zhuhur, beliau bisa melakukan semua ini.

ثُمَّ رَجَعَ إِلَى مِنَى فَوَجَدَ بَعْضَ أَصْحَابِهِ لَمْ يُصَلُوْا ظُهْرًا بَعْدُ، فَصَلَّى بِهِمُ الظُّهْرَ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Kemudian beliau kembali ke Mina dan mendapati sebagian sahabat beliau belum menunaikan salat zuhur, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami mereka untuk salat Zhuhur dan menyampaikan khutbah untuk mereka yang hadir.

وَسِرُّ الْبَرَكَةِ الصِّدْقُ مَعَ الله

Dan rahasia keberkahan adalah jujur dengan Allah.

اصْدُقْ مَعَ الله يُبَارَكْ لَكَ فِي وَقْتِكَ

Jujurlah kepada Allah, niscaya akan diberkahi waktu Anda.

فَمَنْ صَدَقَ اللهَ وَعَلِمَ الله مِنْ قَلَبِهِ الصِّدْقَ وَ الْإقْبَالَ سَيُبَارِكُ الله عَزَّ وَجَلَّ لَهُ فِي وَقْتِهِ

Barangsiapa jujur kepada Allah dan Allah mengetahui bahwa dia memang jujur dari dalam hatinya dan sungguh-sungguh, niscaya Allah akan memberikan keberkahan waktu kepadanya.

ثُمَّ الْحِرْصُ عَلَى عَدَمِ تَضْيِيْعِ الْوَقْتِ

Rahasia berikutnya adalah kesungguhan untuk tidak membuang-buang waktu.

نَحْنُ فِي الْحَقِيقَةِ نُضَيِّعُ الْوَقْتَ ثُمَّ نَقُولُ: مَا فِي وَقْت

نَحْنُ الَّذِينَ أَضَعْنَاهُ

Sebenarnya kita sendiri yang membuang-buang waktu kita, kemudian kita beralasan, “Tidak ada waktu.” Padahal kita sendiri yang membuang-buang waktu tersebut.

وَلَوْ اغْتَنَمْنَاهُ فِيمَا شَرَعَ الله لَوَجَدْنَا وَقْتًا كَثِيرًا وَلَبَارَكَ الله لَنَا فِي الْوَقْتِ

Jikalau kita memanfaatkan waktu kita pada hal-hal yang diperintahkan oleh Allah, niscaya kita akan memiliki banyak waktu luang dan Allah akan memberkahi waktu kita.

وَمِمَّا يَدُلُّ لِهَذَا قَوْلُ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَجَلِهِ

فَلَيَصِلْ رَحِمَهُ

رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَ مُسْلِمٌ

Dan di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya, dan diperpanjang usianya, maka hendaknya dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ

يَعْنِيْ أَنْ يُوَسِّعَ لَهُ فِي رِزْقِهِ

“Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya,” maksudnya diperbanyak rezekinya.

وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَجَلِهِ

طَبْعًا هُنَا بَعْضُ أهْلِ الْعِلْمِ قَالَ مَعْنَى يُنْسَأَ لَهُ فِي أَجَلِهِ أَنْ يُبَارَكَ لَهُ فِي الْوَقْتِ حَتَّى يَعْمَلَ فِي الْوَقْتِ الْقَلِيلِ الْعَمَلَ الْكَثِيرَ

“Dan diperpanjang usianya,” Tentu, di sini sebagian ulama berkata bahwa makna “Diperpanjang usianya…” adalah diberkahi waktunya sehingga dalam waktu yang sedikit dia bisa melakukan banyak amal perbuatan.

فَكَأَنَّهُ عَاشَ عُمْرًا طَوِيلًا

Sehingga seolah-olah dia hidup dengan umur yang panjang.

وَبَعْضُ أهْلِ الْعِلْمِ قَالُوْا لَا الْمَقْصُودُ فِي أَجَلِهِ بِالنِّسْبَةِ لِلْأَجَلِ الَّذِيْ فِيْ أَيْدِي الْمَلَاَئِكَةِ

Dan sebagian ulama yang lain berkata, “Bukan demikian! Maksud umur di sini, adalah umur yang masih berada di tangan malaikat.

وَلَكِنَّ أَجَلَهُ الَّذِي فِي اللَّوْحِ هُوَ بِحَسْبِ عَمَلِهِ

Akan tetapi umur dia yang tertulis di Lauh Mahfuz akan bersesuaian dengan amal perbuatannya.”

فَيَكُونُ عِنْدَ الْمَلَاَئِكَةِ مَثَلًا أَنَّهُ يَمُوتُ فِي السِّتِّيْنَ، يُقْبَضُ عَلَى رَأْسِ السِّتِّيْنَ

Sehingga, misalnya, di tangan malaikat, seseorang tertulis bahwa dia akan meninggal pada usia enam puluh tahun, dia akan dicabut nyawanya pada penghujung usia enam puluh tahun.

هَذَا الَّذِي عِنْدَ الْمَلَاَئِكَةِ فَإِذَا وَصَلَ رَحِمَهُ فَإِنَّهُ يُقْبَضُ عِنْدَ السَّبْعِيْنَ

Ini yang ada di tangan malaikat. Ketika dia menyambung silaturahmi, maka dia akan dicabut nyawanya pada usia tujuh puluh tahun.

لَيْسَ مَعْنَى هَذَا أَنَّ أَجَلَهُ الَّذِي فِي الْقَدَرِ فِي الْأَزَلِ عَلِمَهُ الله وَ كَتَبَ يَتَغَيَّرُ، لَا

Dan ini tidak berarti bahwa ketetapan umurnya yang telah ditakdirkan untuknya secara azali, yang sudah Allah ketahui dan sudah Allah tulis berubah, tidak!

الَّذِيْ يَتَغَيَّرُ الَّذِي فِي أَيْدِي الْمَلَاَئِكَةِ

أَمَّا الَّذِي فِي اللَّوْحِ فَهُوَ مُطَابِقٌ، عَلِمَ الله أَنَّهُ سَيَصِلُ رَحِمَهُ وَ يَبْلُغُ السَّبْعِيْنَ

Adapun takdir yang tertulis di Lauh Mahfuz pasti terjadi, Allah tahu bahwa dia akan menyambung silaturahmi yang dengannya usianya akan mencapai tujuh puluh tahun.

فَالْمَكْتُوبُ أَنَّهُ يَبْلُغُ السَّبْعِيْنَ، وَهَذَا الْقَوْلُ قَوِيُّ

Maka yang menjadi ketetapan takdirnya adalah dia usianya mencapai tujuh puluh tahun, dan ini adalah pendapat yang kuat.

لَكِنَّ بَعْضَ أهْلِ الْعِلْمِ وَ هَذَا وَجْهُ الشَّاهِدِ الَّذِي أَوْرَدْتُهُ يَرَوْنَ أَنَّ الْمَقْصُودَ بِزِيَادَةِ الْأَجَلِ الْبَرَكَةُ فِي الْعُمْرِ

Namun sebagian ulama berpendapat, dan pendapat ini yang menjadi penguat apa yang tadi saya sampaikan, bahwa maksud dari bertambahnya umur adalah keberkahan usia.

حَتَّى يَعْمَلَ الْإِنْسَانُ فِي الْعُمْرِ يَعْنِي مَا لَا يَعْمَلُهُ مِثْلُهُ مِمَّنْ كَانَ مُقَارِبًا لَهُ فِي الْعُمْرِ

Sehingga seseorang dalam rentang usianya bisa melakukan amalan yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain yang memiliki rentang usia tidak jauh beda dengannya.

الشَّاهِدُ الصِّدْقُ مَعَ الله وَصَرْفُ الْأَوْقَاتِ فِي طَاعَةِ الله سَبَبٌ لِنَيْلِ بَرَكَةِ الْوَقْتِ

Kesimpulannya adalah bahwasanya jujur kepada Allah dan menggunakan waktu dalam ketaatan kepada Allah adalah sebab untuk mendapatkan keberkahan waktu.

Nasihat Syaikh Dr. Sulaiman ar-Ruhaily -- https://youtu.be/D6bWe13R3CI

1/05/2021

Penyebab Penyakit Futur

*Futur, dapat bermakna:*

_a. Terputus dari ketersinambungan atau diam setelah bergerak._
_b. Sikap malas, lamban dan santai setelah sebelumnya giat dan bersungguh-sungguh._

Secara istilah, Futur ialah Suatu penyakit hati (rohani) yang efek minimalnya timbulnya rasa malas, lamban dan sikap santai dalam melakukan suatu ‘amaliyah yang sebelumnya pernah dilakukan dengan penuh semangat dan menggebu-gebu, dan efek maksimalnya terputusnya sama sekali praktek dari suatu ‘amaliyah tersebut.

📚 *ADA 8 FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA FUTUR*

Biasanya, futur merupakan penyakit sekunder, atau penyakit yang disebabkan oleh adanya penyakit lain. Penyakit jenis ini sulit disembuhkan sebelum penyakit primernya atau yang menjadi penyebabnya disembuhkan lebih dulu. Karena itu, jika kita terlanda futur, segera identifikasi apa penyakit primernya.

*Ada beberapa tips untuk mengenali penyebab munculnya futur dan cara mengatasinya:*

🍒 *1. Israf / Ghuluw (Terlalu Berlebihan) Dalam Menjalankan Agama.*

_Dizaman dahulu ada seorang pemuda ingin berpuasa setiap hari tanpa henti, tapi dilarang oleh Rasulullah. Dia hanya dibolehkan berpuasa seperti Nabi Daud, sehari berpuasa, sehari berbuka, agar dia tidak merasa bosan berpuasa dan agar badannya tidak terzalimi. Dengan alasan serupa Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam juga melarang umatnya mengkhatamkan bacaan Qur’an kurang dari tiga hari._

_*Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:* “Jauhilah oleh kalian sikap berlebihan dalam agama, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa dikarenakan sikap berlebihan dalam beragama.” *(Riwayat Ahmad dan Nasaa’i)*_

_“Lakukanlah amal sesuai dengan kemampuanmu, krn sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri merasa bosan. Sesungguhnya amalan yang paling disukai oleh Allah ialah yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit.” *(Riwayat Bukhari dan Muslim)*_

_“Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atasmu, dirimu mampunyai hak atasmu, keluargamu juga mempunyai hak atasmu. Oleh karena itu, berikan setiap yang mempunyai hak akan haknya.” *(Riwayat Bukhari)*_

🍒 *2. Terlalu Longgar Dalam Beragama.*

_Disamping ada orang-orang yang berlebihan dalam beragama, ada juga orang yang sebaliknya, terlalu longgar dalam beragama, sehingga merasa enteng saja menabrak hal-hal yang dilarang. Mula-mula yang dilanggar adalah hal-hal yang syubhat, kemudian dosa-dosa kecil, hingga akhirnya berani melanggar dosa-dosa besar._

_Ada seseorang yang membolehkan dirinya dan orang muslim lain untuk mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk agama Kristen, dengan alasan menjaga hubungan baik. “Lagi pula sampai saat ini toh akidah saya tetap islam, tidak terganggu hanya karena mengucapkan selamat Natal,” katanya berdalih._

_Pada kesempatan lain dia menjadi lebih longgar. Dia kemudian bersedia untuk menghadiri acara-acara kebaktian umat Kristen. Lagi-lagi dia berdalih itu sekedar menunjukkan solidaritasnya sebagai sesama umat beragama, tidak mengganggu akidahnya._

_Hingga akhirnya dia menyatakan bahwa semua agama saja, hanya berbeda syari’atnya Baik umat islam maupun umat lainnya akan sama-sama masuk surga asalkan berbuat baik kepada sesama manusia._

🍒 *3. Kurang Variasi Dalam Beraktivitas.*

_Sudah jadi tabiat manusia jika menghadapi kegiatan yang monoton maka dia akan merasa cepat bosan, termasuk juga dalam beramal shalih. Misalnya ada orang yang ingin shalat melulu, enggan melakukan aktivitas, maka lama kelamaan dia akan bosan melakukan shalat._

🍒 *4. Terjangkit Al Wahn (Cinta Dunia Dan Takut Mati).*

_Orang yang terjangkit penyakit ini akan takut menghadapi ujian-ujian dakwah berupa kesulitan hidup. Mereka lebih memilih duduk-duduk santai dirumah atau berjuang mencari uang sebanyak mungkin daripada berjuang menegakkan yang ma’ruf dan memerangi yang mungkar. Mereka tidak sadar, bahwa dibalik cobaan itu ada balasan yang sangat besar, yakni ampunan Allah dan kenikmatan surga._

_*Allah juga telah mengingatkan dalam firman-Nya:* “Wahai orang-orang yang beriman...! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni mereka, maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.” *(Qs. At-Taghaabun : 14)*_

🍒 *5. Terhanyut Pada Laghwun (Hal Yang Tidak / Kurang Berguna).*

_Contoh di era informasi ini adalah terlalu asyik menonton dan mendengarkan acara hiburan di TV dan radio. Juga bermain game dan internet. Bila seseorang larut dalam beraktivitas seperti ini, ia akan merasa ketagihan sehingga banyak waktu yang digunakan untuk terus melakoninya. Akibatnya, waktu untuk beramal shaleh dan berdakwah menjadi tersita. Bahkan akhirnya dia jadi lebih senang duduk berlama-lama di depan TV daripada melakukan amal shalih._

_“Sesungguhnya beruntung orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya. Dan orang yang menjauhkan diri dari )perbuatan) yang tidak berguna.” *(Qs. Al-Mu’minun : 1-3)*_

🍒 *6. Kurang Berlapang Dada.*

_Setiap jama'ah ada kelebihan dan kekurangannya. Sehingga, perlu bersikap lapang dada terhadap kekurangan dan berusaha untuk memperbaiki. Cara memperbaiki ada beberapa macam, salah satunya adalah dg memperkuat diri dan berusaha untuk merubah jamaah tersebut ke arah yang lebih baik. Jangan biarkan dirimu tidak berjamaah, segera bergabung dengan kelompok lain ketika merasa kelompok yang lama tidak sesuai dengan tuntunan Allah._

🍒 *7. Tidak berorientasi Akhirat.*

_Jika seseorang hidupnya terlalu berorientasi dunia, maka ia akan cepat merasa frustasi manakala realitas yang didapat tidak sesuai dengan keinginan atau targetnya. Namun, jika seseorang hidupnya berorientasi akhirat, apapun kesulitan didunia tidak menjadi beban berat baginya. Semuanya itu disikapi sebagai peluang yang Allah berikan kepadanya untuk mengumpulkan pahala sebanyak mungkin dari kesabaran dan ketaqwaan kepada Al-Khaliq_

🍒 *8. Banyak Bergaul Dengan Orang Fasiq.*

_*Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:* “Seseorang itu tergantung agama temanmu, karena itu hendaklah kamu lihat orang yang kamu jadikan teman.” *(Riwayat Abu Daud)*_

_Mari kita sama-sama berdo'a mohon perlindungan Allah dari penyakit futur yang bisa melanda siapa saja yang tidak waspada akan penyakit yang satu ini._


_*Wallaahu A'lam Bish-Showwaab... Wallaahu Waliyyut Taufiq*_

_Demikian Faedah Ilmiyah dan Mau’izhoh Hasanah pada hari ini. Semoga bisa memberikan manfaat untuk kita semua, serta bisa sebagai acuan untuk senantiasa memperbaiki amal kita diatas sunnah Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam dan Tidak berbicara agama dengan menggunakan Akal dan Hawa Nafsu melainkan dg Dalil Yang Shohih._

*سبحا نك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك*

Dari IG : @Ad_diinu_An_nashiihah

11/20/2020

Menyimpang Setelah Mendapat Hidayah

لماذا ينتكس البعض بعد استقامته على طريق الهداية ؟؟

Mengapa ada sebagian orang yang justru berbalik (menyimpang) setelah ia konsisten di atas jalan hidayah (bahkan sebelumnya ia mendakwahkan sunnah)…??

قيل للشيخ ابن باز :

Syaikh Bin Baz pernah ditanya:

ياشيخ ، فلان انتكس،

Wahai Syaikh; si fulan berbalik (menyimpang)

قال الشيخ :

Syaikh berkata;

(لعل انتكاسته من أمرين :

Boleh jadi dia berbalik menyimpang karena dua hal:

إما أنه لم يسأل الله الثبات ، أو أنه لم يشكر الله على الإستقامة) .

Pertama, dia mungkin tidak pernah meminta kepada Allah agar diteguhkan (di atas alhaq), atau yang kedua, ia tidak bersyukur setelah diberikan keteguhan dan keistiqomahan oleh Allah.

فحين اختارك الله لطريق هدايته،

Maka tatkala Allah telah memilihmu berjalan di atas jalan hidayah-Nya,

ليس لأنك مميز أو لطاعةٍ منك ،

camkanlah bahwa itu bukan karena keistimewaanmu atau karena ketaatanmu,

بل هي رحمة منه شملتك ،

melainkan itu adalah rahmat dari-Nya yang meliputimu

قد ينزعها منك في أي لحظة ،

Allah bisa saja mencabut rahmat tersebut kapan saja darimu

لذلك لا تغتر بعملك ولا بعبادتك

Oleh karena itu, jangan engkau tertipu dengan amalanmu, jangan pula disilaukan oleh ibadahmu

ولا تنظر باستصغار لمن ضلّ عن سبيله

Jangan engkau memandang remeh orang yang tersesat dari jalan-Nya

فلولا رحمة الله بك لكنت مكانه .

Kalau bukan karena rahmat Allah padamu, niscaya engkau akan tersesat pula, posisimu akan sama dengan orang yang tersesat itu.

أعيدوا قراءة هذه الآية بتأنٍّ

Ulang-ulang lah membaca ayat berikut ini dengan penuh penghayatan

﴿ ولوﻵ أن ثبتناك لقد كدت تركن إليهم شيئا قليلا ﴾

“Andai Kami tidak meneguhkanmu (wahai Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam), sungguh engkau hampir-hampir saja akan sedikit condong kepada mereka (orang-orang yang tersesat itu).”

إياك أن تظن أن الثبات على الإستقامة أحد إنجازاتك الشخصية …

Jangan pernah engkau menyangka, bahwa keteguhan di atas istiqomah, merupakan salah satu hasil jerih payahmu pribadi.

تأمل قوله تعالى لسيد البشر..

Perhatikan firman Allah kepada Pemimpin segenap manusia (Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam):

“ولولا أن ثبتناك”

“Kalau bukan Kami yang meneguhkanmu (wahai Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam)…”

فكيف بك !!؟.

Maka apalagi engkau…!!?

نحنُ مخطئون عندما نتجاهل أذكارنا،

Kita sering keliru, manakala kita melupakan dzikir-dzikir kita

نعتقد أنها شيء غير مهم وننسى

Kita menyangka bahwa dzikir-dzikir itu tidak penting, sehingga kita pun melupakannya.

بأن الله يحفظنا بها، وربما تقلب الأقدار..

Kita lupa bahwa Allah akan menjaga kita karena dzikir-dzikir tersebut. Boleh jadi takdir Allah akan berbalik.

يقول ابن القيم:

Ibnu al-Qayyim berkata:

حاجة العبد للمعوذات أشدُ من حاجته للطعام واللباس..!

Kebutuhan hamba akan do’a dan dzikir (agar Allah memberikan perlindungan), melebihi kebutuhannya akan makanan dan pakaian.

داوموا على أذكاركم لتُدركوا معنى:

Maka rutinkanlah membaca do’a dan dzikir kalian, agar kalian meraih apa yang dijanjikan dalam sabda Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam

احفظ الله يحفظك..

“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjaga kalian”

تحصنوا كل صباح ومساء ؛

Niscaya kalian akan mendapatkan perlindungan pagi dan petang.

فالدنيا مخيفة .. وفي جوفها مفاجأت .. والله هو الحافظ لعباده

Dunia ini benar-benar menakutkan…. di lorongnya ada banyak hal yang menyentakkan… Allah, Dialah yang Maha Menjaga hamba-hamba-Nya.

https://bbg-alilmu.com/

4/26/2020

Ramadhan Pembeda Langit dan Bumi

Dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, (beliau berkata),

كَانَ رَجُلَانِ مِنْ بَلِيٍّ حَيٌّ مِنْ قُضَاعَةَ أَسْلَمَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاسْتُشْهِدَ أَحَدُهُمَا، وَأُخِّرَ الْآخَرُ سَنَةً، قَالَ طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ: فَأُرِيتُ الْجَنَّةَ، فَرَأَيْتُ الْمُؤَخَّرَ مِنْهُمَا، أُدْخِلَ قَبْلَ الشَّهِيدِ، فَتَعَجَّبْتُ لِذَلِكَ، فَأَصْبَحْتُ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَوْ ذُكِرَ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ألَيْسَ قَدْ صَامَ بَعْدَهُ رَمَضَانَ، وَصَلَّى سِتَّةَ آلَافِ رَكْعَةٍ، أَوْ كَذَا وَكَذَا رَكْعَةً صَلَاةَ السَّنَةِ؟

“Ada dua orang lelaki dari Baliy, sebuah perkampungan dari suku Qudhâ’ah. Keduanya ber-Islam bersama Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Salah seorang dari keduanya mati syahid, sedangkan seorang yang lain masih diakhirkan (hidup) hingga setahun (setelah itu). Thalhah bin ‘Ubaidullah berkata, ‘Surga diperlihatkan kepadaku (dalam mimpi), maka saya melihat bahwa orang yang terakhir (wafat) dari keduanya dimasukkan ke surga sebelum yang mati syahid. Saya sangat heran dengan hal tersebut. Pada pagi hari, saya menyebutkan hal tersebut kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, atau hal tersebut disebutkan kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Bukankah dia telah berpuasa Ramadhan setelah (meninggalnya orang yang mati syahid tersebut)? Dan (bukankah) dia telah mengerjakan enam ribu rakaat atau sekian dan sekian rakaat shalat Sunnah?” [Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang hasan]

Dalam riwayat dari Thalhah bin ‘Ubaidillah radhiyallâhu ‘anhu, Rasululllah shallallâhu ‘alaihi wa sallam,

فَمَا بَيْنَهُمَا أَبْعَدُ مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

“Maka antara keduanya (ada jarak) sejauh antara langit dan bumi.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany lantaran berbagai jalur riwayatnya dalam Ash-Shahîhah no. 2591]

Penjelasan

Termasuk nikmat yang sangat besar terhadap seorang hamba, Allah memberinya kesempatan dan umur panjang dalam ketaatan kepada Allah. Hal tersebut sebagaimana ketika Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Siapakah manusia yang paling baik?”

Beliau menjawab,

مَنْ طَالَ عُمْرُهُ، وَحَسُنَ عَمَلُهُ

“Siapa saja yang panjang umurnya dan baik amalannya.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzy dari Abdullah bin Busr radhiyallâhu ‘anhu]

Kematian adalah gelas, semua orang akan meneguknya. Kuburan adalah pintu, seorang akan memasukinya. Kiamat adalah tempat berkumpul, semua orang akan menuai hisabnya. Ramadhan adalah kesempatan, pintu menuju surga, dan lahan berbagai amalan shalih yang tidak semua orang mendapatkannya.

Harus ada kesyukuran akan suatu nikmat agung.

Mesti terdapat kesungguhan dalam meraih pahala.

Janganlah menjadi orang lalai di tengah kesempatan, dan janganlah tergolong sebagai orang yang gersang dan kemarau dalam musim ketaatan.

Semoga Allah memanjangkan umur kita dalam ketaatan, dan menjadikan kita semua sebagai orang-orang yang beruntung dengan kemenangan di bulan yang mulia ini.

Wallahu A’lam.

Faidah Hadits
1. Keutamaan puasa Ramadhan dalam memberatkan pahala kebaikan.
2. Keutamaan shalat lima waktu dan shalat sunnah dalam memberatkan pahala kebaikan.
3. Sebagian mimpi adalah benar.
4. Mimpi yang dipastikan benar adalah hal-hal yang telah disetujui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
5. Keutamaan mati syahid.
6. Menanyakan hal yang kurang jelas kepada orang yang berilmu.
7. Keutamaan umur yang digunakan dalam ketaatan kepada Allah.
8. Amalan shalih adalah sebab yang memasukkan ke dalam surga.
9. Penetapan adanya balasan pada hari kiamat.
10. Setiap orang mendapat kebaikan sesuai dengan amalannya.
11. Bolehnya menceritakan mimpi kepada orang shalih yang paham agama
_______
dzulqarnain.net

4/15/2020

Berdoa dengan nama Allah yang paling Agung

Allah 'azza wa jalla memiliki nama yang paling agung. 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya sebagai Ismullah al-A’dzam yang bisa menjadi pengantar kemujaraban doa. Dengan menyebut Ismullah al-A’dzam, segala bentuk doa dan permohonan menjadi lebih besar peluang untuk dikabulkan. Karena diantara bagian dari adab dalam berdoa adalah memperbanyak pujian sebelum menghaturkan doa. Nama-nama yang paling Agung tersebut adalah:
  • Al-Ahad [الأَحَدُ] Maha Esa
  • As-Shamad [الصَّمَدُ] Penguasa yang Maha Sempurna dan Bergantung kepada-Nya segala sesuatu
  • Al-Mannan [الْمَنَّانُ] Maha Pemberi
  • Al-Hayyu [الْحَيُّ] Maha Hidup dan Kekal
  • Al-Qoyyum [الْقَيُّومُ] Maha Mengatur dan Maha Berdiri Sendiri
  • Badii’us samaawaati wal ardh [بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ] Pencipta Langit dan Bumi
  • Yaa dzal jalali wal ikram [ذُو الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ] Pemilik Keagungan dan Kemuliaan 

Dalil:

1. اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنِّى أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu karena aku bersaksi bahwa Engkau adalah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Maha Esa, yang menjadi tempat bergantung semua makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak dilahirkan. Dan tidak ada seorangpun yang sepadan dengan-Nya."

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar ada orang yang membaca kalimat di atas. Kemudian beliau bersabda menyebutkan keutamaannya,

"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh orang ini telah meminta kepada Allah dengan ismullah al-a’dzam (nama Allah yang paling agung), dimana, ketika seseorang berdoa dengan menyebut nama itu, maka doanya akan diijabahi. Dan apabila dia meminta kepada Allah dengan menyebut nama itu, maka dia akan diberi." (HR. Ahmad 23654, Abu Daud 1495, Turmudzi 3812,  dan disahihkan Syuaib al-Arnauth).

2. اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu bahwa sesungguhnya segala pujian hanya milik-Mu, tiada sembahan yang benar kecuali Engkau, Yang Maha Pemberi karunia, Pencipta langit dan bumi, wahai Yang Maha Memiliki keagungan dan kemuliaan, wahai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri.”

Mendengar itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sungguh dia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang paling agung, yang jika seseorang berdoa kepada-Nya dengan nama tersebut maka Allah akan mengabulkannya, dan jika dia meminta kepada-Nya dengan nama tersebut maka Allah akan memenuhi permintaannya. (HR. Ahmad 12946, Abu Daud 1497, Nasai 1308, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

3. Dari Asma bintu Yazid, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Sesungguhnya pada dua ayat ini, [اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ] dan ayat [الم اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ] terdapat Ismullah al-A’dzam." (HR. Ahmad 27611, ad-Darimi 3456 dan dihasankan al-Albani)

4. Dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

"Ismullah al-A’dzam, apabila orang berdoa dengan menyebut namanya itu maka doanya akan dikabulkan, ada di tiga surat: Al-Baqarah, Ali imran, dan Thaha." (HR. Ibnu Majah 3988, dan dishahihkan al-Albani). Abu Abdurrahman al-Qosim pun mencarinya dalam al-Quran; 

1. Al-Baqarah ada di awal ayat kursi,

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

2. Ali Imran ada di ayat kedua,

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

3. Thaha ada di ayat 111:

وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ

(Silsilah as-Shahihah, 2/371).

2/27/2020

Matinya Hati karena 10 Perkara

Dari al Ustad Dzulqarnain bin Muhammad sunusi حفظه الله

Suatu hari, Ibrahim bin Adham rahimahullah berlalu melewati pasar Bashrah. Manusia pun berkumpul kepadanya seraya berkata, “Wahai Abu Ishaq, sesungguhnya Allah berfirman dalam kitab-Nya, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagi kalian’. Sudah sekian lama kami berdoa tapi tidak dikabulkan?”

Beliau menjawab,

يَا أَهْلَ الْبَصْرَةِ، مَاتَتْ قُلُوبُكُمْ فِي عَشَرَةِ أَشْيَاءَ، أَوَّلُهَا: عَرَفْتُمُ اللَّهَ ولَمْ تُؤَدُّوا حَقَّهُ، الثَّانِي: قَرَأْتُمْ كِتَابَ اللَّهِ ولَمْ تَعْمَلُوا بِهِ، وَالثَّالِثُ: ادَّعَيْتُمْ حُبَّ رَسُولِ اللَّهِ وَتَرَكْتُمْ سُنَّتَهَ، وَالرَّابِعُ: ادَّعَيْتُمْ عَدَاوَةَ الشَّيْطَانِ وَوَافَقْتُمُوهُ، وَالْخَامِسُ: قُلْتُمْ نُحِبُّ الْجَنَّةَ ولَمْ تَعْمَلُوا لَهَا، وَالسَّادِسُ: قُلْتُمْ نَخَافُ النَّارَ وَرَهَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِهَا، وَالسَّابِعُ: قُلْتُمْ إِنَّ الْمَوْتَ حَقٌّ وَلَمْ تَسْتَعِدُّوا لَهُ، وَالثَّامِنُ: اشْتَغَلْتُمْ بِعُيُوبِ إِخْوَانِكُمْ وَنَبَذْتُمْ عُيُوبَكُمْ، وَالتَّاسِعُ: أَكَلْتُمْ نِعْمَةَ رَبِّكُمْ ولَمْ تَشْكُرُوهَا، وَالْعَاشِرُ: دَفَنْتُمْ مَوْتَاكُمْ وَلَمْ تَعْتَبِرُوا بِهِمْ

“Wahai penduduk Bashrah, hati kalian telah mati pada sepuluh perkara,

1. Pertama, kalian mengenal Allah tapi tidak menunaikan hak-Nya.

2. Kedua, kalian membaca Al-Qur’an, tapi kalian tidak mengamalkannya.

3. Ketiga, kalian mengaku mencintai Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, tapi kalian meninggalkan sunnahnya.

4. Keempat, kalian mengaku memusuhi syaithan, tapi kalian mencocokinya.

5. Kelima, kalian mengatakan bahwa kami mencintai surga, tapi kalian tidak beramal untuk (memasuki) nya.

6. Keenam, kalian mengatakan bahwa kami takut dari neraka, tapi kalian menggadai diri-diri kalian untuk neraka.

7. Ketujuh, kalian mengatakan bahwa kematian adalah benar adanya, tapi kalian tidak bersiap untuknya.

8. Kedelapan, kalian sibuk membicarakan aib-aib saudara-saudara kalian, sedang kalian mencampakkan aib-aib kalian sendiri.

9. Kesembilan, kalian memakan nikmat-nikmat Rabb kalian, tapi kalian tidak menunaikan kesyukuran kepada-Nya.

10. Kesepuluh, kalian telah mengubur orang-orang mati kalian, tapi kalian tidak mengambil pelajaran darinya.”

Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilayatul Auliyâ` 8/15-16. Disebutkan juga oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jâmi Bayân Al-‘Ilm no. 1220, Asy-Syâthiby dalam Al-I’tishâm 1/149 (Tahqîq Masyhûr Hasan), dan Al-Absyîhy dalam Al-Mustathraf 2/329.