7/14/2021

Rahasia Keberkahan Waktu

فِي هَذَا الزَّمَانِ نَجِدُ الْوَقْتَ يَجْرِيْ بِسُرْعَةٍ، فَكَيْفَ يَنَالُ الْمَرْءُ الْبَرَكَةَ فِي وَقْتِهِ؟

Pada zaman sekarang, kita merasakan bahwa waktu berlalu begitu cepat, bagaimana cara seseorang mendapatkan keberkahan dalam waktunya?

الزَّمَانُ هُوَ الزَّمَانُ وَلَكِنَّ الْقَضِيَّةَ فِي الْبَرَكَةِ

Waktu, dulu dan sekarang sama saja, namun yang berbeda adalah dalam keberkahannya.

فَلَوْ تَأَمَّلْتُمْ- يَا إِخْوَةٌ- النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ فِي يَوْمِ النَّحْرِ رَمَى جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ ضُحًى

Wahai saudara-saudaraku, apabila kalian merenungkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, saat haji Wada’, pada hari penyembelihan binatang kurban, melempar Jumrah al-‘Aqabah pada waktu duha.

ضُحَى يَوْمِ النَّحْرِ وَنَحَرَ هَدْيَهُ، نَحَرَ ثَلَاثَةً وَ سِتِّينَ بَدَنَةً بِيَدِهِ الشَّرِيْفَةِ

Waktu duha pada hari penyembelihan, kemudian beliau menyembelih binatang kurban beliau, enam puluh tiga unta disembelih dengan tangan beliau sendiri yang mulia.

وَأَكْمَلَ عَلِيٌّ رَضِيَ الله عَنْهُ مِائَةً

Kemudian Ali -Semoga Allah meridhainya- melanjutkan sembelihan beliau hingga unta ke seratus.

وَقَامَ عَلِيٌّ رَضِيَ الله عَنْهُ عَلَيْهَا فَسُلِخَتْ

Kemudian Ali -Semoga Allah meridhainya- yang melanjutkan pengurusan binatang kurban hingga dikuliti.

وَأَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ كُلِّ بَدَنَةٍ بِقِطْعَةٍ

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta bagian berupa sepotong daging dari tiap-tiap unta.

فَجُمِعَتْ فِي قِدْرٍ وَطُبِخَتْ

Kemudian daging-daging itu dikumpulkan dalam satu wadah kemudian dimasak.

وَتَعْرِفُونَ لَحْمَ الْإِبِلِ، يَسْتَغْرِقُ وَقْتًا

Dan kalian sudah faham tentang daging unta, butuh waktu untuk memasaknya.

فَشَرِبَ مِنْ مَرَاقِهَا وَأَكَلَ مِنْهَا وَحَلَقَ رَأْسَهُ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفَرَّقَهُ عَلَى النَّاسِ

Kemudian Nabi menikmati kuah dagingnya dan memakan sebagiannya, lantas beliau mencukur rambut beliau kemudian membagi-bagikannya kepada orang-orang.

وَرَكِبَ دَابَّتَهُ وَذَهَبَ إِلَى الْبَيْتِ الْحَرَامِ بِالْجَمَلِ

Lalu beliau menunggangi binatang tunggangan beliau menuju Masjidil Haram, dengan unta.

حَتَّى وَصَلَ إِلَى الْبَيْتِ الْحَرَامِ وَطَافَ طَوَافَ الْإِفَاضَةِ، كُلُّ هَذَا قَبْلَ أَنْ يُؤَذِّنَ الظُّهْرَ

Ketika beliau tiba di Masjidil Haram, beliau melaksanakan tawaf al-Ifadhah. Semua itu selesai dilaksanakan sebelum berkumandang azan Zhuhur.

اُنْظُرُوْا إِلَى بَرَكَةِ الْوَقْتِ

Perhatikan, itulah keberkahan waktu.

مِنَ الضُّحَى لَيْسَ مِنَ الْفَجْرِ، لَا مِنَ الضُّحَى نِصْفَ الْوَقْتِ إِلَى أَذَانِ الظُّهْرِ فَعَلَى كُلَّ هَذَا

Dari waktu duha, bukan dari waktu subuh, bukan! Dari duha, dari pertengahan waktu pagi hingga azan Zhuhur, beliau bisa melakukan semua ini.

ثُمَّ رَجَعَ إِلَى مِنَى فَوَجَدَ بَعْضَ أَصْحَابِهِ لَمْ يُصَلُوْا ظُهْرًا بَعْدُ، فَصَلَّى بِهِمُ الظُّهْرَ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Kemudian beliau kembali ke Mina dan mendapati sebagian sahabat beliau belum menunaikan salat zuhur, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami mereka untuk salat Zhuhur dan menyampaikan khutbah untuk mereka yang hadir.

وَسِرُّ الْبَرَكَةِ الصِّدْقُ مَعَ الله

Dan rahasia keberkahan adalah jujur dengan Allah.

اصْدُقْ مَعَ الله يُبَارَكْ لَكَ فِي وَقْتِكَ

Jujurlah kepada Allah, niscaya akan diberkahi waktu Anda.

فَمَنْ صَدَقَ اللهَ وَعَلِمَ الله مِنْ قَلَبِهِ الصِّدْقَ وَ الْإقْبَالَ سَيُبَارِكُ الله عَزَّ وَجَلَّ لَهُ فِي وَقْتِهِ

Barangsiapa jujur kepada Allah dan Allah mengetahui bahwa dia memang jujur dari dalam hatinya dan sungguh-sungguh, niscaya Allah akan memberikan keberkahan waktu kepadanya.

ثُمَّ الْحِرْصُ عَلَى عَدَمِ تَضْيِيْعِ الْوَقْتِ

Rahasia berikutnya adalah kesungguhan untuk tidak membuang-buang waktu.

نَحْنُ فِي الْحَقِيقَةِ نُضَيِّعُ الْوَقْتَ ثُمَّ نَقُولُ: مَا فِي وَقْت

نَحْنُ الَّذِينَ أَضَعْنَاهُ

Sebenarnya kita sendiri yang membuang-buang waktu kita, kemudian kita beralasan, “Tidak ada waktu.” Padahal kita sendiri yang membuang-buang waktu tersebut.

وَلَوْ اغْتَنَمْنَاهُ فِيمَا شَرَعَ الله لَوَجَدْنَا وَقْتًا كَثِيرًا وَلَبَارَكَ الله لَنَا فِي الْوَقْتِ

Jikalau kita memanfaatkan waktu kita pada hal-hal yang diperintahkan oleh Allah, niscaya kita akan memiliki banyak waktu luang dan Allah akan memberkahi waktu kita.

وَمِمَّا يَدُلُّ لِهَذَا قَوْلُ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَجَلِهِ

فَلَيَصِلْ رَحِمَهُ

رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَ مُسْلِمٌ

Dan di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya, dan diperpanjang usianya, maka hendaknya dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ

يَعْنِيْ أَنْ يُوَسِّعَ لَهُ فِي رِزْقِهِ

“Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya,” maksudnya diperbanyak rezekinya.

وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَجَلِهِ

طَبْعًا هُنَا بَعْضُ أهْلِ الْعِلْمِ قَالَ مَعْنَى يُنْسَأَ لَهُ فِي أَجَلِهِ أَنْ يُبَارَكَ لَهُ فِي الْوَقْتِ حَتَّى يَعْمَلَ فِي الْوَقْتِ الْقَلِيلِ الْعَمَلَ الْكَثِيرَ

“Dan diperpanjang usianya,” Tentu, di sini sebagian ulama berkata bahwa makna “Diperpanjang usianya…” adalah diberkahi waktunya sehingga dalam waktu yang sedikit dia bisa melakukan banyak amal perbuatan.

فَكَأَنَّهُ عَاشَ عُمْرًا طَوِيلًا

Sehingga seolah-olah dia hidup dengan umur yang panjang.

وَبَعْضُ أهْلِ الْعِلْمِ قَالُوْا لَا الْمَقْصُودُ فِي أَجَلِهِ بِالنِّسْبَةِ لِلْأَجَلِ الَّذِيْ فِيْ أَيْدِي الْمَلَاَئِكَةِ

Dan sebagian ulama yang lain berkata, “Bukan demikian! Maksud umur di sini, adalah umur yang masih berada di tangan malaikat.

وَلَكِنَّ أَجَلَهُ الَّذِي فِي اللَّوْحِ هُوَ بِحَسْبِ عَمَلِهِ

Akan tetapi umur dia yang tertulis di Lauh Mahfuz akan bersesuaian dengan amal perbuatannya.”

فَيَكُونُ عِنْدَ الْمَلَاَئِكَةِ مَثَلًا أَنَّهُ يَمُوتُ فِي السِّتِّيْنَ، يُقْبَضُ عَلَى رَأْسِ السِّتِّيْنَ

Sehingga, misalnya, di tangan malaikat, seseorang tertulis bahwa dia akan meninggal pada usia enam puluh tahun, dia akan dicabut nyawanya pada penghujung usia enam puluh tahun.

هَذَا الَّذِي عِنْدَ الْمَلَاَئِكَةِ فَإِذَا وَصَلَ رَحِمَهُ فَإِنَّهُ يُقْبَضُ عِنْدَ السَّبْعِيْنَ

Ini yang ada di tangan malaikat. Ketika dia menyambung silaturahmi, maka dia akan dicabut nyawanya pada usia tujuh puluh tahun.

لَيْسَ مَعْنَى هَذَا أَنَّ أَجَلَهُ الَّذِي فِي الْقَدَرِ فِي الْأَزَلِ عَلِمَهُ الله وَ كَتَبَ يَتَغَيَّرُ، لَا

Dan ini tidak berarti bahwa ketetapan umurnya yang telah ditakdirkan untuknya secara azali, yang sudah Allah ketahui dan sudah Allah tulis berubah, tidak!

الَّذِيْ يَتَغَيَّرُ الَّذِي فِي أَيْدِي الْمَلَاَئِكَةِ

أَمَّا الَّذِي فِي اللَّوْحِ فَهُوَ مُطَابِقٌ، عَلِمَ الله أَنَّهُ سَيَصِلُ رَحِمَهُ وَ يَبْلُغُ السَّبْعِيْنَ

Adapun takdir yang tertulis di Lauh Mahfuz pasti terjadi, Allah tahu bahwa dia akan menyambung silaturahmi yang dengannya usianya akan mencapai tujuh puluh tahun.

فَالْمَكْتُوبُ أَنَّهُ يَبْلُغُ السَّبْعِيْنَ، وَهَذَا الْقَوْلُ قَوِيُّ

Maka yang menjadi ketetapan takdirnya adalah dia usianya mencapai tujuh puluh tahun, dan ini adalah pendapat yang kuat.

لَكِنَّ بَعْضَ أهْلِ الْعِلْمِ وَ هَذَا وَجْهُ الشَّاهِدِ الَّذِي أَوْرَدْتُهُ يَرَوْنَ أَنَّ الْمَقْصُودَ بِزِيَادَةِ الْأَجَلِ الْبَرَكَةُ فِي الْعُمْرِ

Namun sebagian ulama berpendapat, dan pendapat ini yang menjadi penguat apa yang tadi saya sampaikan, bahwa maksud dari bertambahnya umur adalah keberkahan usia.

حَتَّى يَعْمَلَ الْإِنْسَانُ فِي الْعُمْرِ يَعْنِي مَا لَا يَعْمَلُهُ مِثْلُهُ مِمَّنْ كَانَ مُقَارِبًا لَهُ فِي الْعُمْرِ

Sehingga seseorang dalam rentang usianya bisa melakukan amalan yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain yang memiliki rentang usia tidak jauh beda dengannya.

الشَّاهِدُ الصِّدْقُ مَعَ الله وَصَرْفُ الْأَوْقَاتِ فِي طَاعَةِ الله سَبَبٌ لِنَيْلِ بَرَكَةِ الْوَقْتِ

Kesimpulannya adalah bahwasanya jujur kepada Allah dan menggunakan waktu dalam ketaatan kepada Allah adalah sebab untuk mendapatkan keberkahan waktu.

Nasihat Syaikh Dr. Sulaiman ar-Ruhaily -- https://youtu.be/D6bWe13R3CI

1/05/2021

Penyebab Penyakit Futur

*Futur, dapat bermakna:*

_a. Terputus dari ketersinambungan atau diam setelah bergerak._
_b. Sikap malas, lamban dan santai setelah sebelumnya giat dan bersungguh-sungguh._

Secara istilah, Futur ialah Suatu penyakit hati (rohani) yang efek minimalnya timbulnya rasa malas, lamban dan sikap santai dalam melakukan suatu ‘amaliyah yang sebelumnya pernah dilakukan dengan penuh semangat dan menggebu-gebu, dan efek maksimalnya terputusnya sama sekali praktek dari suatu ‘amaliyah tersebut.

📚 *ADA 8 FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA FUTUR*

Biasanya, futur merupakan penyakit sekunder, atau penyakit yang disebabkan oleh adanya penyakit lain. Penyakit jenis ini sulit disembuhkan sebelum penyakit primernya atau yang menjadi penyebabnya disembuhkan lebih dulu. Karena itu, jika kita terlanda futur, segera identifikasi apa penyakit primernya.

*Ada beberapa tips untuk mengenali penyebab munculnya futur dan cara mengatasinya:*

🍒 *1. Israf / Ghuluw (Terlalu Berlebihan) Dalam Menjalankan Agama.*

_Dizaman dahulu ada seorang pemuda ingin berpuasa setiap hari tanpa henti, tapi dilarang oleh Rasulullah. Dia hanya dibolehkan berpuasa seperti Nabi Daud, sehari berpuasa, sehari berbuka, agar dia tidak merasa bosan berpuasa dan agar badannya tidak terzalimi. Dengan alasan serupa Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam juga melarang umatnya mengkhatamkan bacaan Qur’an kurang dari tiga hari._

_*Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:* “Jauhilah oleh kalian sikap berlebihan dalam agama, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa dikarenakan sikap berlebihan dalam beragama.” *(Riwayat Ahmad dan Nasaa’i)*_

_“Lakukanlah amal sesuai dengan kemampuanmu, krn sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri merasa bosan. Sesungguhnya amalan yang paling disukai oleh Allah ialah yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit.” *(Riwayat Bukhari dan Muslim)*_

_“Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atasmu, dirimu mampunyai hak atasmu, keluargamu juga mempunyai hak atasmu. Oleh karena itu, berikan setiap yang mempunyai hak akan haknya.” *(Riwayat Bukhari)*_

🍒 *2. Terlalu Longgar Dalam Beragama.*

_Disamping ada orang-orang yang berlebihan dalam beragama, ada juga orang yang sebaliknya, terlalu longgar dalam beragama, sehingga merasa enteng saja menabrak hal-hal yang dilarang. Mula-mula yang dilanggar adalah hal-hal yang syubhat, kemudian dosa-dosa kecil, hingga akhirnya berani melanggar dosa-dosa besar._

_Ada seseorang yang membolehkan dirinya dan orang muslim lain untuk mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk agama Kristen, dengan alasan menjaga hubungan baik. “Lagi pula sampai saat ini toh akidah saya tetap islam, tidak terganggu hanya karena mengucapkan selamat Natal,” katanya berdalih._

_Pada kesempatan lain dia menjadi lebih longgar. Dia kemudian bersedia untuk menghadiri acara-acara kebaktian umat Kristen. Lagi-lagi dia berdalih itu sekedar menunjukkan solidaritasnya sebagai sesama umat beragama, tidak mengganggu akidahnya._

_Hingga akhirnya dia menyatakan bahwa semua agama saja, hanya berbeda syari’atnya Baik umat islam maupun umat lainnya akan sama-sama masuk surga asalkan berbuat baik kepada sesama manusia._

🍒 *3. Kurang Variasi Dalam Beraktivitas.*

_Sudah jadi tabiat manusia jika menghadapi kegiatan yang monoton maka dia akan merasa cepat bosan, termasuk juga dalam beramal shalih. Misalnya ada orang yang ingin shalat melulu, enggan melakukan aktivitas, maka lama kelamaan dia akan bosan melakukan shalat._

🍒 *4. Terjangkit Al Wahn (Cinta Dunia Dan Takut Mati).*

_Orang yang terjangkit penyakit ini akan takut menghadapi ujian-ujian dakwah berupa kesulitan hidup. Mereka lebih memilih duduk-duduk santai dirumah atau berjuang mencari uang sebanyak mungkin daripada berjuang menegakkan yang ma’ruf dan memerangi yang mungkar. Mereka tidak sadar, bahwa dibalik cobaan itu ada balasan yang sangat besar, yakni ampunan Allah dan kenikmatan surga._

_*Allah juga telah mengingatkan dalam firman-Nya:* “Wahai orang-orang yang beriman...! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni mereka, maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.” *(Qs. At-Taghaabun : 14)*_

🍒 *5. Terhanyut Pada Laghwun (Hal Yang Tidak / Kurang Berguna).*

_Contoh di era informasi ini adalah terlalu asyik menonton dan mendengarkan acara hiburan di TV dan radio. Juga bermain game dan internet. Bila seseorang larut dalam beraktivitas seperti ini, ia akan merasa ketagihan sehingga banyak waktu yang digunakan untuk terus melakoninya. Akibatnya, waktu untuk beramal shaleh dan berdakwah menjadi tersita. Bahkan akhirnya dia jadi lebih senang duduk berlama-lama di depan TV daripada melakukan amal shalih._

_“Sesungguhnya beruntung orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya. Dan orang yang menjauhkan diri dari )perbuatan) yang tidak berguna.” *(Qs. Al-Mu’minun : 1-3)*_

🍒 *6. Kurang Berlapang Dada.*

_Setiap jama'ah ada kelebihan dan kekurangannya. Sehingga, perlu bersikap lapang dada terhadap kekurangan dan berusaha untuk memperbaiki. Cara memperbaiki ada beberapa macam, salah satunya adalah dg memperkuat diri dan berusaha untuk merubah jamaah tersebut ke arah yang lebih baik. Jangan biarkan dirimu tidak berjamaah, segera bergabung dengan kelompok lain ketika merasa kelompok yang lama tidak sesuai dengan tuntunan Allah._

🍒 *7. Tidak berorientasi Akhirat.*

_Jika seseorang hidupnya terlalu berorientasi dunia, maka ia akan cepat merasa frustasi manakala realitas yang didapat tidak sesuai dengan keinginan atau targetnya. Namun, jika seseorang hidupnya berorientasi akhirat, apapun kesulitan didunia tidak menjadi beban berat baginya. Semuanya itu disikapi sebagai peluang yang Allah berikan kepadanya untuk mengumpulkan pahala sebanyak mungkin dari kesabaran dan ketaqwaan kepada Al-Khaliq_

🍒 *8. Banyak Bergaul Dengan Orang Fasiq.*

_*Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:* “Seseorang itu tergantung agama temanmu, karena itu hendaklah kamu lihat orang yang kamu jadikan teman.” *(Riwayat Abu Daud)*_

_Mari kita sama-sama berdo'a mohon perlindungan Allah dari penyakit futur yang bisa melanda siapa saja yang tidak waspada akan penyakit yang satu ini._


_*Wallaahu A'lam Bish-Showwaab... Wallaahu Waliyyut Taufiq*_

_Demikian Faedah Ilmiyah dan Mau’izhoh Hasanah pada hari ini. Semoga bisa memberikan manfaat untuk kita semua, serta bisa sebagai acuan untuk senantiasa memperbaiki amal kita diatas sunnah Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam dan Tidak berbicara agama dengan menggunakan Akal dan Hawa Nafsu melainkan dg Dalil Yang Shohih._

*سبحا نك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك*

Dari IG : @Ad_diinu_An_nashiihah