12/27/2015

JIKA AGAMA BUKAN PRIORITAS UTAMA

"Maaf syaikh, saya gak sempat membuat tugasnya minggu ini", kata brother Yusuf kepada syaikh Muhammad, guru liqo Bahasa Arab yang berasal dari Yordania.

"Why brother Yusuf? Kenapa anda tidak mengerjakan tugas bahasa Arabnya, kita kan cuma belajar sekali seminggu?" tanya Syaikh Muhammad.

"Minggu ini saya sibuk sekali syaikh di kantor, sampai lembur, pulang ke rumah, badan saya sudah capek", jawab brother Yusuf.

"Baiklah, minggu depan tolong dikerjakan tugas bahasa Arabnya ya", pinta Syaikh Muhammad.

"Insya Allah syaikh, saya akan kerjakan"

Minggu berikutnya brother Yusuf menyerahkan tugas bahasa Arabnya, sambil berkata,
"Sekali lagi saya minta maaf syaikh, tugasnya hanya setengah halaman, minggu ini anak saya mengajak jalan-jalan karena mereka sedang libur sekolah".

Syaikh Muhammad memandang mata brother Yusuf dengan kasihan sambil berkata "My brother, ana percaya dengan semua alasan yang antum bilang, tetapi kalau boleh saya katakan itu bukan alasan sebenarnya kenapa antum tidak bikin tugas bahasa Arab antum"
"Oh ya syaikh?", sepintas brother Yusuf malu dan merasa sedikit tersinggung.

Syaikh pun berkata,
"Iya, benar sekali, izinkan ana kasih tahu alasan sesungguhnya kenapa antum tidak membuat tugas, boleh kan?"
"Boleh syaikh, afwan" 
"Alasan sesungguhnya kenapa antum sampai tidak membuat tugas adalah karena belajar bahasa Arab ini bukan prioritas yang penting buat antum, itulah alasan yang sebenarnya, sesederhana itu, kalau belajar bahasa Arab ini merupakan prioritas penting buat antum, antum pasti akan menyediakan waktu sedikit dari waktu yang banyak dalam seminggu yang antum punyai... Yang diperlukan hanyalah keinginan dan perhatian", ulas Syaikh Muhammad.

"Astaghfirullah, benar sekali yang antum bilang syaikh", timpal brother Yusuf yang sadar, bahwa alasan alasan yang pernah disampaikannya kepada gurunya Syaikh Muhammad sebenarnya hanyalah alasan-alasan yang tidak ada hubungannya dengan tugas bahasa Arab.

Syaikh Muhammad meneruskan,
"Saudaraku, tahu gak, itu juga yang sebenarnya kenapa umat Islam ini sekarang ini mundur, terbelakang, dan tertindas di tengah peradaban manusia di zaman sekarang ini, sementara Allah telah menyatakan mereka sebagai umat yang terbaik (QS. Ali Imran: 110), tetapi kenyataannya pada saat ini tidaklah demikian."

"Kenapa mereka tidak lagi menjadi terbaik? Sama alasannya dengan alasan antum, karena agama ini tidak lagi menjadi prioritas paling penting buat mereka. Jangankan untuk memperjuangkan tegaknya syari'at agama ini, untuk mempelajari bahasa agama mereka sendiri, mereka sangat segan dan malas sekali. Padahal mempelajari agama mereka dan memperjuangkan tegaknya Islam dalam kehidupan adalah untuk kebaikan diri mereka sendiri, sebagai timbangan pahala bagi mereka di akhirat nanti dan alasan bagi Allah untuk ridho kepada mereka, sehingga Allah memberikan kehidupan akhirat yang baik bagi mereka."

Brother Yusuf tercenung, karena dia merasakan kebenaran apa yang disampaikan gurunya ustadz Syaikh Muhammad.

"Jadi kalau antum mempunyai banyak alasan kenapa antum tidak bisa serius mempelajari bahasa Arab ini dan agama ini, alasan antum sama dengan alasan kebanyakan saudara-saudara kita Muslim saat ini, kenapa mereka tidak ikut berdakwah. Karena sesungguhnya agama ini bukan prioritas penting bagi mereka, yang menjadi prioritas penting bagi mereka adalah mendapatkan uang lebih banyak lagi, atau mendapatkan pangkat yang lebih tinggi lagi, atau tempat tinggal yang lebih bagus, atau bersenang-senang dengan keluarga, atau kenyamanan pribadi karena tidak mau diganggu dengan urusan yang tidak menguntungkan dunia mereka. Ya itulah yang menjadi prioritas paling penting bagi mereka, kehidupan dunia ini, bukan kehidupan akhirat, dan Allah telah memberitahu tentang hamba-Nya yang bersikap demmikian di dalam firman-Nya:
"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai."
(QS. Ar Ruum: 7)."

"Ketahuilah saudaraku bahwa di hari penghisaban nanti, tidak ada satupun alasan yang diterima Allah atas orang-orang yang tidak menjadikan agama-Nya menjadi prioritas paling utama, karena Allah mengetahui hati hamba-Nya masing-masing atas apa sesungguhnya yang lebih mereka prioritaskan. "

Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya mereka menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat)."
(QS. Al Insaan: 27).

"Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi."
(QS. Al A'laa: 16)

Brother Yusuf diam, dan hatinya menggigil membayangkan bahwa dia sesungguhnya tidak punya alasan apapun di hadapan Allah di hari penghisaban nanti kenapa dia tidak bersungguh-sungguh mempelajari firman-firman-Nya, sama halnya dengan tidak punya alasan dirinya kenapa dia tidak membela agama-Nya dan memperjuangkan tegaknya perintah-perintah-Nya. Karena sesungguhnya Allah Maha Tahu hati hamba yang tidak menjadikan Allah dan agama-Nya sebagai prioritas utamanya, dan itulah hamba yang menjadikan kesenangan nafsu diri dan dunianya yang menjadi prioritas yang lebih tinggi daripada Allah Ta'ala dan agama-Nya.

Sahabat...
Jangan sampai kita menunggu sakaratul maut dimana Malaikat Maut yg datangnya tiba2 menjemput kita, baru kita menyadari betapa pentingnya mempelajari agama kita, dimana pintu taubat telah ditutup.
Na'udzubillahi mindzalik...

Barrakallahu Fiikum...

- Dari Group WA -

12/19/2015

Sabar Menuntut Ilmu

Fase mencari ilmu adalah fase yang sangat sulit dan berat. Simpul-simpul kesabaran akan terputus sebelum meraihnya. Tekad baja manusia akan pecah di hadapannya. Yang berhasil melewatinya hanyalah orang-orang besar lagi berjiwa pahlawan, dari kalangan penggila ilmu, yang dapat merasakan kelezatannya, dan yang bertekad bulat meraihnya, walaupun demi hal itu ia harus menghadapi berbagai rintangan.

Dikutip dari Kisah-kisah kesabaran para Ulama yang paling unik dan inspiratif, karya Syaikh Abdul Fattah, penerbit zam-zam, hlm.14

PERINTAH UNTUK WARA' KEPADA DUNIA

بسم الله الرحمن الرحيم

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله الهم قَالَ: أَخَذَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم بِمَنْكِـبَيَّ، فَقَالَ: "كُنْ فِيْ الدُّنْـيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ، أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ."
وَكَانَ اِبْنُ عُمَرَ رضي الله الهم يَقُوْلُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِسَقَمِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ. أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ .

Dari Ibnu ‘Umar radiyallãhu 'anhuma ia berkata:

"Rasulullah sallallāhu 'alayhi wasallam memegang kedua pundakku dan bersabda:

'Jadilah (hiduplah) di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang numpang lewat (sedang melintasi jalan)'.”

Dan Ibnu ‘Umar  radiyallãhu 'anhuma berkata:

"Jika engkau telah tiba di sore hari (memasuki waktu sore), maka jangan menunggu waktu pagi.

Dan jika engkau berada di pagi hari (memasuki waktu pagi), maka jangan menunggu waktu sore.

Maka manfaatkanlah kesehatanmu (ambil lah kesempatan dari masa sehatmu)  sebelum datang sakitmu ( menghadapi masa sakitmu).

Dan manfaatkanlah kehidupanmu (dari hidupmu) sebelum kematianmu (menghadapi kematianmu).”

(HR Bukhari).

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Umar yang merupakan "sighar shahabat" (shahabat yunior/kecil).

Karena Rasulullah sallallāhu 'alayhi wasallam tatkala menyampaikan wasiat ini kepada seorang yang masih mudah maka Rasulullah sallallāhu 'alayhi wasallam menyampaikannya dengan penuh perhatian, dengan memegang kedua pundaknya.

Ini berarti Rasulullah sallallāhu 'alayhi wasallam serius tatkala menyampaikan nasihat ini, namun dengan penuh kasih sayang sambil memegang kedua pundak Ibnu Umar.

Apa nasihat Rasulullah sallallāhu 'alayhi wasallam kepada pemuda ini:

كُنْ فِيْ الدُّنْـيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ، أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

"Wahai Ibnu 'Umar, hiduplah engkau di dunia seakan-akan engkau adalah orang yang asing atau orang yang numpang lewat."

Apa maksud Rasulullah sallallāhu 'alayhi wasallam?

Maksudnya:

"Janganlah engkau terpedaya dengan dunia ini."

"Jadilah engkau seperti orang asing di suatu kota."

Misalnya ada orang asing yang tinggal di suatu kota, bagaimanakah sikap orang tersebut?

Orang asing tersebut akan tinggal di kota seperlunya.

Dia sedang ada keperluan, mungkin karena ada pekerjaan atau mencari sesuatu sehingga dia tidak terlalu tertarik dengan apa-apa yang ada di kota tersebut.

Kenapa?

Karena dia tahu bahwa dia tidak akan tinggal di kota ini.

Tatkala dia melihat penduduk kota tersebut memiliki rumah-rumah yang mewah, dia tidak terlalu peduli, kenapa?

Karena, buat apa dia bangun rumah di situ?

Dia tahu dia tidak akan tinggal selama-lamanya di kota itu, dia punya tugas (di kota tersebut) dan akan kembali ke kampungnya, tempat tinggalnya.

Yang dia perhatikan bagaimana membangun rumah di kampungnya, kampungnya yang sesunguhnya.

Dia rindu untuk bertemu dengan sahabat-sahabatnya, kekasih-kekasihnya, orang-orang yang dia cintai di kampung tersebut.

Adapun di kota ini, dia hanyalah asing.

Tidak begitu mengenal orang, kemudian tidak tertarik dengan kelebihan yang mereka miliki, tidak hasad kepada mereka, kenapa?

Karena dia tahu bawahsannya semua itu akan dia tinggalkan, dia akan pulang ke kampungnya yang sungguhnya.

Maka demikianlah hendaknya seseorang takala hidup di dunia, yang dia perhatikan adalah bagaimana membangun istananya di kampung akhirat.

Karena itulah tempat tinggalnya yang sesungguhnya.

Banyak orang yang terpedaya mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, menghabiskan waktu, tenaga dan enegri dalam rangka untuk membangun istana di dunia.

Namun lupa untuk membangun istana di akhirat.

Padalah di dunia dia hanyalah seperti orang asing, dia akan tinggalkan dunia ini.

Berapapun rumah mewah yang dia bangun, berapapun uang banyak yang dia kumpulkan, akan dia tinggalkan.

Kalau tidak dia jadikan itu semua sebagai bekal membangun istananya di akhirat maka di akan merugi, kenapa?

Karena akan dia tinggalkan.

Coba kalau ada orang asing yang tinggal di suatu kota, dia bangun rumah besar-besar kemudian dia tinggalkan.

Apa fungsinya rumah tersebut?

Ini orang yang kurang waras.

Yang waras adalah orang yang  membangun istana di kampung yang sesungguhnya.

Dia jadikan dunia ini sebagai sarana untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk membangun istananya di akhirat.

Kata Nabi sallallāhu 'alayhi wasallam:

أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

"Atau orang yang numpang lewat."

Orang yang numpang lewat bagaimana?

Orang yang numpang lewat masih punyu tujuan yang akan dia tempuh (lanjutkan) dan dia cuma singgah sebentar.

Mungkin untuk makan secukupnya atau ingin mengambil bekal yang dia gunakan untuk melanjutkan perjalanan.

Demikianlah kondisi atau hakikat dari kehidupan dunia.

Hanya numpang lewat, dan benar-benar dunia ini hanya numpang lewat.

Waktu kita hidup di dunia hanya sebentar dibandingkan dengan kehidupan abadi yang selama-lamanya.

Oleh karenanya, ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allãh Subhānahu wa Ta'āla.

Jadilah anda di dunia ini seperti orang asing  atau orang yang numpang lewat.

Jangan terpedaya dengan kilauan dan keindahan dunia, toh akan anda tinggalkan ini semua.

Siapkanlah bekal anda untuk membangun istana seindah-indahnya di kampung anda yang sesungguhnya, yaitu kampung akhirat.

والله تعالى أعلم بالصواب
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________

Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitābul Jāmi' | Bab Zuhud Dan Wara'
Hadits 03 | Perintah untuk Wara' kepada Dunia
⬇️ Download audio:
https://drive.google.com/open?id=0B1e0BM9z9hzYaW43d2Z5QW1sRlU

3 doa yang janganlah engkau lupakan dalam sujudmu

بسم الله الرحمن الرحيم

Syeikh Abdul Aziz Bin Baaz rahimahullah berkata :

Merupakan 3 doa yang janganlah engkau lupakan dalam sujudmu...:

1). Mintalah diwafatkan dalam keadaan Husnul Khotimah.

١. اللهم إني أسألك حسن الخاتمة

Allahumma inni as'aluka husnal khotimah

Artinya : "Ya Allah aku meminta kepada-MU husnul khotimah."

2). Mintalah agar kita diberikan kesempatan Taubat sebelum wafat.

٢. اللهم ارزقني توبتا نصوحا قبل الموت

Allahummarzuqni taubatan nasuha qoblal maut

Artinya: "Ya Allah aku berilah aku rezeki taubat nasuha (atau sebenar-benarnya taubat) sebelum wafat."

3). Mintalah agar hati kita ditetapkan di atas Agama-Nya.

٣. اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك

Allahumma yaa muqollibal quluub tsabbit qolbi 'ala diinik

Artinya: "Ya Allah wahai sang pembolak balik hati, tetapkanlah hatiku pada agama-MU."

Kemudian saya sampaikan, jika kau sebarkan perkataan ini, dan kau berniat baik denganya, maka semoga menjadikan mudah urusan urusanmu di dunia dan akhirat.

Lakukanlah kebaikan walau sekecil apapun itu, karena tidaklah engkau ketahui amal kebaikan apakah yang dapat menghantarkanmu ke Surga Allah.

Dan berkata Syeikh Khalid : Ulangilah...

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الذي لا إله الا هو الحيى القيوم و وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِه

Astagh-firullahulladzi laa ilaaha illa huwal khayyul qoyyumu wa atuubu ilaih ، ‘adada kholqih wa ridhoo nafsih. wa zinata ‘arsyih, wa midaada kalimaatih.

Artinya : “Aku memohon ampun kepada Allah yang mana tiadalah sesembahan dialah yang maha hidup dan abadi dan aku bertobat kepada-Nya sebanyak makhluk-Nya, sejauh kerelaan-Nya, seberat timbangan ‘Arsy-Nya dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.”

Maka dengan izin Allah kau akan lihat keajaiban dari diredakannya kekhawatiranmu dan dimudahkanya urusanmu,

Janganlah kau sembunyikan keutamaan (dzikir). Setiap nafas pada menit kehidupan kita, tidaklah akan kembali. Maka Jadikanlah dirimu merasakan manisnya beristighfar.

Yaa Allah Jadikanlah nasehatku ini shodaqoh jariyah bagiku dan kedua orang tuaku dan untuk seluruh umat muslimin.

والله أعلم. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Dari: Group Permata Sunnah

LUASNYA SURGA

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman dalam Al Qurān:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Dan bersegeralah kalian kepada ampunan Allāh dan bersegeralah kalian menuju surga Allāh yang luasnya seluas langit dan bumi yang Allāh siapkan bagi orang-orang yang bertaqwa."

(QS. Ali Imran : 133)

Allāh mengatakan, "Surga yang luasnya seluas langit dan bumi," namun kalau kita perhatikan dalam bahasa Arab sebagaimana dijelaskan sebagian ahli tafsir, Allāh dalam ayat ini menggunakan kalimat wal ardh (وَالْأَرْض) dan ardh (الأرض) artinya lebar.

Kalau kita terjemahkan secara "leterlek" artinya:

"Bersegeralah menuju surga Allāh yang lebarnya selebar langit dan bumi."

Nah, kalau disebut lebarnya sudah seperti langit dan bumi, bagaimana lagi dengan panjangnya?

Oleh karenanya sebagian ulamaa mengatakan, "Surga itu lebih luas daripada langit dan bumi."

Allāh menyebutkan tentang langit dan bumi sebagai pendekatan saja karena itulah yang bisa kita saksikan; bumi dan langit.

Akan tetapi sebenarnya surga lebih luas daripada langit dan bumi.

Kalau seandainya surga itu luasnya seperti langit, maka itu sudah sungguh luar biasa.

Langit adalah makhluk yang paling besar yang bisa kita lihat dengan mata kita.

Ada makhluq-makhluq yang lebih besar daripada langit, seperti: 'Arsy Allāh, Kursi Allāh, akan tetapi tidak bisa kita lihat, yang bisa kita lihat dengan mata kita adalah langit.

Kita lihat begitu luas, yang ada di atas kita.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan tentang dahsyatnya penciptaan langit.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

أَأَنتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا

"Apakah kalian penciptaannya lebih hebat ataukah langit yang Kami ciptakan?"

(QS. An-Nāziāt : 27)

Langit lebih hebat, langit lebih besar dan lebih luas daripada manusia.

Dalam ayat yang lain, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ

"Dan langit yang Kami bangun dengan kekuatan Kami dan sungguh Kami meluaskan langit tersebut (sungguh luas langit ini)."

(Adz-Dzāriyāt : 47)

Kita tahu dalam langit ada matahari, rembulan, bintang-bintang, planet-planet, galaksi-galaksi. Kita tidak tahu mana pangkal dari langit tersebut dan mana ujung langit tersebut .

Kalau seandainya surga ini seluas langit maka sudah sangat luas. Bagaimana lagi kalau ternyata lebih luas daripada langit ?

Oleh karenanya ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, saya akan sebutkan suatu hadist yang menggambarkan tentang luasnya surga.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda dalam suatu hadist :

إنِّى لأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولاً الْجَنَّةَ رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلأَى. فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ – قَالَ – فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلأَى فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا

"Sungguh aku mengetahui seorang yang paling terakhir keluar dari neraka jahannam dan seorang yang paling terakhir masuk ke dalam surga."

Dalam hadist ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan tentang orang yang paling rendah di surga.

Kita ingin tahu seluas apakah kapling yang Allāh berikan kepada penghuni surga yang paling rendah ini.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan, "Dialah orang yang paling terakhir keluar dari neraka jahanam dan dialah orang terakhir yang masuk surga."

Dalam riwayat, kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

فهو يمشي مرة ويكبو مرة

"Terkadang dia berjalan dan terkadang dia tersungkur di atas wajahnya."

Dalam riwayat yang lain yahbu (يحبو: merangkak) baru keluar dari neraka jahanam.

Tatkala dia keluar dia berkata:

تَبَارَكَ الَّذِي نَجَّانِي مِنْكِ لَقَدْ أَعْطَانِي اللَّهُ شَيْئًا مَا أَعْطَاهُ أَحَدًا مِنَ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ

"Sungguh, Maha Suci Allāh yang telah menyelamatkan aku dari engkau wahai neraka. Sungguh, Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah memberikan kepadaku suatu kenikmatan yang tidak pernah Allāh berikan kepada seorangpun, al-awwalīn wal ākhirīn, seorangpun tidak pernah diberikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Sungguh bahagia tatkala dia diselamatkan dari neraka jahanam.

Lalu Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan kepada dia:

"Pergilah engkau dan masuklah engkau ke dalam surga."

Maka dihayalkan bagi dia ternyata surga sudah penuh.

Ini hayalan dia.

Maka dia mengatakan: "Ya Allāh, aku dapati surga sudah penuh."

Padahal belum penuh karena surga sangat luas.

Maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkata kepada dia:

"Bagi engkau dunia dan 10 kali lipatnya."

Jadi orang ini adalah orang yang paling rendah di surga , kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً

"Ini adalah orang yang paling rendah kedudukannya di surga.

(HR. Bukhari no. 6571, 7511 dan Muslim no. 186, dari Ibnu Mas'ūd radhiyallāhu Ta'āla 'anhu)

Maka ternyata dia mendapatkan kapling seluas bumi dan 10 kali lipat, jadi 11 kali lipat dunia ini.

Sungguh luas kapling yang dia dapatkan. Ini penghuni surga yang paling rendah, bagaimana yang lebih tinggi lagi?

Oleh karenanya ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
Surga sangatlah luas. Kalau seorang yang paling rendah dia mendapatkan kapling seluas 11 kali lipat dunia, maka sungguh luar biasa.

Kita bayangkan, tidak usah jauh-jauh kalau dia menjadi penguasa Banjarmasin saja berarti dia sudah hebat, apalagi misalnya dia penguasa Jakarta.

Semuanya tunduk sama dia, semua kapling milik dia, dia bahagianya luar biasa.

Bagaimana kalau penguasa Indonesia?

Bagaimana lagi kalau menjadi Raja Saudi?

Bagaimana tidak bahagia?

Bagaimana lagi kalau raja dunia? Seluruh dunia ini milik dia.

Ini bagaimana lagi kalau sepuluh kali lipat dunia?

Kapling/kerajaannya 10 kali kali lipat dunia, 11 kali kali lipat dunia. Dan tatkala kita mengatakan kapling yang dia miliki 11 kali lipat dunia luasnya, bukan berarti tanah kosong , tidak berisi tidak ada kenikmatan, tidak.

Maksud kita adalah 11 kali lipat dunia luas kaplingannya dan berisi dengan kenikmatan, panorama yang indah, pemandangan yang menyejukkan pandangannya, kelezatan - kelezatan, 11 kali lipat dunia!

Oleh karenanya ini adalah kenikmatan yang luar biasa yang Allāh berikan kepada penghuni surga.

Karenanya, tatkala kita mengetahui surga sangat luas dan penghuni surga paling rendah luar biasa kaplingannya seperti itu, maka kita harus bersemangat untuk masuk surga.

Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberi motivasi kepada para shahābat dalam perang Badar.

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

قُومُوا إِلَى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ. جَنَّةٌعَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ؟ قَالَ : نَعَمْ ، قَالَ : بَخٍ بَخٍ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا يَحْمِلُكَ عَلَى قَوْلِكَ : بَخٍ بَخٍ ؟ قَالَ : لا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِلا رَجَاءَ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِهَا ، قَالَ : " فَإِنَّكَ مِنْ أَهْلِهَا " , فَأَخْرَجَ تَمَرَاتٍ مِنْ قَرْنِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ مِنْهُنَّ ، ثُمَّ قَالَ : أَئِنْ أَنَا حَيِيتُ حَتَّى آكُلَ تَمَرَاتِي هَذِهِ إِنَّهَا لَحَيَاةٌ طَوِيلَةٌ ، قَالَ : فَرَمَى بِمَا كَانَ مَعَهُ مِنَ التَّمْرِ ثُمَّ قَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ .

"Bangkitlah kalian menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi."

Maka ada seorang shahābat bernama 'Umair bin Humam Al-Anshāriy radhiyallāhu 'anhu, dia berkata:

Ya Rasūlullāh, surga yang luasnya seluas langit dan bumi?"

Kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassallam: "Ya"

Maka dia mengatakan: "Bakhin bakhin."

⇒Bakhin bakhin dalam bahasa arab artinya ungkapan untuk menunjukkan kekaguman, seakan-akan dia berkata: "Wow , hebat!"

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata, "Wahai Umayr, apa yang membuat engkau berucap "bakhin bakhin"?"

Kenapa kau kagum, apa yang kau ucapkan menunjukkan engkau takjub.

Kata Umayr bin Humam radiyallahu 'anhu:

"Tidak ada apa-apa ya Rasūlullāh, kecuali hanya aku berharap aku termasuk dari penghuni surga yang luasnya seluas langit dan bumi."

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Sesungguhnya engkau termasuk penghuni surga."

Maka tatkala dia mendengar vonis dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bahwasanya dia termasuk penghuni surga , maka diapun mengeluarkan kurmanya. Maka diapun mulai makan dari butiran-butiran kurma dia tersebut.

Kemudian dia berkata:

"Kalau saya harus hidup sampai selesai makan dari kurma ini seluruhnya, maka ini kehidupan yang sangat panjang."

Maka diapun lempar kurmanya, maka diapun segera masuk ke dalam medan pertempuran, akhirnya beliau mati syahid, rahiyallahu Ta'ala anhu.

(HR. Muslim, dari shahābat Anas bin Mālik)

Dan ini menunjukkan bagaimana semangat para shahābat untuk segera masuk surga.

Oleh karenanya ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Jangan terperdaya dengan dunia ini, dunia ini sempit, kemudian kenikmatan yang ada terbatas. Betapapun kenikmatan yang anda lihat, maka itu sangat rendah dibandingkan dengan surga.

Kalau di surga anda menjadi penghuni surga yang paling rendah, minimal anda mendapatkan 11 kali lipat dunia atau 10 kali lipat dunia berisi dengan kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata anda, tidak pernah di dengar oleh telinga anda, bahkan tidak pernah terbetik dalam benak anda.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita orang - orang yang bersemangat untuk menuju surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan meraih keridha-anNya.

و صلى الله على نينا محمد و على آله وصحبه وسلم
➖➖➖➖➖➖➖
Materi Tematik
Ustadz Firanda Andirja,  MA
Audio: https://www.dropbox.com/s/8jyh7zn8q5ik6i6/luasnya%20surga.mp3?dl=0
Video Source: http://yufid.tv/ceramah-singkat-luasnya-surga-ustadz-firanda-andirja-ma/

12/18/2015

Kejeniusan Para Ulama

1) Jika Imam An Nawawi menulis Syarh/penjelasan  Shahih Muslim yang tebal itu sedang beliau tak punya Kitab Shahih Muslim

2) Beliau menulisnya berdasar hafalan atas Kitab Shahih Muslim yang diperoleh dari Gurunya; lengkap dengan sanad inti & sanad tambahannya.

3) Sanad inti maksudnya; perawi antara Imam Muslim sampai Rasulullah. Sanad tambahan yakni; mata-rantai dari An Nawawi hingga Imam Muslim.

4) Jadi bayangkan; ketika menulis penjabarannya, An Nawawi menghafal 7000-an hadits sekaligus sanadnya dari beliau ke Imam Muslim sekira 9-13 tingkat Gurunya; ditambah hafal sanad inti sekira 4-7 tingkat perawi.

5) Yang menakjubkan lagi; penjabaran itu disertai perbandingan dengan hadits dari Kitab lain (yang jelas dari hafalan sebab beliau tidak mendapati naskahnya), penjelasan kata maupun maksud dengan atsar sahabat, Tabi'in, & 'Ulama; munasabatnya dengan Ayat & Tafsir, istinbath hukum yang diturunkan darinya; dan banyak hal lain lagi.

7) Hari ini kita menepuk dada; dengan karya yang hanya pantas jadi ganjal meja beliau, dengan kesulitan telaah yang tak ada seujung kukunya.

8) Hari ini kita jumawa; dengan alat menulis yang megah, dengan rujukan yang garing, dan tidak malu sedikit-sedikit bertanya pada Syaikh Google.

9) Kita baru menyebut 1 karya dari seorang 'Alim saja sudah bagai langit & bumi rasanya. Bagaimana dengan kesemua karyanya yang hingga umur kita tuntaspun takkan habis dibaca?

10) Bagaimana kita mengerti kepayahan pada zaman mendapat 1 hadits harus berjalan berbulan-bulan?

11) Bagaimana kita mencerna; bahwa dari nyaris 1.000.000 hadits yang dikumpulkan & dihafal seumur hidup; Al Bukhari memilih 6000-an saja?

12) Atas ratusan ribu hadits yang digugurkan Al Bukhari; tidakkah kita renungi; mungkin semua ucap & tulisan kita jauh lebih layak dibuang?

13) Kita baru melihat 1 sisi saja bagaimana mereka berkarya; belum terhayati bahwa mereka juga bermandi darah & berhias luka di medan jihad.

14) Mereka kadang harus berhadapan dengan penguasa zhalim & siksaan pedihnya, si jahil yang dengki & gangguan kejinya. Betapa menyesakkan.

15) Kita mengeluh listrik mati atau data terhapus; Imam Asy Syafi'i tersenyum kala difitnah, dibelenggu, & dipaksa berjalan Shan'a-Baghdad.

16) Kita menyedihkan laptop yang ngadat & deadline yang gawat; punggung Imam Ahmad berbilur dipukuli pagi & petang hanya karena 1 kalimat.

17) Kita berduka atas gagal terbitnya karya; Imam Al Mawardi berjuang menyembunyikan tulisan hingga menjelang ajal agar terhindar dari puja.

18) Mari kembali pada An Nawawi & tidak usah bicara tentang Majmu'-nya yang dahsyat & Riyadhush Shalihin-nya yang permata; mari perhatikan karya tipisnya; Al Arba'in. Betapa barakah; disyarah berratus, dihafal berribu, dikaji berjuta manusia & tetap menakjubkan susunannya.

19) Maka tiap kali kita bangga dengan "best seller", "nomor satu", "juara", "dahsyat", & "terhebat"; liriklah kitab kecil itu. Lirik saja.

20) Agar kita tahu; bahwa kita belum, belum ke mana-mana, & bukan siapa-siapa. Lalu belajar, berkarya, bersahaja.
Astaghfirullah...

(Forward dari group WA Tholabul ilmi)

12/13/2015

Semangat berilmu

Bagi kita yang tidak bersemangat belajar al-Islam, perhatikanlah baik-baik perkataan shahabat yang mulia Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu berikut:

تَعَلَّمُوا العِلمَ فَأِنَّ تَعَلُّمَهُ خَشيَةٌ وَ طَلَبَهُ عِبَادَةٌ وَ مُذَاكَرَتَهُ تَسبِيحٌ وَ البَحثُ عَنهُ جِهَادٌ وَ تَعلِيمَهُ مَن لَا

يَعرِفُهُ صَدَقَةٌ وَ بَذلَهُ لِأَهلِهِ قٌربَةٌ

Belajarlah ilmu karena mempelajarinya adalah bukti rasa takut kepada Allah, mencarinya adalah ibadah, mengulang-ngulangnya adalah tasbih, mengkajinya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang yang tidak tahu adalah shadaqah, dan mengabarkannya kepada ahlinya adalah taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah).

# Apa saja tanda-tanda kebahagiaan seseorang?

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam al-Fawaaid menyebutkan bahwa, di antara tanda-tanda kebahagiaan dan keberuntungan adalah jika ilmu seseorang bertambah, maka bertambah pula kerendahan hati dan belas kasihnya. Jika amalnya bertambah, bertambah pula rasa takut dan kehati-hatiannya. Jika umurnya bertambah, ketamakannya semakin berkurang. Jika hartanya bertambah, bertambah pula kedermawanan dan sedekahnya. Jika kekuasaan dan pangkatnya bertambah, bertambah pula kedekatannya kepada manusia, memenuhi kebutuhan mereka, dan bertambah tawaadhu' terhadap mereka.

(Fawaaid dari Ma'had 'Umar bin Khattab Jogja)
___________________

# Dampak Modal Semangat Tanpa Ilmu

Imam Malik rahimahullah :

إن أقواما ابتغوا العبادة وأضاعوا العلم فخرجوا على أمة محمد صلى الله عليه وسلم بأسيافهم، ولو ابتغوا العلم لحجزهم عن ذلك!

"Ada suatu kelompok orang yang bersemangat dalam ibadah namun meremehkan ilmu. Sehingga mereka memerangi kaum muslimin dengan pedang-pedang mereka. Seandainya mereka bersemangat dalam mencari ilmu niscaya ilmu itu akan mencegah mereka untuk melakukan hal tersebut."

(Miftaah Daar As Sa'adah, 1/119)

12/12/2015

Romantis itu...

Seorang ibu setengah baya pd sebuah pengajian rutin bertanya kpd ustadnya; "Ustad bgmn membangun romantisme dlm keluarga" pertanyaan yg membuat keringat sang ustad mengalir deras....namun tetap mencoba menjawab;

✅_Romantisme itu....

Ketika malam tinggal sepertiga, seorang istri terbangun. Ia berwudhu, menunaikan shalat dua rakaat. Lalu membangunkan suaminya. “Sayang.. bangun.. saatnya shalat.” 

Maka mereka berdua pun tenggelam dalam khusyu’ shalat dan munajat.

✅_Romantis itu…

Ketika seorang istri mengatakan, “Sebentar lagi adzan, Sayang..” 

Lalu sang suami melangkah ke masjid, menunaikan tahiyatul masjid. Tak ketinggalan ia menunaikan dua rakaat fajar. Maka ia pun menjadi pemenang; dan itu lebih baik dari dunia dan seisinya.

✅_Romantis itu…

Ketika suami berangkat kerja, sang istri menciumnya sambil membisik mesra, “Hati-hati di jalan, baik-baik di tempat kerja sayang... kami lebih siap menahan lapar daripada mendapatkan nafkah yang tidak halal”

✅_Romantis itu…

Ketika suami istri terpisah jarak, tetapi keduanya saling mendoakan di waktu dhuha: “Ya Allah, jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati, tetapkanlah hati kami dalam keimanan, teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan perjuangan, ringankanlah jiwa kami untuk berkorban, maka mudahkanlah perjuangan dan pengorbanan itu dengan rezeki halal dan berkah dariMu”

✅_Romantis itu…

Ketika suami sibuk kerja, saat istirahat ia sempat menghubungi istrinya. Mungkin satu waktu dengan menghadirkan suara. Mungkin hari lainnya dengan WA dan SMS cinta. 

“Apapun makanan di rumah makan, tak pernah bisa mengalahkan masakanmu.” Lalu sang istri pun membalasnya, “Masakanku tak pernah senikmat ketika engkau duduk di sebelahku.”

✅_Romantis itu…

Ketika menjelang jam pulang kerja, sang suami sangat rindu untuk segera pulang ke rumah dan bertemu istrinya. Pada saat yang sama, sang istri merindukan belahan jiwanya tiba.

✅_Romantis itu…

Ketika suami mengucap salam, sang istri menjawabnya disertai senyuman. Bertemu saling mendoakan. Istri mencium tangan suami, dan suami mengecup kening istri lalu saling mengecup pipi kanan dan kiri bergantian.

✅_Romantis itu…

Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dengan wajah cerah dan bibir merekah. Maka hilanglah segala penat dan lelah. Beban kerja di pundak mendadak menghilang, terbang melayang.

✅_Romantis itu…

Ketika syukur selalu menghiasi makan bersama. Meski menunya sederhana, nikmat begitu terasa, keberkahan pun memenuhi seluruh keluarga.

✅_Romantis itu…

Ketika suami istri kompak mengajar anaknya mengaji. Meski telah ada TPQ, sang ayah dan sang ibu tidak berlepas diri dari tanggung jawab untuk mencetak generasi Rabbani. 

Kelak, merekalah yang akan mendoakan sang orang tua, saat perpisahan selamanya telah tiba masanya.

✅_Romantis itu…

Ketika sang istri tidak berat melepas suami. Keluar rumah. Untuk mengaji, atau aktifitas da'wah. Sebab sang istri ingin suaminya menjadi imam baginya, juga bermanfaat bagi Islam dan umatnya...,

بارك الله فيكم

✏ Ustadz Zainal Abidin, Lc

Qodho & Qodar

Bismillaahirrahmaanirrahim

Segala ketentuan baik dan buruk sudah Allah tentukan sebelum penciptaan manusia dan alam semesta

Allah Ta’ala berfirman,

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23)

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”
(QS. Al Hadid: 22-23)

Allah maha adil terhadap qodo dan qodar manusia

Allah tdk menciptkan keburukan tanpa adanya maslahat

Paramater Allah berbeda dgn manusia , yg baik di mata manusia belum tentu baik Bagi Allah dan buruk di mata manusia belum tentu buruk Bagi Allah

Tugas kita adalah berusaha / berikhtiar dan berdoa

Allah yg menciptakan menentukan segala sesuatu dan yg mengetahui semua perkara ghaib ( apa yg telah terjadi , sedang terjadi dan akan terjadi )

Manakala seorang hamba menghadpi permasalahan ketahuilah bahwa hal tsb atas kehendak Allah dan semua yg di kehendaki Allah adalah baik buat manusia

Maka tatkala ada musibah atau sesuatu yg tdk kita sukai maka berbaik sangkalah pada Allah

Allah tdk mencitpakan dunia dan isinya sia²

Allah memiliki hikmah yg banyak

50 rb thn sblm penciptaan bumi dan langit sdh tertulis oleh pena / al qolam setiap apa yg akan terjadi sampai hari kiamat

Kewajiban kita adalah bersabar atas semua ketentuan Allah

Jadikanlah musibah tsb sbg tombo ati kita sbgmn perintah Nabi dgn mengucapkan :

"Qoddarallahu wa ma sya'a fa'al"

Jgn berandai² krn akan membuka pintu syaithon dan tdk perlu menyesal krn semua adalah taqdir Allah dan Allah berbuat Sesuai KehendakNya yg penuh hikmah

Termasuk jodoh adalah ketentuan Allah  sbgmn setiap janin telah di tetapkan taqdirnya kelak di dunia

Tdk ada yg dpt menolak taqdir kecuali doa dan doa adalah bagian dari taqdir Allah , kita tdk tahu dgn taqdir kita maka optimislah dan berdoalah krn semua adalah Rahasia Allah Ta'ala

Berimanlah dgn taqdir Allah krn semua milik Allah dan kelak semua akan kembali kepada Allah

Membaca Alquran termasuk tombo ati dan Allah memberi petunjuk kepada hamba yg Di KehendakiNya

Wallahu Ta'ala A'lam.

Dari: Khazanah Tombo Ati @ Trans 7
Ustadz Syafiq Reza Basalamah

Dicatat Oleh: Abu Zayyan | Madinatul Iman

طلب العلم

12/11/2015

Hakikat Baik dan Buruk (II)

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

عَنِ النَّوَّاسِ ابْنِ سَمْعَانَ رضي اللّه عنه قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم عَنِ الْبِرِّ وَ اْلأِثْمِ فَقَالَ اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَ اْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ (أخرجه مسلم)

Dari shahābat Nawās bin Sam'ān radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang kebajikan dan tentang dosa. Kebajikan adalah akhlaq yang mulia. Dan dosa adalah apa yang membuat hatimu gelisah dan engkau tidak suka kalau orang-orang melihat apa yang engkau lakukan tersebut. (HR. Imam Muslim dalam Shahīhnya).

Telah kita bahas pada pertemuan sebelumnya tentang makna al-birru husnul khulūq (kebajikan adalah akhlaq yang mulia).

Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas potongan hadits yang ke-2 yaitu tentang dosa.

وَاْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

Dosa adalah apa yang menggelisahkan engkau dihatimu. Dan engkau tidak suka jika orang-orang melihat kau melakukannya.

Hadits ini menjelaskan tentang barometer untuk mengenal dosa. Tentunya, dosa-dosa adalah melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Untuk mengenal dosa, kita bisa melihat dengan mempelajari Al-Qurān dan sunnah-sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam;

■ Apa yang dilarang oleh Allāh dalam Al-Qurān maka itu adalah dosa.
■ Apa yang dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadits-haditsnya maka itu adalah dosa.

Namun terkadang, ada perkara yang kita lakukan yang kita tidak sempat untuk melihat/mengecek dalilnya atau kita tidak tahu dalilnya. Tetapi tatkala kita hendak melakukannya muncul kegelisahan dalam dada kita dan muncul ketidaktenangan dalam hati kita tatkala kita hendak melakukannya, ingatlah ini merupakan ciri dosa.

Karena dalam hadits ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan barometer dan indikator untuk mengenal dosa, Beliau menyebutkan 2 ciri, yaitu :

⑴ Menjadikan dadamu gelisah
⑵ Engkau tidak suka untuk dilihat oleh orang lain

Kalau anda melakukan suatu perkara kemudian anda merasa tenang, hati tidak merasa gelisah dan kalau orang lain tahu pun tidak jadi mengapa, maka ini bukan dosa.

Tapi tatkala anda melakukan sesuatu, kemudian ternyata hati anda gelisah atau tidak tenang dan tidak ingin orang lain (tetangga/sahabat/istri atau ustadz kita) tahu, maka ini merupakan ciri dosa, maka berhati-hatilah. Dan sebaiknya kita meninggalkan perkara yang menimbulkan ketidaktenangan tersebut.

Namun ingat kata para ulama, hadits (sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam) ini berkaitan dengan orang yang hatinya masih sesuai dengan fitrah, bukan orang-orang yang melakukan kemaksiatan yang fitrahnya sudah rusak, yang membanggakan kemaksiatan-kemaksiatan yang mereka lakukan, tidak punya malu. Tentu hadits ini tidak berlaku bagi mereka, seperti:

• orang-orang yang memamerkan aurat mereka
• orang-orang yang minum khamr dihadapan banyak orang
• orang-orang yang bangga dengan kejahatan-kejahatan/maksiat-maksiat yang mereka lakukan
• orang-orang yang terkadang menshooting diri mereka tatkala mereka sedang bermaksiat, sedang berzina lalu mereka sebarkan di dunia-dunia maya.

Ini semua tidak berlaku bagi mereka disini karena fitrah mereka telah rusak.

Adapun hadits ini berlaku untuk orang yang masih punya rasa malu, yang fitrahnya masih baik. Maka untuk mengenal dosa atau tidak, maka dia memiliki 2 ciri/indikator:

⑴ Hatinya tidak tenang
⑵ Dia tidak suka kalau ada orang yang melihatnya

Oleh karenanya ikhwan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Sebagian ulama menjadikan hadits ini sebagai dalil bahwasanya dosa itu pasti mendatangkan kegelisahan. Sebagaimana penjelasan Ibnul Qayyim rahimahullāhu Ta'āla:

Barang siapa yang bermaksiat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla pasti dia gelisah, pasti dia tidak tenang. Sebagaimana kalau orang yang mengingat Allāh :

ِ ۗأَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

"Ketahuilah dengan mengingat Allāh maka hati menjadi tenang. (Ar-Ra'du:28)

Maka kebalikannya, kalau lupa dan maksiat kepada Allāh, maka pasti mendatangkan kegelisahan & gundah gulana, hatinya tidak tenang & tidak tentram sampai dia bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjauhkan kita dari segala dosa. Dan semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang tawwābīn, yaitu jika kita berdosa segera kita bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Demikianlah.

وبالله التوفيق والهداية

Sampai bertemu pada halaqoh berikutnya.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

__________________________

Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitābul Jāmi' | Bulughul Maram
Hadits ke-3 | Hakekat Kebaikan dan Dosa Bagian 2

Hakikat Baik dan Buruk (I)

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

وَ عَنِ النَّوَّاسِ ابْنِ سَمْعَانَ رضي اللّه عنه قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم عَنِ الْبِرِّ وَ اْلأِثْمِ فَقَالَ اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَ اْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاس

Dari sahabat Nawwas bin Sam'an  radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu  beliau berkata:
Aku bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang makna AlBirr (yaitu kebajikan) dan itsm (yaitu dosa)-Apa itu kebajikan? Apa itu dosa?. Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata AlBirr (kebajikan) adalah akhlaq yang mulia. Adapun dosa yaitu apa yang engkau gelisahkan dihatimu dan engkau tidak suka kalau ada orang yang mengetahuinya.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sahabat ini bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tentunya agar dia bisa beramal dan demikianlah adab seorang yang hendak bertanya maka dia niatkan tatkala dia belajar adalah untuk diamalkan. Dan yang ditanya oleh sahabat ini adalah pertanyaan yang sangat indah, tentang apa sih hakikat kebajikan dan apa sih hakikat dari pada dosa.

Adapun jawaban Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkaitan dengan hak kebajikan, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam : husnul khuluq (akhlaq yang mulia).

Padahal kita tahu bahwasanya kebajikan itu mencakup banyak sekali perkara. Semua kebaikan adalah kebajikan. Tetapi kenapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengkhususkan penyebutan husnul khuluq (akhlaq yang mulia) ? Ini menunjukkan akan keutamaan dan keistimewaan akhlaq yang mulia.

Karenanya sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ini mirip seperti sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
الْحَجُّ عَرَفَةُ
"Haji adalah arofah."

Artinya apa ? Inti daripada ibadah haji adalah wukuf di padang arofah. Bukan berarti haji cuma wukuf di padang arofah saja, tidak. Ada namanya thowaf, ada namanya sa'i, ada namanya ihram, ada namanya ibadah-ibadah yang lain (lempar jamarat, mabit di Mina, mabit di Muzdalifah). Ini semua merupakan rangkaian ibadah haji.

Tetapi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengkhususkan penyebutan wukuf di padang arofah karena dia adalah inti dari pada ibadah haji.

Sama seperti albirru husnul khuluq (kebajikan adalah akhlaq yang mulia). Artinya apa ? Akhlaq mulia memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Oleh karenanya kalau kita ingin melihat dalil-dalil tentang akhlaq yang mulia sangat banyak.

Seperti sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لَيْسَ شَيْءٌ أَثْقَالُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ

"Tidak ada suatu yang lebih berat dari pada akhlaq yang mulia dalam timbangan pada hari kiamat."

Ini menunjukkan kalau seseorang memiliki akhlaq yag mulia maka akan sangat memperberat timbangan kebajikannya.  Di hari yang sangat dia butuhkan kebaikan itu tatkala hari kiamat kelak.

Contohnya juga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan dalam haditsnya :
إِنَّ رَجُلَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ القَائِمِ

"Sesungguhnya seorang dengan akhlaqnya yang mulia bisa meraih derajat orang yang senantiasa berpuasa sunnah dan senantiasa shalat malam."

Orang ini mungkin dia jarang shalat malam, mungkin dia jarang puasa sunnah. Tetapi dia akhlaqnya mulia, orang senang dekat sama dia, orang bahagia duduk sama dia, orang senang mendengar wejangan-wejangannya. Orang senang mendapatkan bantuannya. Maka meskipun dia jarang shalat malam meskipun dia jarang berpuasa sunnah namun dia mendapat pahala orang-orang seperti itu. Kenapa? Bihusni khuluqihi, dengan akhlaqnya yang mulia. Dan lihatlah sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

أَقْربكمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحاسنكمْ أَخْلَاقًا

"Orang yang paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat adalah yang paling baikakhlaqnya."

Jika anda ingin dekat dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pada hari kiamat, perbaiki akhlaq anda. Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan yang paling dekat dengan aku adalah yang paling baik akhlaqnya.

Ini menunjukkan keutamaan dan keistimewaan akhkaq yang mulia, dia adalah amalan yang spesial. Jangan kita sangka amalan itu hanyalah shalat, hanyalah puasa, hanyalah zakat. Akhlaq yang mulia adalah amalan yang sangat spesial yang sangat mulia disisi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Apabila seseorang berusaha menghiasi dirinya dengan akhlaq yang mulia, jangan seorang mengatakan :

"Saya tidak bisa merubah akhlaq saya".
"Saya memang begini modelnya".
"Saya diciptakan begini modelnya, tabiat saya memang seperti ini".

Kalau akhlaq tidak bisa dirubah, buat apa hadits-hadits yang begitu banyak tentang akhlaq yang mulia?. Buat apa ayat-ayat Allah turunkan tentang memotivasi orang-orang berakhlaq mulia?

Ini menunjukkan akhlaq bisa dirubah. Seorang yang pelit bisa jadi orang dermawan. Seorang yang pemarah bisa jadi seorang yang penyabar. Jangan sampai seorang mengatakan :

"Saya memang suka marah",
"Saya memang temperamental".
Jangan!
"Saya begini tipenya".
Seperti itu orang bisa merubah akhlaqnya.

Oleh karena dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

"Aku menjamin istana di bagian atas surga bagi orang yang terindah akhlaqnya."

Dalam riwayat lain :
لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ

"Bagi orang yang memperindah akhlaqnya."

Berarti akhlaq itu bisa diperoleh, bisa diraih.

Dalam hadits kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ الله

"Barangsiapa yang berusaha bersabar maka Allah akan jadikan dia penyabar."

Orang yang pemarah bisa jadi penyabar.

Karenanya para hadirin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Inilah keutamaan keistimewaan akhlaq mulia.

Para ulama menyebutkan diantara akhlaq mulia sebagaimana perkataan Ibnul Mubaarok : Akhlaq mulia terkumpul pada 3 perkara :

طَلاَقَةُ الوَجه ، وَبَذْلُ المَعروف ، وَكَفُّ الأذَى

"Yaitu wajah yang sering berseri-seri, senyum. Kemudian mudah untuk berbuat baik kepada oranglain dan tidak mengganggu oranglain."

Ini 3 rukun akhlaq :
Wajah sering berseri-seri, murah senyum kepada oranglain, artinya tidak merendahkan dan tidak menghinakan orang lain.
Ringan tangan untuk membantu orang lain.
Tidak mengganggu orang lain.

In syaa'  Allah kita akan lanjutkan lagi pada halaqoh berikutnya.

Wabillaahit taufiq.
Assalaamu'alaykum warahmatullah wabarakaatuh.
_______________________

Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitābul Jāmi' | Bulughul Maram
Hadits ke-3 | Hakekat Kebaikan dan Dosa Bagian 1

11/28/2015

Sempitnya Waktuku

Apakah kita..

Sering luput dari dzikir pagi dan petang?

Merasa tidak sempat untuk sholat rawatib?

Merasa sibuk untuk menghadiri majelis ilmu?

Kehabisan waktu untuk membaca 1 halaman Al Qur'an?

Merasa lelah ketika akan sholat malam?

Dan kehabisan agenda untuk mengunjungi  teman yang sakit?

Tetapi kita...

Selalu sempat menonton berita di internet.

Tidak pernah ketinggalan up date dan mengikuti status di facebook.

Selalu aktif berkomentar dalam grup-grup watsapp.

Dan, tidak pernah absen dalam menghadiri majelis ghibah dan senda gurau.

Apakah kita...

Merasa waktu kita sangat sempit dan sedikit untuk melakukan hal-hal bermanfaat?

Merasa kesibukan dunia kita terlalu padat sehingga sering berudzur meninggalkan ibadah kita?

Mungkin... itu tanda tidak adanya keberkahan dalam waktu kita.

Berkata seorang sahabat Nabi yang mulia Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu:

"Aku tidaklah menyesali sesuatu lebih besar dari pada penyesalanku terhadap satu hari yang berlalu, berkurang umurku, dan tidaklah bertambah amalku."

Seorang ulama salaf, Hakim, juga berkata:

"Barangsiapa yang harinya berlalu tanpa ada kebenaran yang ia tegakkan;

atau kewajiban yang ia laksanakan;

atau kemuliaan yang ia raih;

atau perbuatan terpuji yang ia kerjakan;

atau kebaikan yang ia rintis, atau ilmu yang ia kutip.

Sungguh ia telah mendurhakai waktunya, dan mendzolimi dirinya."

Maka mari kita perhatikan, bahwa para salafus shalih tidaklah menilai bahwa suatu waktu menjadi bermanfaat dari banyaknya kekayaan dihasilkan;

Atau gelar kehormatan yang diraih;

atau ketenaran didapat.

Tetapi, dari banyaknya amal sholih yang dihasilkan dari waktu tersebut.

Para salaf terdahulu adalah orang-orang yang sangat memperhatikan masalah waktu, mereka berkata:

"Sesungguhya menyia-nyiakan waktu itu  lebih berat daripada kematian, karena menyia-nyiakan waktu  memutuskan seseorang dari Allah dan akhirat, sedangkan kematian memutuskan seseorang dari keluarga dan dunianya."

Berkata Hasan Al Bashri rahimahullah:

"Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah hari-hari. Apabila pergi harimu, berarti telah pergi sebagian dirimu."

Juga ia berkata:

"Tidaklah hari itu muncul bersama terbitnya fajar, keculai ia berkata:

'Wahai anak Adam, aku adalah makhluk yang baru, dan aku bersaksi atas amal-amalmu, maka berbekallah denganku, karena sesungguhnya bila aku pergi aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat nanti'."

Janganlah kita mengira bahwa perkataan mereka hanyalah perkataan kosong tanpa bukti.

Sebaliknya, sangat banyak catatan-catatan mengenai semangat mereka dan kesungguhan mereka dalam menjaga waktu.

Di antaranya perkataan orang-orang tentang Abdullah putra Imam Ahmad:

"Demi Allah, kita tidak melihatnya kecuali ia sedang tersenyum, sedang membaca atau sedang menelaah kitab."

Begitu pula, dikatakan  tentang Al Khatib Al Baghdadi:

"Tidaklah kami melihat beliau kecuali beliau sedang menelaah sebuah kitab."

Imam Ad Dzahabi menyebutkan tentang Abdul Wahab Bin Abdil Wahhab Al Amiin:

"Sesungguhya ia sangat menjaga waktunya, tidaklah berlalu 1 jam kecuali ia membaca Al Qur'an atau berdzikir atau sholat tahajjud atau memperdengarkan bacaan Al Qur'an."

Masih banyak kisah yang menakjubkan dari para salaf dalam memanfaatkan waktu..

Berkata seorang murid Al Imam Abdur Rahman bin Mahdi rahimahullah tentang Imam Hammad bin Salamah:

"Seandainya dikatakan kepada Hamad bin Salamah bahwa esok ia mati, maka ia tidak sanggup lagi untuk menambah amalannya sedikitpun."

MasyaAllah..

Hal itu dikarenakan banyaknya amalan yang ia lakukan secara rutin!

Berkata Ammar bin Raja':

"Saya melewati 30 tahun tidak makan dengan tanganku di malam hari, dan saudara perempuankulah yang menyuapiku, karena kesibukanku menulis hadist."

Begitu pelitnya beliau dengan waktu, sampai tidak mau waktunya berkurang karena makan!

Tidak kalah mengagumkan kisah Imam Ibnu Jarir At Thabari. Dikisahkan bahwa ia berkata pada  teman-temannya:

"Apakah kalian berminat menulis tafsir Al Qur'an?"

Mereka menjawab:

"Berapa panjangnya?"

Ia berkata:

"30 ribu lembar."

Para sahabatnya terkejut dan berkata:

"Kalau begitu bisa habis umur kami."

Maka beliau pun meringkasnya menjadi tiga ribu lembar dan mendiktekannya kepada para sahabatnya selama 7 tahun.

Setelah selesai,  ia kembali berkata:

"Apakah kalian berminat pada tarikh (sejarah) sejak Nabi Adam sampai jaman kita ini?"

Mereka kembali bertanya:

"Berapa panjangnya?"

Dan beliau menyebutkan sebagaimana perkataan beliau pada tafsir, maka mereka menjawab dengan jawaban yang sama, maka Ibnu Jarir berkata:

"Inna lillah.. Sungguh telah mati kesungguhan."

Dan ia pun kembali meringkasnya sebagaimana ia meringkas tafsir.

Kita mungkin tidak bisa meraih keberkahan seperti mereka, tapi setidaknya kita dapat mengusahakannya, agar waktu kita dapat menjadi ladang amal yang bermanfaat di akhirat kelak.

Bukan sebaiknya, menjadi sumber penyesalan dan kerugian di akhirat nanti.

Beberapa cara agar waktu kita menjadi barakah adalah:

▪️ Beriman dan bertakwa
▪️ Melazimi Al Qur'an, karena Allah berfirman yang artinya:

"Dan Kitab ini (Al Qur'an) yang kami turunkan dengan penuh berkah, maka ikutilah ia dan bertakwalah agar engkau mendapat rahmat."

(QS Al An'am: 155)

▪️ Memperbanyak beramal sholih baik dengan hati, lisan dan perbuatan

▪️ Bersegera beramal sejak pagi hari, sebagaimana doa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam:

"Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi hari mereka."

▪️ Menjaga sholat fajr (sholat subuh) karena menjaga sholat subuh adalah kunci keberkahan sepanjang hari.

▪️ Belajar ilmu atau mengajarkannya

Maka, mari kita bersungguh sungguh memanfaatkan waktu kita.

Ingatlah, bahwa suatu saat nanti kita akan menghadapi hari dimana kita harus mempertanggung jawabkannya.

Hari di mana seorang raja tidak akan meminta kembali istananya; seorang pemimpin tidak akan meminta kembali kekuasaannya dan orang yang kaya tidak akan meminta dikembalikan hartanya.

Tetapi mereka semua akan meminta dikembalikan WAKTU yang mereka habiskan tanpa amal shalih!

✒Ummu Shālih,
Di kota Al Madīnah An Nabawiyyah
______________________________

11/20/2015

Waktu itu Mahal atau Murah?

Syeikh Utsaimin -rohimahulloh- mengatakan:

Waktu adalah sesuatu yg paling berharga, tapi dia sekarang ini menjadi sesuatu yang paling murah di tengah-tengah kita.

Kita biasa melewati waktu demi waktu tanpa ada faedah apapun, bahkan kita biasa menghabiskan waktu demi waktu dalam perkara yg mendatangkan mudhorot.

Dan aku tidak sedang membicarakan satu orang saja, tapi aku sedang membicarakan kaum muslimin secara umum. Sekarang ini -sangat disayangkan sekali- mereka dalam keadaan lengah, terlena, dan lupa.

Mereka tidak bersungguh-sungguh dalam perkara agama mereka. Kebanyakan mereka dalam keadaan lengah dan bermewah-mewahan. Yang mereka lihat adalah apa yg bisa memanjakan badan mereka, walaupun harus merusak agama mereka.

[Kitab: Syarah Riyadhus Sholihin, 1/345].

---------

Untukmu wahai saudaraku yg sedang membaca pesan ini... bila keadaan di atas menimpamu, maka cepatlah berubah, sebelum semuanya tinggal kenangan dan penyesalan... Ingatlah selalu firman Allah ta'ala (yg artinya):

"... hingga ketika KEMATIAN mendatangi salah seorang dari mereka, dia mengatakan:

'Ya Rabb, kembalikan aku (ke dunia lagi), sehingga aku bisa beramal shaleh pada apa yg dulu kutinggalkan'.

Tentu itu tidak mungkin, tapi sungguh kalimat itu akan dia katakan". [QS. Almukminun: 99-100].

Oleh Ustadz Musyafa Ad Dariny, MA حفظه الله تعالى

11/12/2015

TUJUAN HIDUP

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.أَمَّا بَعْدُ:

Ma'āsyiral muslimīn, bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudariku, rahimanī wa rahimakumullāh..

Seorang, yang ketika dia keluar dari rumahnya, dia pasti memiliki tujuan, kemana dia akan melangkah.

Kita pasti yakin, orang yang ketika melangkah keluar dari rumahnya tanpa tujuan maka langkahnya akan jauh dari impian yang dia inginkan.

Orang yang hidup di dunia jika tanpa tujuan maka dia akan banyak tersesat, dia akan menyimpang dari jalan yang sebenarnya.

Oleh karena itulah, sungguh sangat amat penting untuk seorang hamba mengetahui kemana tujuan sebenarnya dia hidup.

Ketika orang itu tahu tujuan hidupnya maka semua aktifitasnya akan terarah kepada tujuan tersebut.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."

(QS Adz Dzariyāt: 56)

Inilah, ma'āsyiral muslimīn, tujuan hidup yang sebenarnya..

Untuk kita menghambakan diri kepada Allāh, untuk kita beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

✓Allāh yang menciptakan kita.

✓Allāh yang menghidupkan kita.

Allāh telah mengatakan bahwasannya tujuan Allāh menciptakan kita adalah untuk beribadah hanya kepada-Nya.

Allāh juga berfirman:

أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى

"Apakah manusia mengira mereka hidup begitu saja di dunia (tanpa ada tujuan yang sebenarnya)?"

(QS Al Qiyāmah: 36)

Apakah manusia mengira dia hidup di dunia ini sia-sia begitu saja?

Tentu jawabannya, tidak.

Manusia bukan sebagaimana binatang (hewan); mereka hidup, makan, minum, bekerja, bersenang-senang melampiaskan syahwatnya kemudian mati begitu saja.

Tidak, manusia lebih mulia daripada itu semuanya.

Manusia, Allāh ciptakan dengan hikmah yang sangat mulia, yaitu untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan dengan rahmat dan kasih sayang Allāh Subhānahu wa Ta'āla, (ketika) Allāh memberitahukan kepada manusia (tentang) tujuan hidupnya (yaitu) untuk beribadah kepada-Nya.

Allāh pun memberikan rambu-rambu, memberikan aturan, kemana dia atau dengan apa dia beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Syaikhul Islām Muhammad At Tamimi rahimahullāh Ta'āla berkata:

الله خلقنا ورزقنا ولم يتركنا هملا بل أرسل إلينا رسولاً، فمن أطاعه دخل الجنة، ومن عصاه دخل النار.

"Allāh yang menciptakan kita, Allāh yang memberi rizki kepada kita, namun Allāh tidak membiarkan kita begitu saja sia-sia hidup di atas muka bumi ini.

Bahkan Allāh mengutus kepada kita seorang rasul;

• Barang siapa mentaati rasul maka, dia akan masuk surga.

• Dan barang siapa menyelisihi (memaksiati) rasul, maka dia masuk ke dalam api neraka."

Inilah, ma'āsyiral muslimīn rahimanī wa rahimakumullāh..

Suatu hal yang sangat prinsip (urgen) untuk kita ketahui, yaitu bahwasanya:

◆ Tujuan hidup kita di atas muka bumi ini untuk beribadah kepada Allāh.

Marilah kita bersama-sama melangkahkan kaki kita menuju kepada tujuan yang satu yaitu beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Marilah kita bersama-sama melangkahkan kaki kita untuk menelusuri jejak Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengakhirkan kita dengan khusnul khātimah.

أقول قولي هذا وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________

Materi Tematik:
Ustadz Abdurrahman Thoyib,  Lc

⬇️ Download audio:
https://drive.google.com/file/d/0B1e0BM9z9hzYWm9lRENVWnpUeXM/view?usp=docslist_api

Sumber:
https://youtu.be/nFr1Jj1KxVk

11/07/2015

TAKUT KEPADA ALLĀH

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Halaqah yang ke-22 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang "Takut Kepada Allāh".

Ayyuhal ikhwah,

Di antara keyakinan seorang muslim adalah bahwasanya manfaat dan mudharat adalah di tangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla semata.

Seorang Muslim tidak takut kecuali kepada Allāh dan tidak bertawakal kecuali kepada Allāh.

✓ Takut kepada Allāh yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya untuk:

⑴ Merendahkan diri di hadapan Allāh.

⑵ MengagungkanNya.

⑶ Membawanya untuk menjauhi larangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑷ Melaksanakan perintahNya.

✘ Bukan takut :

⑴ Yang berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap rahmat Allāh.

⑵ Yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada keta'atan kepada Allāh .

Takut seperti ini adalah ibadah.

Tidak boleh sekali-sekali seorang Muslim menyerahkan takut seperti ini kepada selain Allāh.

Dan barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allāh, maka dia telah terjerumus ke dalam syirik besar, yang mengeluarkan seseorang dari Islam.

Seperti orang yang takut (terkena) mudharat (dengan) wali fulan yang sudah meninggal kemudian takut tersebut menjadikan dia merendahkan diri di hadapan kuburannya dan juga mengagungkannya.

Hendaknya seorang Muslim meneladani Nabi Ibrāhīm 'Alaihissalām ketika beliau berkata yang artinya:

"Dan aku tidak takut dengan sesembahan kalian, mereka tidak memudharati aku kecuali apabila Rabbku menghendakinya."

(QS Al An'ām: 80)

Di antara takut yang diharamkan adalah takutnya seseorang kepada makhluq yang melebihi takutnya kepada Allāh, sehingga takut tersebut membuat dia meninggalkan perintah Allāh atau melanggar larangan Allāh.

Seperti:

• Orang yang meninggalkan jihad yang wajib atasnya karena takut kepada orang-orang kafir.

Atau,

• Tidak melarang kemungkaran karena takut celaan manusia padahal dia mampu.

Allāh berfirman yang artinya:

"Sesungguhnya itu hanyalah syaithān yang menakut-nakuti kalian, wahai orang-orang yang beriman, dengan wali-walinya (penolong-penolongnya).

Karena itu janganlah kalian takut kepada mereka tetapi takutlah kalian kepadaKu jika kalian benar-benar orang yang beriman."

(QS Āli 'Imrān: 175 )

Di antara cara menghilangkan rasa takut kepada makhluq yang diharamkan adalah:

⑴ Berlindung kepada Allāh dari bisikan syaithan.

⑵ Mengingat sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang artinya:

"Ketahuilah bahwa seandainya umat semuanya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali dengan apa yang sudah Allāh tulis.

Dan seandainya mereka berkumpul untuk memberikan mudharat kepadamu niscaya mereka tidak bisa memberikan mudharat kecuali dengan apa yang sudah Allāh tulis."

(HR Tirmidzi dan dishahihkan Syaikh Al Albani Rahimahullāh)

Diperbolehkan takut yang merupakan tabiat manusia, seperti:

⑴ Takut kepada panasnya api.

⑵ Takut kepada binatang buas.

Dan takut seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan juga bukan takut yang membawa seseorang meninggalkan perintah atau melanggar larangan Allāh.

Ini adalah takut yang tabiat, yang para Nabi pun tidak terlepas darinya.

Itulah halaqah yang ke-22 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.

و صلى الله على نبينا محمد و على آل نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين.

______________________________

Ustadz 'Abdullāh Roy, MA
Silsilah Belajar Tauhid
Halaqah 22 | Takut Kepada Allāh
⬇ Download Audio:
https://drive.google.com/open?id=0B1e0BM9z9hzYc3Q4NjFzSnc0TlU