11/21/2018

Adab Menuntut Ilmu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan tentang Islam, termasuk di dalamnya masalah adab. Seorang penuntut ilmu harus menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia. Dia harus mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik terhadap dirinya maupun kepada orang lain.

Berikut diantara adab-adab yang selayaknya diperhatikan ketika seseorang menuntut ilmu syar’i,

1. Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu.

Seseorang tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah.

Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya. Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

2. Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon ilmu yang bermanfaat.

Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh kepadaNya.

Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat.

3. Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu.

Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)

4. Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala.

Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Ta’ala.

5. Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu.

Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.

Imam Mujahid mengatakan,

لاَ يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْىٍ وَلاَ مُسْتَكْبِرٌ

“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhari secara muallaq)

6. Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru.

Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)

7. Diam ketika pelajaran disampaikan

Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)

8. Berusaha memahami ilmu syar’i yang disampaikan.

Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di hadapan guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalaman. Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran, tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan, mengulang pelajaran setelah kajian selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.

9. Menghafalkan ilmu syar’i yang disampaikan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).

Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar, memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita pun diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

10. Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan.

Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran dan poin-poin penting agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr)

11. Mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajari.

Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, barang siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ia diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.” (HR Ath-Thabrani)

Referensi:
Tematik BISA. Disarikan dari berbagai sumber..

10/01/2018

Nama Asli Para Ulama Kibar

Berikut ini adalah  nama-nama ulama yang sering disebut dengan gelar, kun'ya atau laqob mereka, dan kebanyakan dari kaum muslimin tidak mengetahui nama-nama aslinya.

🌺‏ابـن تيـميـة :  أحمد بن عبدالحليم

🌷Ibnu Taimiyah : Ahmad bin Abdil Halim

🌺‏ابـن الـقيـم  :  مـحـمد بن أبـي بـكر  .

🌷Ibnul Qayyim : Muhammad bin Abi Bakr

🌺‏ابـن رجـب   :  عـبـدالرحـمـن بـن أحـمـد.

🌷Ibnu Rajab : Abdurrahman bin Ahmad

🌺‏ابـن حـزم   :  عـلـي بـن أحـمـد.

🌷Ibnu Hazm : Ali bin Ahmad

🌺‏ابـن حـجـر   :  أحـمـد بن عـلي.

🌷Ibnu Hajar : Ahmad bin Ali

🌺‏ابـن كـثيـر   :  إسـمـاعيـل بـن عـمر  .

🌷Ibnu Katsir : Ismail bin Umar

🌺‏ابـن الـجـوزي:  عبـدالرحـمن بـن عـلـي  .

🌷Ibnul Jauzi : Abdurrahman bin Ali

🌺البـخـاري     :  محـمـد بـن إسـمـاعيـل  .

🌷Al Bukhari : Muhammad bin Ismail

🌺‏أبـو داود     :  سـليـمـان بـن الأشـعـث  .

🌷Abu Daud : Sulaiman bin Al Asy'ats

🌺‏الـتـرمـذي    :  مـحمـد بـن عـيسى  .

🌷At Tirmidzi : Muhammad bin 'Isa

🌺‏الـنسـائـي    :  أحـمـد بـن شـعيـب  .

🌷An Nasa'i : Ahmad bin Syuaib

🌺‏ابـن مـاجـه  :  مـحمـد بـن يـزيـد  .

🌷Ibnu Majah : Muhammad bin Yazid

🌺‏أبـوحـنيفـة :  الـنعـمان بـن ثـابـت  .

🌷Abu Hanifah : An Nu'man bin Tsabit

🌺‏الـشـافـعـي    :  مـحمـد بـن إدريـس  .

🌷Asy Syafi'i : Muhammad bin Idris

🌺‏الـذهـبي     :  مـحمـد بـن أحمـد  .

🌷Adz Dzahabi : Muhammad bin Ahmad

🌺‏الـقـرطـبي   :  مـحمـد بـن أحـمد  . 

🌷Al Qurthubi : Muhammad bin Ahmad

🌺‏السـيـوطـي  :  عبـدالرحـمـن بـن أبـي بـكر  .

🌷As Suyuthi : Abdurrahman bin Abi Bakr.

‏🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃

Sumber : Asy-Syamil.com

MENJAGA ISTIQOMAH

Agar tetap teguh di atas istiqamah maka seseorang harus melakukan hal-hal berikut ini, diantaranya adalah :

➡1). Taubat nasuha.
➡2). Senantiasa mentauhidkan Allâh dan menjauhkan syirik.
➡3). Selalu berusaha untuk selalu konsekuen dan konsisten dalam ketaatan kepada Allâh danRasul-Nya.
➡4). Muraqabatullâh, yaitu selalu merasa diawasi oleh Allâh Ta’ala baik dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan.
➡5). Muhasabah, yaitu menginstrospeksi segala amal perbuatan yang telah dikerjakan.
➡6). Mujâhadah, yaitu berjuang sungguh-sungguh menggembleng jiwa di atas ketaatan kepada Allâh Ta’ala.
➡7). Ikhlas dalam beramal dan mutaba’ah (mengikuti contoh Rasûlullâh).
➡8). Berpegang teguh kepada Sunnah dan menjauhi bid’ah.
➡9). Menjaga shalat lima waktu dengan berjama’ah di masjid.
➡10). Berani dalam melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar.
➡11). Senantiasa menuntut ilmu syar’i.
➡12). Takut kepada Allâh Ta’ala dengan mengingat pedihnya siksa neraka.
➡13). Mencari teman yang shâlih.
➡14). Menjaga hati, lisan, dan anggota badan serta sabar dari hal-hal yang diharamkan.
➡15). Mengetahui langkah-langkah setan.
➡16). Senantiasa berdzikir dan berdo’a agar diteguhkan di atas istiqamah. Diantara do’a yang sering Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam baca ialah:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

"Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu." [HR at-Tirmdizi (no. 3522) dan Ahmad (VI/302, 315) dari Ummu Salamah radhiyallâhu ’anha]

📋 Diringkas dari Pembahasan "Keutamaan Istiqomah"

✍ Ust. Yazid bin Abdul Qodir Jawas

BUKAN DILLAN

Dia pergi untuk melamar seorang wanita.

Disaat dia melakukan nazhar syar'i (melihat calon istrinya ). Calon istrinya bertanya : "Berapa hafalan Al-Quranmu ?" Dia menjawab : "Saya tidak hafal banyak tapi SAYA INGIN MENJADI LELAKI YANG SHALIH"
Dia lalu berkata kepada calon istrinya : "Kalau kamu ?" Calonnya menjawab : "Saya hafal juz amma"

Calonnya kemudian sepakat untuk menikah karena merasa dia (laki-laki yg datang melamar ini ) jujur.

Setelah menikah...
Sang Istri lalu memintanya untuk membantunya menghafal AlQuran.

Sang suami berkata : "Mengapa kita tidak saling membantu dalam menghafal bersama-sama?"

Mereka lalu memulai menghafal dengan Surat Maryam kemudian berikutnya dan berikutnya
sampai hafalan Qurannya selesai dan mereka berdua mendapat Ijazah hafalan Quran.

Kemudian istrinya menawarkan : "Mungkin kita juga bisa memulai menghafal Hadits-hadits Bukhari.."

Di sebuah kesempatan ketika dia berziarah kerumah mertuanya, sang suami mengabarkan kepada mertuanya kalau anaknya sekarang sudah hafal AlQuran Al Karim, Alhamdulillah.

Mertuanya kaget dengan apa yg dikatakan menantunya, dia lalu masuk ke kamar anaknya seraya memperlihatkan banyak kertas kepada menantunya.

Sontak dan alangkah kaget dan bingungnya sang suami, Istrinya ternyata memiliki ijazah hafalan Alquran dan Kutub Sittah (kumpulan kitab2 hadits) bahkan sebelum dia menikah dengannya.

SUBHANALLAH....dia tidak mempermasalahkan dari awal sedikitnya ilmu yang dimiliki sang calon suami, dan dia kemudian membantunya menghafalkan Al Quran sebagaimana dia telah menghafalnya disaat dia merasa kalau memang sang suami adalah orang Shalih (Dia juga tidak berdusta ketika dia berkata saya hafal juz amma karena dia tidak menafikan bahwa dia juga hafal surat yg lainnya).

SABAR ketika dicela

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

"Hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah, dan jika seseorang mencelamu dengan sesuatu yang dia ketahui memang ada pada dirimu, maka engkau jangan membalas mencelanya dengan sesuatu yang engkau ketahui memang ada pada dirinya, niscaya akibat buruknya akan menimpa dirinya sendiri, sedangkan engkau mendapatkan pahalanya, dan jangan sekali-kali engkau mencaci-maki seorangpun!"

📚 Shahih al-Jami’ ash-Shaghir, no. 98

Kisah Sepotong Roti

Dahulu..
ada seorang lelaki yang beribadah selama 60 tahun lamanya..
lalu ia terfitnah oleh seorang wanita..
dan berzina dengannya selama enam hari..
lalu ia sadar dan bertaubat..
ia pun pergi meninggalkan tempat ibadahnya..
lalu ia singgah di sebuah masjid..
dan tinggal di sana selama tiga hari tak ada makanan..

Suatu ketika, ada orang yang memberinya roti..
ketika ia hendak memakannya..
ia melihat dua orang yang amat membutuhkan..
ia pun memotong roti..
dan memberikannya kepada keduanya..
sementara ia tak makan..

Maka Allah memerintahkan malaikat untuk menimbang..
antara amalannya selama 60 tahun dan zinanya selama 6 hari..
ternyata lebih berat zina selama 6 hari..

Lalu Allah memerintahkan menimbang zinanya 6 hari dengan dua potong roti..
ternyata lebih berat dua potong roti
diriwayatkan oleh Nadlr bin Syumail dari perkataan ibnu Mas'ud..
dan ibnu Abu Nuaim meriwayatkan juga kisah yang sama dari Abu Musa Al Asy'ari dengan sanad yang shahih..

Lihatlah..
ibadah 60 puluh tahun dikalahkan oleh zina 6 hari..
tidakkah menjadi takut hati kita untuk berbuat maksiat..

Lihat juga..
ternyata berinfak di saat kita butuh..
melebihi ibadah selama 60 tahun..

Namun..
itu tak mudah..
karena jiwa amat mencintai harta..
kecuali orang yang Allah berikan kekuatan padanya..

Sumber : SalamDakwahCom

RESEP BAHAGIA

Imam Ibnu Hazm mengatakan:
"Kecerdasan dan ketentraman itu adalah dengan tidak terlalu menghiraukan komentar manusia. Namun peduli dengan firman Sang Pencipta.  Inilah resep kebahagiaan.
Barangsiapa yang merasa bisa selamat dari omongan orang maka dia telah gila".

(Al Akhlak wa Siyar 1/17)

Jangan sebarkan aib saudaramu walau kau tau memang benar ada!

Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata:

"Perkara-perkara umum jika sampai kepadamu tentang saudaramu berupa kekurangan atau celaan, maka engkau jangan mempedulikannya, tahanlah dirimu! walaupun faktanya memang benar, tetap jangan engkau sebarkan!"

Sulit menerima ilmu?

Merasa sulit menerima ilmu? Atau justru ilmu yg dipelajari cepet hilangnya? Mungkin karna kita tidak mengamalkan ilmu yg sudah kita pelajari.

Syaikh Sholeh 'Abdullah Fauzan - Hafidzhohullah - menukil didalam kitabnya perkataan sebagian ahli ilmu :
"Barangsiapa yang beramal dengan ilmunya maka akan Allah berikan ia anugerah keilmuan yang tidak ia ketahui, dan barangsiapa yang tidak beramal dengan ilmunya maka akan Allah cabut ilmu itu dari dalam dirinya"

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah - Rahimahullah - menjelaskan makna "Allah akan memberikan nya ilmu yg tidak ia ketahui" :
"Allah akan menambah keimanannya, memberikannya cahaya (keilmuan), dan membukakan baginya cabang-cabang pintu keilmuan."

Syaikh Abdullah Fauzan melanjutkan :
"Maka engkau akan temukan orang berilmu yg beramal, Allah ta'ala berikan baginya keberkahan dalam waktu dan ilmunya."

Dinukil dari husulul ma'mul fi syarh tsalatil ushul, 19-20

9/07/2018

Menilai Seseorang

Jangan pernah menilai seseorang dengan melihat masa lalunya….

💦 Betapa banyak diantara kita yang memiliki masa lalu yang kelam…jauh dari sunnah…jauh dari hidayah…tenggelam dalam dunia yang menipu…terombang-ambing dalam kemaksiatan yang nista…

❓ Bukankah banyak sahabat radhiallahu ‘anhum yang dahulunya pelaku kemaksiatan…, peminum khomr…, bahkan pelaku kesyirikan…?

💫 Akan tetapi tatkala cahaya hidayah menyapa hati mereka, jadilah mereka generasi terbaik yang pernah ada di atas muka bumi ini.

⚠ Bisa jadi anda salah satu dari mereka para akhwat yang memiliki masa lalu yang kelam…yang mungkin saja kebanyakan orang tidak mengetahui masa lalu kelam anda.

❗ Sebagaimana anda tidak ingin orang lain menilai anda dengan melihat masa lalu kelam anda…maka janganlah anda menilai orang lain dengan melihat masa lalunya yang buruk…..

📌 Yang menjadi patokan adalah kesudahan seseorang… kondisinya tatkala akan meninggal, bukan masa lalunya.

💫 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Amalan-amalan itu tergantung akhirnya”

Oleh Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه الله تعالى

Andai Mereka Tahu

Jika saya tinggalkan dunia hitam ini lalu saya mau kemana?
Jika saya keluar dari bidang haram ini lalu saya mau kerja dimana?
Jika saya tinggalkan geng saya dengan segala maksiatnya, memangnya ada yang mau berteman dengan saya?

Andai mereka tahu bahwa Pencipta dan Pemilik kehidupan ini telah berfirman:

‏﴿١٠٠﴾ ۞ وَمَن يُهَاجِرْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدْ فِى ٱلْأَرْضِ مُرٰغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ ...

"Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan kelapangan yang banyak..."

(An Nisaa: 100)

Ternyata...
Ada kehidupan lain yang penuh dengan kehangatan siap menyambut kita. 
Banyak bidang dan lapangan pekerjaan yang menunggu kita.
Banyak teman shalih/shalihah yang mau berpijak bersama.

Hanya saja kita belum tahu dan mengenal mereka.

Saudaraku..
ALLAH memastikan bahwa dibalik hijrah ada banyak tempat yang indah, ada banyak kelapangan, rizki, ketenangan serta kebahagian.

Maka jangan ragu untuk berhijrah dari dosa.

Yang perlu anda lakukan adalah terus melangkah, lalu bersabar dan bertahan, niscaya pertolongan ALLAH dan kelapangan itu pasti menyapa anda.

Disadur dari Tafsir Ath Thabari dan Al Qurthubi QS. An Nisa ayat 100, oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikry, Lc حفظه الله تعالى

8/19/2018

Waktu dan Hati

1. Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:

"Semua bencana yang menimpa seorang hamba maka sebabnya adalah menyia-nyiakan waktu dan rusaknya hati."

📚 Risalah Ibnil Qayyim ila Ahadi Ikhwanih, hlm. 3

2. Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata:

"Termasuk perkara yang akan mengeraskan hati adalah banyak bercanda, tertawa, terlalu gembira, dan banyak main-main. Maka wajib atas seorang muslim untuk mewaspadai perkara-perkara ini."

📚 Al-Khuthab al-Mimbariyyah, jilid 2 hlm. 78

3. "Sesungguhnya hari ini adalah hari beramal, dan tidak ada perhitungan (hisab), sedangkan hari esok adalah hari perhitungan, dan tidak ada amal."

Hilyah al-auliya 1/76, fadhail ash-shahabah 1/530, az-zuhd ibn hanbal 1/130

5/09/2018

ALLAH MENCINTAI MU

Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ bersabda,

إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

*_“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridho (terhadap ujian tersebut) maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah (terhadap ujian tersebut) maka baginya murka-Nya.”_*
```(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah At Tirmidzi berkata bahwa hadits ini Hasan Ghorib)```

Dari _Mush’ab bin Sa’id (seorang tabi’in) dari ayahnya_ berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

_*“Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?”*_

Beliau _shallallahu ‘alaihi wasallam_ menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

_*“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka dia akan mendapat ujian begitu kuat. Apabila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan agamanya. Senantiasa seorang hamba akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”*_
```(HR. Tirmidzi. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih)```

*Semoga kita yang sedang mendapat ujian atau musibah* merenungkan hadits-hadits di atas. Sungguh ada sesuatu yang *tidak kita ketahui* di balik musibah tersebut. Maka *bersabarlah dan berusahalah ridho dengan taqdir ilahi.* Sesungguhnya *para Nabi dan orang sholeh dahulu juga telah mendapatkan musibah* sebagaimana yang kita peroleh.

*💔 Kenapa Kita Harus Bersedih, Mengeluh dan Marah?⚡*

Bahkan orang sholeh dahulu *-sesuai dengan tingkatan keimanan mereka-,* mereka malah memperoleh ujian lebih berat.

Cobalah kita perhatikan perkataan ulama berikut,
Al Manawi _rahimahullah_ mengatakan,
*“Barangsiapa yang menyangka bahwa apabila seorang hamba ditimpa ujian yang berat, itu adalah suatu kehinaan; maka sungguh akalnya telah hilang dan hatinya telah buta (tertutupi). Betapa banyak orang sholih (ulama besar) yang mendapatkan berbagai ujian yang menyulitkan.*

*Tidakkah kita melihat mengenai kisah disembelihnya _Nabi Allah Yahya bin Zakariya,_ terbunuhnya _tiga Khulafa’ur Rosyidin,_ terbunuhnya _Al Husain, Ibnu Zubair dan Ibnu Jabir._*

*Begitu juga tidakkah kita perhatikan kisah _Abu Hanifah_ yang dipenjara sehingga mati di dalam buih, _Imam Malik_ yang dibuat telanjang kemudian dicambuk dan tangannya ditarik sehingga _lepaslah bahunya,_ begitu juga kisah _Imam Ahmad_ yang disiksa hingga pingsan dan kulitnya disayat dalam keadaan hidup. Dan masih banyak kisah lainnya.”*
```(Faidhul Qodhir Syarh Al Jami’ Ash Shogir, 1/518, Asy Syamilah)```

*Semoga kita termasuk orang-orang yang bersabar ketika menghadapi musibah, baik dengan hati lisan atau pun anggota badan..*

*Ya Allah..*
*Jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang selalu ridho dengan taqdir-Mu..*
*________________________________*

*_✒Ustadz Azhar Khalid bin Seff, MA_*

*📖 Sumber Rujukan Utama :*
```[Syarh Qowaidil Arba, Syaikh Sholih bin ‘Abdillah Al Fauzan]```

2/28/2018

Cinta buta anak

Dari Khaulah binti Hukaim, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar dari rumah sedang menggendong salah seorang cucunya, maka Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

والله إنَّكُمْ لَتُبَخِّلُوْنَ وَتُجَبِّنُوْنَ وَتُجَهِّلُوْنَ وَ إنَّكُمْ لَمِنْ رَيْحَانِ الله.

Dan demi Allah, sesungguhnya kalian membuat bakhil, membuat pengecut dan membuat bodoh (orang tua). Dan kalian laksana bunga raihan karunia dari Allah. (HR.Ahmad, 2/409 dan Tirmidzi, 1910)

Ada beberapa komentar ulama tentang makna hadits di atas. Zamakhsyary berkata, ”Anak menjatuhkan orang tua kepada sifat bakhil dalam masalah harta benda dengan alasan masa depan anak. Orang tua menjadi bodoh karena sibuk mengurus anak hingga lalai mencari ilmu. Orang tua menjadi pengecut hingga takut terbunuh, khawatir nanti anaknya terlantar. Dan orang tua dibuat sedih karena berbagai masalah dan problem yang timbul dari anak. Adapun sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Kalian laksana bunga raihan karunia dari Allah”, karena orang tua mencium dan memeluk anak, bagaikan mencium bunga raihan yang ditumbuhkan Allah.” (Manhaj Tarbawiyyah Nubuwah Lithafal, 198)

1/21/2018

MERAIH KELAPANGAN HATI

Setiap orang pasti ingin bahagia, ingin hidup tenang dan tentram, namun terkadang muncul masalah yang sulit sehingga hati menjadi risau, galau dan sempit.

Sebagian orang mengukur kebahagian itu dengan timbangan nilai fisik; kekayaan, atau pangkat dan jabatan.

Namun hakikatnya kebahagiaan dan kelapangan hidup itu bersumber dari kelapangan hati bukan kelapangan harta.

Jeruji besi tidak bisa merampas kelapangan hati seseorang.

Berapa banyak orang yang bebas, namun terasa sempit bagaikan di dalam bui,  namun berapa banyak orang yang dipenjara, akan tetapi dia bahagia dan hatinya lapang dan tentram.

Lihatlah Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah, meskipun dipenjara,  namun hatinya bahagia,  hatinya lapang.

Kok bisa ya❓

Bagaimana caranya agar hati bisa lapang❓

🌷Simak Petuah dari Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah

🌴Sebab terbesar yang membuat hati lapang adalah:

❶ At-Tauhid: hidayah dan tauhid adalah penyebab terbesar kelapangan hati.

❷ Al-Ilmu: karena sesungguhnya ilmu syar'i itu melapangkan hati dan meluaskannya sehingga hati menjadi lebih luas dari pada dunia.

❸ Al-Inàbah (bertaubat dan kembali) kepada Allah Ta’ala : mencintaiNya di hatinya seutuhnya, menghadap kepadaNya dan merasa nikmat dalam beribadah kepadaNya.

❹ Senantiasa berdzikir kepada Allah Ta’ala dalam setiap keadaan dan setiap tempat, maka dzikir memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam melapangkan hati dan kebahagiaan hati.

❺ Berbuat ihsan (baik) kepada makhluk dan memberikan manfaat kepada mereka semaksimal mungkin: yaitu dengan harta, kedudukan, dan manfaat dengan harta dan berbagai jenis Ihsan (kebaikan).

❻ Keberanian: karena keberanian itu menyebabkan kelapangan hati, luasnya perut (dada-pent.)dan luasnya hati. Dan penakut adalah manusia yang paling sempit dada dan hatinya.

❼ Mengeluarkan keburukan hati, yaitu dengan mengeluarkan sifat-sifat tercela.

❽ Meninggalkan berlebihan dalam memandang, berbicara, mendengar dan bergaul, karena sesungguhnya berlebihan dalam hal ini akan mengakibatkan rasa sakit, kesedihan dan kegundahan di hati. (Zàd Al-Ma'àd, 2/32).

Demikian semoga bermanfaat. Wallaahu a’lam

✍ Ustadz Agus Santoso, B.A., M.P.I
🌐 Group BIS & BMS - Dakwah Untuk Umat 💐

Tertawa

Bakr bin Abdullah al-Muzani Rahimahullah berkata :

عن بكر بن عبد الله المزني، قال: من يأت الخطيئة وهو يضحك دخل النار وهو يبكي

“Barangsiapa melakukan kesalahan dalam keadaan tertawa, maka dia akan masuk neraka dalam keadaan menangis.” (Hilyatul Auliya 6/185)
Teguran bagi orang yang bangga dengan perbuatan dosanya..

Tertawa saat menggibah

Tertawa saat berdusta

Tertawa saat mengadu domba

Tertawa saat melakukan dosa

Tertawa saat menyakiti teman dan tetangga. 

Ini merupakan pemandangan yang lazim kita saksikan.. 

Mengapa engkau tertawa? Padahal Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menangis saat mengingat akan menjadi saksi atas kesalahan-kesalahanmu di hadapan Allah…

Semoga kita diselamatkan dari adzab an-naar (neraka).