12/21/2014

Wasiat Nabi SAW kepada Hudzaifah bin Yaman

Hudzaifah bin Yaman adalah seorang sahabat yang secara khusus dididik Nabi SAW untuk mengenal kemunafikan. Semua itu berawal karena kebiasaannya yang berbeda dalam mengajukan pertanyaan kepada Nabi SAW. Umumnya para sahabat bertanya tentang berbagai macam amal kebaikan dan pahala-pahala yang dijanjikan, dan mereka berlomba-lomba untuk melakukannya. Sementara Hudzaifah cenderung bertanya tentang berbagai macam amal keburukan/kejahatan dan bahaya-bahayanya, karena ia ingin menjauhinya sejauh-jauhnya.

Suatu ketika ia menghadap kepada Nabi SAW dan bertanya, "Wahai Rasulullah, dahulu kita berada dalam kebodohan (jahiliah) dan diliputi kejahatan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini bagi kita. Apakah setelah kebaikan ini akan ada kejahatan lagi?"

"Ada…!" Kata Nabi SAW.

"Apakah setelah kejahatan itu, masih adakah kebaikan lagi, ya Rasulullah?"

"Memang ada, tetapi keadaannya kabur dan penuh bahaya!!" Kata beliau lagi.

"Apa bahaya itu, ya Nabiyallah?"

"Yakni, segolongan ummat mengikuti sunnah yang bukan sunnahku, mengikuti petunjuk yang bukan petunjukku. Kenalilah mereka ini, ya Hudzaifah, dan cegahlah mereka semampumu…!!"

"Setelah kebaikan tersebut, masih adakah kejahatan lagi, ya Rasulullah??"

"Ada, yakni para penyeru di pintu neraka (yakni, yang mengajak kepada maksiat dan meninggalkan ibadah)…barang siapa menyambut seruannya, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka…!!"

"Apa yang harus saya lakukan jika menemui masa seperti itu, ya Nabiyallah?"

"Selalulah mengikuti jamaah kaum muslimin dan pemimpin mereka!!"

"Bagaimana jika mereka tidak memiliki jamaah dan tidak pula pemimpin (yang sesuai teladanmu), ya Nabiyallah?"

"Hendaklah engkau tinggalkan semua golongan itu, walaupun engkau harus tinggal sendirian di rumpun kayu, sampai engkau menemui ajal dalam keadaan seperti itu…"

(mutafaqun'alaih)

Keadaan dan kebiasaan Ibnu Yaman dalam meneliti dan mengamati kejahatan dan daya upayanya untuk menghindarinya, ternyata mendapat dukungan Nabi SAW, dan beliau terus-menerus membimbingnya. Beliau mengajarinya bagaimana mengenali kemunafikan, dan juga menunjukkan orang-orang munafik yang ada saat itu. Namun beliau berpesan agar semua itu dirahasiakannya, sekedar untuk bahan bagi dirinya agar ia bisa menghindar dan tidak terjatuh dalam lingkaran pergaulan mereka.

12/20/2014

Kenapa umat Islam terpecah?

Seperti biasa, setiap akhir tahun umat muslim di indonesia disibukkan dengan diskusi mengucapkan natal kepada umat nasrani. Sebenernya masalah ini sdh trselesaikan sejak lama, namun entah mengapa ada saja pihak2 yg suka menggoreng isu ini, pihak satu berusaha menasihati saudaranya agar begini, namun si pihak dua tidak terima dinasihati, sehingga terciptalah debat, debat & debat, saya pun masih suka khilaf & terjerumus kedalam arena tsb. Namun sampai pada suatu titik, tersadar & bersegera menarik diri.

Nah, kemudian ada teman saya yang menshare sebuah artikel berjudul "Karikatur ISIS dan Kemalasan Dalam Beragama.", karena artikelnya menarik, maka saya pun berkomentar disana, beginilah isinya:

Bismillah, salam kenal mas, tulisan mas bagus namun juga kontroversi. Apa bedanya anda dengan yang anda kritik? Sama2 keras dan memiliki pembenaran sendiri. Bisa jadi mas bermaksud baik utk menasihati, namun krn karakter & gaya tulisan yang demikian, sehingga menjadi tajam layaknya pisau yg bisa melukai sesamanya.

Saya belum mendapatkan kisah ahlul ilmi yg begitu jumawa dgn kemampuannya. Sbg contoh, ayahanda kita raghib sirjani seorang hafizh, dgn predikat istimewa atas disertasi doktoral urologi surgery dibawah bimbingan kedokteran Mesir dan Amerika, belum pernah saya temukan tulisan2 beliau yg membanggakan diri sendiri dan meremehkan orang lain?

Anda menyinggung soal kelembutan, namun sayangnya saya tidak merasakan kesan ini dlm tulisan anda? Bisa jd saya luput oleh karena dominannya kritik yg ditembakkan bertubi2.

Saya berusaha memahami dan memaklumi thariqah dari harokah-harokah yang ada di indonesia, selalu ada dua sisi, temen2 yg ber amar ma'ruf nahi munkar melalui tangan, mulut, atau minimal mengingkarinya dengan hati, sebagian diantara mereka akan saling menasihati, "jangan begitu, beginilah seharusnya..dst." namun sayangnya saling nasihat menasihati diantara mereka membuka ruang baru untuk berdiskusi, berdebat, hingga akhirnya bertengkar.

Ini sdh trjadi jauh2 sebelumnya, dalam kitab Al I’tisham, karya Asy Syathibi, (II/691)

Pada satu hari, Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu ‘anhu menyendiri. Dia berkata dalam hatinya, mengapa umat ini saling berselisih, sementara Nabi mereka satu?! Lalu ia memanggil salah satu sahabat yang paling berilmu, Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhu.

Umar bertanya kepadanya,
“Mengapakah umat ini saling berselisih, sementara Nabi mereka satu. Kiblat mereka juga satu dan Kitab suci mereka juga satu?”

Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan kepada kita. Kita membacanya dan mengetahui maksudnya. Lalu datanglah sejumlah kaum yang membaca Al-Qur’an, namun mereka tidak mengerti maksudnya. Maka setiap kaum punya pendapat masing-masing. Jika demikian realitanya, maka wajarlah mereka saling berselisih. Dan jika telah saling berselisih, mereka akan saling menumpahkan darah.”

Mendengar jawaban itu umar tertegun, memuji, dan mendoakannya.

Dan memang pintu fitnah itu sdh terbuka sedikit2 sejak rasulullah shallallahu'alaihi wasallam wafat, & tak bisa ditahan lg utk terbuka lebih lebar laksana tanggul bocor pasca kekhalifahan umar.

Oleh karenanya, dikatakan umat islam terpecah menjadi 73 golongan, mas sdh pasti tahu hadits ini.

Pdhl dlm Qur'an, An-nisa:59, kita sdh diingatkan dan dikasih solusi, "fain tanaza'tum fii shayin farudduuhu ilaAllohi warrosuuli in kuntum tuminuuna billahi walyawmil akhir"

Nabi shallallahu'alaihi wa sallam pun sdh mewasiatkan ketika arofah, “Sungguh aku telah meninggalkan ditengah-tengah kalian, satu hal yang bila kalian berpegang teguh dengannya, niscaya selama-lamanya kalian tidak akan tersesat, bila kalian benar-benar berpegang tegun dengannya, yaitu kitabullah (Al Qur’an).” (Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu'anhu, dalam kitab shahih muslim 2/886/1218)

Tapi saya memahami koq mas, memang kita sering terjebak dalam labirin intelektual, saya pun demikian, juga pendahulu2 kita, seperti al-ghazali dalam tahafut al-falasifah terhadap peripatetik nya al-farabi, ibnu sina, ibnu rusyd, dkk. Al-asy'ari & ahmad bin hambal terhadap wasil bin atha & khalifah mu'tashim billah. Demikian ibnu taimiyyah yg melepaskan diri dari asy'syariyah maupun mu'tazilah dan memilih pendekatan kepada salafush shalih, dst...

Ah! Siapalah saya ini sok berkomentar, maaf ya mas.. Saya berharap & mendoakan yg trbaik utk mas, semoga ilmunya bermanfaat untuk kemashalatan umat. Yuk mari kita fastabiqul khairat!

Oh ya mas, saya tidak mendapati nama ibnu khaldun ataupun al-muqadimah? Terlalu populer, terlewat atau ada alasan khusus tidak menyebutkan nama beliau?

12/07/2014

Kunci Keselamatan di Akhirat dan Ciri Muslim Munafiq

Bismillah, washolatu wasalamu ala rosulillah, amma ba'du.

Sebagian besar dari kita tentu bisa menjawab pertanyaan pada judul tulisan diatas, "Apakah kunci keselamatan manusia di akhirat?"
.............................................................................................................................................

Adalah lafal tauhid "Laa ilaha ilallah". 
Simple sekali ya? Tapi benarkah demikian?

Perlu kita tanamkan dalam diri, bahwa tauhid itu dibangun diatas 3 perkara, yang ketiganya tidak bisa dipisahkan ibarat sebuah pondasi bangunan yang kokoh. Ada yang masih ingat apakah ketiga hal itu?
.............................................................................................................................................

1. Ilmu
2. Amal
3. Ikhlas

- Jika tauhid tanpa ilmu, maka kita akan tersesat seperti kaum nasrani.
- Jika tauhid tanpa amal, maka kita akan termurkai seperti kaum yahudi.
- Jika tauhid tanpa keikhlasan, maka kita akan merugi seperti kaum munafiq.
.............................................................................................................................................

Alhamdulillah kita memiliki modal tauhid ini, namun perlu selalu diingatkan agar jangan sampai kita terjerumus kedalam jurang orang2 munafiq, karena munafiq adalah penyakit hati orang2 islam. Untuk itu kita perlu mengenai ciri2nya agar kita mawas diri dari sifat tsb.

Diantara ciri orang munafiq menurut Qur'an ada di surat an-nisa ayat 138-139:

ﺑَﺸِّﺮِ ﺍﻟْﻤُﻨَﺎﻓِﻘِﻴﻦَ ﺑِﺄَﻥَّ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﺬَﺍﺑًﺎ ﺃَﻟِﻴﻤًﺎ
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺘَّﺨِﺬُﻭﻥَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎءَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ۚ ﺃَﻳَﺒْﺘَﻐُﻮﻥَ ﻋِﻨْﺪَﻫُﻢُ ﺍﻟْﻌِﺰَّﺓَ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْﻌِﺰَّﺓَ ﻟِﻠَّﻪِ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ

"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah."

Sementara, diantara ciri menurut hadits:

- Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ

“Empat hal bila ada pada seseorang maka dia adalah seorang munafiq, dan barangsiapa yang terdapat pada dirinya satu sifat dari empat hal tersebut maka pada dirinya terdapat sifat nifaq hingga dia meninggalkannya. Yaitu, jika diberi amanat dia khianat, jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika berseteru dia berbuat kefajiran”. (HR. Al-Bukhari no. 89 dan Muslim no. 58)

- Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR. Al-Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)

Semoga Alloh menjaga hati kita dari sifat munafiq ini. Wallohu'alam bisshowab..

12/05/2014

Jangan Pelit / Kikir !!

Asbabun Nuzul Surat Al Hasyr Ayat 9

Suatu waktu, Rasulullah SAW kedatangan tamu orang yang sangat tidak mampu (miskin), Rasulullah mengajak tamu tersebut ke rumah salah seorang istri beliau agar bisa dijamu selayaknya. Namun, istri Rasulullah hanya memiliki air putih dan tidak bisa menghidangkan makanan yang lain.

Rasulullah SAW kemudian membawa tamunya kepada para sahabatnya, seraya menawarkan, “Siapa saja yang memuliakan tamuku ini, akan mendapat surga.” Salah seorang sahabat yang bernama Abu Thalhah spontan menjawab, “Saya Rasulullah!” 

Ia belum sempat berpikir, apakah di rumah ada makanan atau tidak? Yang terpenting, dia  bisa menolong orang lain dan mendapatkan surga sebagaimana ditawarkan Rasulullah SAW.

Selanjutnya, tamu Rasulullah itu pun diajak ke rumahnya. Sampai di rumah, ia berkata kepada istrinya, “Muliakanlah tamu Rasulullah ini!” Istrinya menjawab, “Kita tidak punya persediaan makanan, kecuali untuk si kecil anak kita!”

Tanpa berpikir panjang, Abu Thalhah langsung mengutarakan idenya, “Siapkan makanan itu, lalu pura-puralah memperbaiki lampu penerang yang ada di rumah, dan tidurkanlah anak kita!” Ketika hari sudah gelap, tamu Rasulullah itu diajak ke tempat makan.

Istri Abu Thalhah sibuk mempersiapkan hidangan seakan-akan untuk seluruh anggota keluarganya ditambah tamu Rasulullah.

Setelah makanan dihidangkan, istri sahabat itu mendekati lampu penerang rumahnya, berpura-pura memperbaikinya, dan kemudian memadamkannya.

Tujuannya tidak lain, agar sang tamu merasa nyaman menikmati hidangan itu sendirian. Sebab, porsi makanan yang ada hanya cukup untuk satu orang.

Tamu itu menikmati hidangan yang ada dengan lahap, tanpa merasa ada yang janggal dalam jamuan makan malam itu. Dia mengira tuan rumah juga ikut makan bersamanya.

Keesokan harinya, Abu Thalhah menghadap Rasulullah SAW, ia disambut dengan senyuman, lalu beliau bersabda, “Allah tertawa (rida) dengan yang kalian lakukan berdua tadi malam.”

Hasilnya, Rasulullah rida dengan simbol berupa senyuman ketika bertemu Abu Thalhah, dan menyampaikan kabar gembira bahwa Allah pun rida dengan apa yang mereka berdua lakukan.

Setidaknya ada tiga hikmah yang bisa kita petik dari kisah yang menjadi sebab turunnya Surah al-Hasyr ayat 9 ini.

Pertama, betapa Rasulullah SAW dan Abu Thalhah sahabatnya memiliki jiwa penolong yang sangat mengagumkan sehingga dengan jiwa tersebut, keduanya tidak sempat berpikir apakah di rumahnya ada makanan yang bisa disuguhkan pada tamunya atau tidak? Yang penting memberi!

Kedua, ketika kedermawanan sudah mendarah daging dalam diri seseorang, berbagai cara bisa ia lakukan untuk tetap bisa memberi kepada orang lain, betapapun sulitnya kondisi yang sedang ia alami. 

Ketiga, orang yang dermawan tidak pernah memikirkan tentang dirinya saat hendak memberi, apa yang akan ia makan? Bagaimana nasibnya nanti ketika ia memberi apa yang dibutuhkannya kepada orang lain?

Bahkan, orang yang dermawan mungkin saja menomorduakan kebutuhan keluarganya ketika ada orang yang lebih membutuhkan.

Maka pantas jika kemudian orang yang memiliki jiwa seperti ini akan mendapat ridha Allah SWT. Dan di akhirat akan dimasukkan ke surga-Nya. Sebab, orang yang seperti ini lebih mengutamakan orang lain, atas diri mereka sendiri. 

Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Hasyr [59] : 9).

Ya Allah jauhkanlah kami dari sifat kikir ini...

Sumber

Galaunya sahabat dengan galaunya kita

UMAT Muslim saat ini, terutama yang belum menikah sering sekali galau dan galaunya itu dijadikan status di facebook atau twitter. Urusannya gak jauh-jauh dari cinta terhadap lawan jenis yang belum halal. Beda sekali dengan sahabat Nabi.

“Ya itu kan sahabat, jauhlah sama kita” biasanya ada yang komentar begitu kalau saya menulis tentang sahabat. Helooooo! Kalau tidak mau menyamai mereka Radiyallahu Anhu, mengapa menginginkan surga yang sama?

Sahabat Ka’ab Bin Malik galau selama 50 hari, khawatir soal dosa. Khawatir soal dirinya diampuni Allah atau tidak. Bukan soal-soal remeh temeh.

Umar bin Khattab ketika menjadi khalifah, galau karena ada rakyatnya yang memasak batu saking miskinnya, lalu menaruh beban karung gandum di pundaknya sendiri.

Tsa’labah bin Abdurrahman RA pernah secara tidak sengaja melihat wanita Anshar yang mandi. Ia merasa sangat berdosa, malu kepada Nabi dan mengasingkan diri ke gunung selama 40 hari. Ia terus menerus minta ampun kepada Allah. Sedangkan kita? Setiap hari, wanita di sekeliling kita mengumbar aurat ada di mana-mana. Di kantor, di Mall, di televisi, di mana-mana. Apakah kita meminta ampun kepada Allah?
Nabi Muhammad merasa kehilangan dia. Sampai Allah menunjukkan gunung tempat bersembunyinya. Nabi meminta Umar RA dan Salman RA untuk menjemputnya.

Tsa’labah masih malu, dia mau ke Madinah kalau Nabi sedang sholat sehingga dianggap tidak menyadari kedatangannya. Iapun sampai sakit keras karena galau takut akan dosanya melihat wanita mandi, walupun tak sengaja.

Sebelum sakit Nabi SAW memberikan amalan buatnya supaya dosanya diampuni berupa bacaan Al Qur’an “ …Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka”. (al-Baqarah : 201). Sebuah do’a yang mudah dan sering kita ulang-ulang yaitu Robbana Atina Fid DUnya Hasanah wa fil akhiroti hasanah. Waqina adzaabannaar.”

Tsa’labah sakit keras selama 8 hari, karena khawatir akan dosanya. Bagaimana dengan kita? tiap hari berbuat dosa apakah kita merasa bersalah. Kebanyakan tidak. Nabi Muhammad SAW saja yang dijamin masuk uorga istighfar 70 kali sehari dalam riwayat lain dikatakan 100 kali sehari. Kita berapa kali?

Begitulah seharusnya. Mestinya kita galau bukannya urusan duit, urusan lawan jenis, urusan dunia lah. Mestinya kita galau urusan dosa, urusan ibadah, urusan akherat, begitulah muslim yang baik.

Rasulullahpun menjenguknya. Rasulullah memangku Tsa’labah di pangkuannya.

Tapi ia menggeser kepalanya, “Kepalaku penuh dosa wahai Rasulullah. Aku tidak pantas!”

“Apa yang kamu senangi?”

“Ampunan Allah.”

Jabir bin Abdullah RA meriwayatkan sebuah hadits tentang sahabat ini “Ketika itu turunlah Jibril Alaihisallam, mengatakan, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam padamu, dan berfirman, ‘JIka hamba-Ku ini menemui-Ku dengan dosa sejengkal tanah, maka Aku akan menemui dengan sejengkal ampunan’.”

Tsa’labah langsung berteriak kegirangan karena mendapat ampunan Allah, tidak lama kemudian ia meninggal. Ketika Rasulullah SAW ke rumah Tsa’labah, Rasulullah merangkak. Para shahabat keheranan. “Mengapa Engkau merangkak wahai Rasulullah?”

Rasulullah SAW menjawab, “Aku tidak bisa berdiri saking banyaknya malaikat yang turun, ta’ziyah kepada Tsa’labah.”

Allahu Akbar. Ketika membaca kisah ini saya menangis. Wallahu A”lam Bish SHawab.

http://www.islampos.com/bedanya-galau-kita-dan-galaunya-sahabat-nabi-150244/

Merespons berita yang meresahkan masyarakat

Bismillah. Di era sosial komunikasi saat ini, dengan mudahnya kaum muslimin mendapati berbagai macam berita yang isinya dapat berupa ancaman yang meresahkan masyarakat. Seperti baru2 ini kita menerima kabar bahwa sekelompok imigran asal iran sedang mempersiapkan diri di balikpapan & makasar untuk "mensuriahkan" indonesia. Naudzubillah..

Alhamdulillah, pas sekali khutbah jumat tadi membahas mengenai hal tersebut, berikut beberapa poinnya:

1. Berhati2lah terhadap syubhat yang disebarkan orang2 kafir, syiah, munafik, dan sekutu2nya, hendaknya tidak sembarang menyebarkan berita yang bisa menimbulkan ketakutan atau meresahkan masyarakat kecuali pihak berwenang, justru lebih aman kita sampaikan / laporkan dulu ke pihak terkait, dalilnya firman Allah Ta’ala;

وَإِذَا جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu).” [An-Nisa: 83]

2. Perkuat diri dengan ilmu, tauhid, aqidah sehingga dengan nya kita tidak takut terhadap apapun kecuali kepada Robb.

3. Jika memungkinkan, berlatihlah beladiri, menembak, memanah, berenang, berkuda, serta mengendarai wahana perang lainnya. Minimal kita rajin berolahraga seperti berlari & berenang, istiqomah sholat berjamaah 5 waktu di masjid, karena tubuh kita jadi lebih siap & kuat dengannya.

Wallohu'alam, Semoga Alloh selalu menjaga dan menguatkan iman serta fisik kita dalam menyambut seruan jihad yang sah.

11/25/2014

Syarah Hadits Arbain No. 2 (IMAN, ISLAM, IHSAN)

Matan haditsnya lihat disini >> http://abdullahrams.blogspot.com/2014/11/apakah-islam-itu.html

Penjelasan:
Hadits ini sangat berharga karena mencakup semua fungsi perbuatan lahiriah dan bathiniah, serta menjadi tempat merujuk bagi semua ilmu syari’at dan menjadi sumbernya. Oleh sebab itu hadits ini menjadi induk ilmu sunnah.

Hadits ini menunjukkan adanya contoh berpakaian yang bagus, berperilaku yang baik dan bersih ketika datang kepada ulama, orang terhormat atau penguasa, karena jibril datang untuk mengajarkan agama kepada manusia dalam keadaan seperti itu.

Kalimat “ Ia meletakkan kedua telapak tangannya diatas kedua paha beliau, lalu ia berkata : Wahai Muhammad…..” adalah riwayat yang masyhur. Nasa’i meriwayatkan dengan kalimat, “Dan ia meletakkan kedua tangannya pada kedua lutut Rasulullah….” Dengan demikian yang dimaksud kedua pahanya adalah kedua lututnya.

Dari hadits ini dipahami bahwa islam dan iman adalah dua hal yang berbeda, baik secara bahasa maupun syari’at. Namun terkadang, dalam pengertian syari’at, kata islam dipakai dengan makna iman dan sebaliknya.

Kalimat, “Kami heran, dia bertanya tetapi dia sendiri yang membenarkannya” mereka para shahabat Rasulullah menjadi heran atas kejadian tersebut, karena orang yang datang kepada Rasulullah hanya dikenal oleh beliau dan orang itu belum pernah mereka ketahui bertemu dengan Rasulullah dan mendengarkan sabda beliau. Kemudian ia mengajukan pertanyaan yang ia sendiri sudah tahu jawabannya bahkan membenarkannya, sehingga orang-orang heran dengan kejadian itu.

Kalimat, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, dan kepada kitab-kitab-Nya….” Iman kepada Allah yaitu mengakui bahwa Allah itu ada dan mempunyai sifat-sifat Agung serta sempurna, bersih dari sifat kekurangan,. Dia tunggal, benar, memenuhi segala kebutuhan makhluk-Nya, tidak ada yang setara dengan Dia, pencipta segala makhluk, bertindak sesuai kehendak-Nya dan melakukan segala kekuasaan-Nya sesuai keinginan-Nya.

Iman kepada Malaikat, maksudnya mengakui bahwa para malaikat adalah hamba Allah yang mulia, tidak mendahului sebelum ada perintah, dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya.

Iman kepada Para Rasul Allah, maksudnya mengakui bahwa mereka jujur dalam menyampaikan segala keterangan yang diterima dari Allah dan mereka diberi mukjizat yang mengukuhkan kebenarannya, menyampaikan semua ajaran yang diterimanya, menjelaskan kepada orang-orang mukalaf apa-apa yang Allah perintahkan kepada mereka. Para Rasul Allah wajib dimuliakan dan tidak boleh dibeda-bedakan.

Iman kepada hari Akhir, maksudnya mengakui adanya kiamat, termasuk hidup setelah mati, berkumpul dipadang Mahsyar, adanya perhitungan dan timbangan amal, menempuh jembatan antara surga dan neraka, serta adanya Surga dan Neraka, dan juga mengakui hal-hal lain yang tersebut dalam Qur’an dan Hadits Rosululloh.

Iman kepada taqdir yaitu mengakui semua yang tersebut diatas, ringkasnya tersebut dalam firman Allah QS. Ash-Shaffaat : 96, “Allah menciptakan kamu dan semua perbuatan kamu” dan dalam QS. Al-Qamar : 49, “Sungguh segala sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran tertentu” dan di ayat-ayat yang lain. Demikian juga dalam Hadits Rasulullah, Dari Ibnu Abbas, “Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan suatu keuntungan kepadamu, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang Allah telah tetapkan pada dirimu. Sekiranya merekapun berkumpul untuk melakukan suatu yang membahayakan dirimu, niscaya tidak akan membahayakan dirimu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”

Para Ulama mengatakan, Barangsiapa membenarkan segala urusan dengan sungguh-sungguh lagi penuh keyakinan tidak sedikitpun terbersit keraguan, maka dia adalah mukmin sejati.

Kalimat, “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya….” Pada pokoknya merujuk pada kekhusyu’an dalam beribadah, memperhatikan hak Allah dan menyadari adanya pengawasan Allah kepadanya serta keagungan dan kebesaran Allah selama menjalankan ibadah.

Kalimat, “Beritahukan kepadaku tanda-tandanya? sabda beliau: Budak perempuan melahirkan anak tuannya” maksudnya kaum muslimin kelak akan menguasai negeri kafir, sehingga banyak tawanan, maka budak-budak banyak melahirkan anak tuannya dan anak ini akan menempati posisi majikan karena kedudukan bapaknya. Hal ini menjadi sebagian tanda-tanda kiamat. Ada juga yang mengatakan bahwa itu menunjukkan kerusakan umat manusia sehingga orang-orang terhormat menjual budak yang menjadi ibu dari anak-anaknya, sehingga berpindah-pindah tangan yang mungkin sekali akan jatuh ke tangan anak kandungnya tanpa disadarinya.

Hadits ini juga menyatakan adanya larangan berlomba-lomba membangun bangunan yang sama sekali tidak dibutuhkan. Sebagaimana sabda Rasulullah,” Anak adam diberi pahala untuk setiap belanja yang dikeluarkannya kecuali belanja untuk mendirikan bangunan”

Kalimat, “Penggembala Domba” secara khusus disebutkan karena merekalah yang merupakan golongan badui yang paling lemah sehingga umumnya tidak mampu mendirikan bangunan, berbeda dengan para pemilik onta yang umumnya orang terhormat.

Kalimat, “Saya tetap tinggal beberapa lama” maksudnya Umar radhiallahu 'anh tetap tinggal ditempat itu beberapa lama setelah orang yang bertanya pergi, dalam riwayat yang lain yang dimaksud tetap tinggal adalah Rosululloh.

Kalimat, “Ia datang kepada kamu sekalian untuk mengajarkan agamamu” maksudnya mengajarkan pokok-pokok agamamu, demikian kata Syaikh Muhyidin An Nawawi dalam syarah shahih muslim. Isi hadits ini yang terpenting adalah penjelasan islam, iman dan ihsan, serta kewajiban beriman kepada Taqdir Allah Ta'ala.

Sesungguhnya keimanan seseorang dapat bertambah dan berkurang, QS. Al-Fath : 4, “Untuk menambah keimanan mereka pada keimanan yang sudah ada sebelumnya”. Imam Bukhari menyebutkan dalam kitab shahihnya bahwa ibnu Abu Mulaikah berkata, “Aku temukan ada 30 orang shahabat Rasulullah yang khawatir ada sifat kemunafikan dalam dirinya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang berani mengatakan bahwa ia memiliki keimanan seperti halnya keimanan Jibril dan Mikail ‘alaihimus salaam”

Kata iman mencakup pengertian kata islam dan semua bentuk ketaatan yang tersebut dalam hadits ini, karena semua hal tersebut merupakan perwujudan dari keyakinan yang ada dalam bathin yang menjadi tempat keimanan. Oleh karena itu kata Mukmin secara mutlak tidak dapat diterapkan pada orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar atau meninggalkan kewajiban agama, sebab suatu istilah harus menunjukkan pengertian yang lengkap dan tidak boleh dikurangi, kecuali dengan maksud tertentu. Juga dibolehkan menggunakan kata Tidak beriman sebagaimana pengertian hadits Rasulullah, “Seseorang tidak berzina ketika dia beriman dan tidak mencuri ketika dia beriman” maksudnya seseorang dikatakan tidak beriman ketika berzina atau ketika dia mencuri.

Kata islam mencakup makna iman dan makna ketaatan, syaikh Abu ‘Umar berkata, “kata iman dan islam terkadang pengertiannya sama terkadang berbeda. Setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin” ia berkata, “pernyataan seperti ini sesuai dengan kebenaran” Keterangan-keterangan Al-Qur’an dan Assunnah berkenaan dengan iman dan islam sering dipahami keliru oleh orang-orang awam. Apa yang telah kami jelaskan diatas telah sesuai dengan pendirian jumhur ulama ahli hadits dan lain-lain. Wallahu a’lam.

(Dari Ebook Hadits Arbain An-Nawawi dengan syarah Ibnu Daqiqil Ied.)

Apakah ISLAM itu?

Bismillah, washolatu wasalamu ala rosulillah, amma ba'du.

Alhamdulillah.. Kini semakin banyak bermunculan ditengah2 kita, para agen penjual merk dagang "ISLAM".

Apapun pekerjaannya, apapun pelajarannya, apapun pergaulannya, suguhannya tetap sama, yaitu DAKWAH.

Bolehkah yang demikian ini?

Silahkan jika dirasa mampu dan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, yang penting kita punya rambu "Al'ilmu qoblal qoul wal 'amal - Berilmu sebelum berkata dan beramal. Setelah itu, amalkanlah sunnah Rosulullah shallallahu'alaihi wa sallam "Ballighu 'anni walau aayah - Sampaikanlah dari-Ku walau hanya satu ayat".

Kemudian jika diantara customer / klien kita tersebut bertanya, ISLAM itu apa sih? Apa kira2 jawaban kita?

.............................................................................................................................................


Ternyata, bagi kebanyakan orang, bahkan termasuk si agen dakwah tersebut, pertanyaan ini sangat tak terduga, karena banyak diantara mereka yang kesulitan dan mungkin berpikir terlalu jauh sehingga memiliki jawaban yang terkesan klise dan memungkinkan untuk muncul pertanyaan turunan lainnya. Padahal sesungguhnya hal ini sudah diajarkan oleh Nabi kita shallallahu'alaihi wa sallam dan malaikat pembawa wahyu Jibril 'alaihi sallam:

عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر , لا يرى عليه أثر السفر , ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبته إلى ركبتيه ووضح كفيه على فخذيه , وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم " الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا " قال صدقت فعجبا له يسأله ويصدقه , قال : أخبرني عن الإيمان قال " أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره " قال : صدقت , قال : فأخبرني عن الإحسان , قال " أن تعبد الله كأنك تراه , فإن لم تكن تراه فإنه يراك " قال , فأخبرني عن الساعة , قال " ما المسئول بأعلم من السائل " قال فأخبرني عن اماراتها . قال " أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان " . ثم انطلق فلبث مليا , ثم قال " يا عمر , أتدري من السائل ؟" , قلت : الله ورسوله أعلم , قال " فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم " رواه مسلم

Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata,"Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu" [HR. Muslim no. 8 dan Kitab Arbain An-Nawawi Hadits No. 2]

Masya Allah.. mari kita renungkan sejenak...

Adakah jawaban lain yang lebih tepat sasaran dari jawaban diatas?

Itulah ISLAM yang tidak ada yang lain selain dari padanya.

Wallohu'alam..

*) Mengenai keterangan dari keseluruhan hadits diatas, silahkan simak disini.

Dialog: Benarkah GA USAH BAWA-BAWA AGAMA?

Dari group whatsapp:

RO: “Bray…”

Bray: “Naon bro?”

Bro: “Jangan bawa-bawa agama bray…”

Bray: “Apanya?”

Bro: “Ya semuanyalah. Elu mah dikit-dikit bawa agama, dikit-dikit bawa agama, sampe-sampe urusan nyoblos aja masih aja bawa-bawa agama.”

Bray: “Gitu ya bro?”

Bro: “Iya, ribet bray! Makanya udah gak usah bawa-bawa agamalah bray.”

Bray: ”Ya udah sok atuh kasih tau ini Islam agama gue mesti ditaro dimana?”

Bro: “Maksudnya?”

Bray: “Iya, tolong kasih tau gue, mesti ditaro mana ini Islam?”

Bro: “Maksudnya gimana bray? Gue gak ngerti.”

Bray: “Iya, kan lo suruh gue jangan bawa-bawa agama kan? Nah gue bingung bro. Kalo gue gak boleh bawa-bawa agama, Islam mesti gue taro mana? Soalnya Islam mengatur dari mulai gue bangun tidur sampai mau tidur lagi. Bangun tidur diatur, masuk kamar mandi diatur, berpakaian diatur, mau makan diatur, keluar rumah diatur, berpergian diatur, bertetangga diatur, berbisnis diatur, bahkan sampai urusan mau indehoy ama bini aja diatur. Bahkan lagi bro, sorry banget nih ya bro, urusan cebok aja ada aturannya! Yang lebih heran lagi bro, itu aturan malah sampe ada doanya segala bro. Bayangin, sampai semuanya ada doanya! Lengkap banget! …”

Hening …

Bray: “Makanya dalam semua urusan, akhirnya gue bawa-bawa Islam. Nah, kalau gue sekarang gak boleh bawa-bawa agama, sok atuh kasih tau KAPAN dan DIMANA gue bisa lepasin Islam gue?”

Bro: “Errr… Gak gitu-gitu amat kali bray…”

Bray: “Iya gue juga tadinya mikir gitu bro. Gak perlu gitu-gitu amatlah. Tapi lama-lama gw perhatikan justru itulah bedanya Islam. Islam itu ya emang gitu bro. Gak cuma ritual yang diatur, tapi cara hidup. Islam memang hadir untuk mengatur hidup kite bro. Emang lo gak mau hidup lo jadi lebih bener bro?”

Bro: “Err … mmmh …. Ya mau sih bray…”

Bray: “Nah! Kalo gitu mesti mau dong diatur ama Islam. Kan lo udah syahadat?”

Bro: “Ya tapi gak usah jadi fanatik gitulah bray, serem dengernya…”

Bray: “Harusnya gimana bro?”

Bro: “Ya diem-diem ajalah. Masing-masing aja. Kan Allah lebih tau gimana gw ber-Islam. Iya kan?”

Bray: “Iya sih….”

Bro: “Nah iya kan?”

Bray: “ Tapi kebayang ya bro?”

Bro: “Kebayang apa bray?”

Bray: “Iya, kalo Islam memang hanya untuk diem-diem aja, untuk masing-masing pribadi aja, bukan untuk dishare ke orang lain, kira-kira bakal sampe gak ya hidayah Islam ke kita sekarang? Kalo dulu Nabi Muhammad ber-Islam sambil diem-diem aja, buat sendirian doang, bakal nyampe gak ya Islam ke kita bro?”

…. Hening lagi ….

Bro: “Bray …”

Bray: “Ya bro?”

Bro: “Gue cabut dulu ya, kapan-kapan kita ngobrol lagi. Daaaah…”

Bray: “Loh koq buru-buru bro? Ya udah hati-hati ya bro, Islamnya dibawa terus ya brooo …” (sambil teriak)

11/19/2014

BBM Naik, Terus Kenapa?

Seperti kita semua tahu, rakyat dikejutkan dengan kebijakan pemerintah yang baru berumur sebulan dengan menaikkan harga bahan bakar minyak disaat harga minyak dunia turun, bahkan negara tetangga terdekat justru hendak menurunkan harga minyaknya, paradoks. Namun bagi saya, sebuah ucapan singkat terlontar, "Terus Kenapa?"

Berikut ini saya kutip tips & nasihat dari Grup Lajnah Amal Saleh.

Tips Menyikapi kenaikan BBM:
"Jaga Shalat, Semahal Apapun Harga Pangan, Allah Menjamin Rizkimu......."

Allah berfirman,

ﻭَﺃْﻣُﺮْ ﺃَﻫْﻠَﻚَ ﺑِﺎﻟﺼَّﻠَﺎﺓِﻭَﺍﺻْﻄَﺒِﺮْ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻟَﺎ ﻧَﺴْﺄَﻟُﻚَﺭِﺯْﻗًﺎ ﻧَﺤْﻦُ ﻧَﺮْﺯُﻗُﻚَﻭَﺍﻟْﻌَﺎﻗِﺒَﺔُ ﻟِﻠﺘَّﻘْﻮَﻯ

“Perintahkahlah keluargamu untuk shalat dan bersabarlah dalam menjaga shalat. Aku tidak meminta rizki darimu, Aku yang akan memberikan rizki kepadamu. Akibat baik untuk orang yang bertaqwa.” (QS. Thaha: 132)

Di masa silam, terjadi kenaikan harga pangan sangat tinggi. Merekapun mengadukan kondisi ini kepada salah
seorang ulama di masa itu. Kita lihat, bagaimana komentar beliau,

ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﺃﺑﺎﻟﻲ ﻭﻟﻮﺃﺻﺒﺤﺖ ﺣﺒﺔ ﺍﻟﺸﻌﻴﺮﺑﺪﻳﻨﺎﺭ ! ﻋﻠﻲَّ ﺃﻥ ﺃﻋﺒﺪﻩﻛﻤﺎ ﺃﻣﺮﻧﻲ، ﻭﻋﻠﻴﻪ ﺃﻥﻳﺮﺯﻗﻨﻲ ﻛﻤﺎ ﻭﻋﺪﻧﻲ

“Demi Allah, saya tidak peduli dengan kenaikan harga ini, sekalipun 1 biji gandum seharga 1 dinar (setara 4,25 gr Emas murni)! Kewajibanku adalah beribadah kepada Allah, sebagaimana yang Dia perintahkan
kepadaku, dan Dia akan menanggung rizkiku, sebagaimana yang telah Dia janjikan kepadaku.

Dan hal yang selalu harus kita ingat bahwa Allah ta'ala telah menjamin rezeki kita. Ingat bahwa rezeki tidak selalu berupa uang/harta. Sehingga berapapun harga yg ada sekarang tidak berpengaruh kepada kadar rezeki kita.

{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرض إِلا عَلَى الله رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ } [هود: 6]

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Al Lauh Al Mahfuz).” (QS. Huud: 6).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah ta’ala mengabarkan bahwasanya Dia Yang menjamin akan rezeki seluruh makhluk, dari seluruh binatang melata di bumi, besar kecil dan daratan atau lautannya.” (Lihat kitab Tafsir Al Quran Al Azhim, pada ayat di atas).

Buat saya, tips & nasihat diatas bukan berarti kita dituntut pasrah menerima takdir dan diam terhadap penguasa yang zalim. Substansi nya adalah agar kita tetap tenang & bersabar, tidak frustasi seolah rezeki tertutup, atau ekstrimnya kita tdk bisa hidup krn BBM naik, hingga melupakan kewajiban utama sbg manusia, pdhl begitu banyak cara konversi seperti; Berhenti merokok utk dialokasikan ke BBM, Uang haram utk nyicil motor (riba) dialokasikan ke transportasi umum, dll. Nasihat kepada penguasa tetap dilakukan bagi yg mampu dgn cara syariat, sambil brsama2 terus berdoa mengharap pertolongannya. Laa hawla wa laa quwwata ilaa billah.. Hasbunallah wa ni'mal wakiil... Wallohu'alam.

11/18/2014

KEISTIMEWAAN ROKOK

Dari group whatsapp:

Jika ROKOK itu MENYEHATKAN... Kenapa dalam daftar menu 4 sehat 5 sempurna ROKOK tidak masuk?!

Jika ROKOK itu HALAL... Kenapa tidak ada label HALAL dari MUI minimalnya?!

Jika ROKOK itu LAMBANG KEJANTANAN... Kenapa dibungkusnya terdapat peringatan bahwasanya ROKOK MENYEBABKAN IMPOTENSI?!

Jika ROKOK itu BAIK... Kenapa mereka para PEROKOK tidak BERANI memberikan ROKOK kepada anak-anak dan isteri mereka?!

Dan jika sekiranya PARA PEROKOK ITU BERAKAL... Maka sudah pasti mereka sadar akan kebodohannya mencampakkan diri ke dalam kebinasaan di dunia dan akhirat dengan sebab ROKOK yang KHOBIST/KOTOR!

Hampir setiap kita beli produk apapun yang dikonsumsi PASTI ada tanggal expire ata kadaluwarsa; KECUALI RACUN... Yah jika kita bolak-balik bungkus ROKOK tidak akan kita temukan tanggal produksi dan kapan kadaluarsanya... Kenapa? Karena ROKOK itu termasuk RACUN! dan sudah KADALUARSA ketika keluar dari pabriknya! Yang bahkan sepakat para ahli medis baik muslim maupum kafir akan kejelekan ROKOK dan merusak kesehatan... Belum lagi dalam tinjauan syar'i yang MENGHARAMKAN ROKOK...

Judul aslinya "BAHAYA ROKOK" tp sengaja diganti, biar perokok gak malas membaca...!

Petuah dari orang bijak

“Alangkah anehnya kebanyakan manusia! Mereka korbankan kesehatan untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.

Setelah terkumpul, gantian mereka gunakan harta tersebut untuk mengembalikan kesehatannya yang telah hilang!

Mereka selalu gelisah memikirkan masa depan, namun melupakan hari ini. Akibatnya, mereka tidak menikmati hari ini dan tidak pula hidup di masa datang.

Mereka senantiasa melihat apa yang dimiliki orang lain, namun tidak pernah melihat apa yang dimilikinya sendiri. Akibatnya, ia tidak bisa meraih apa yang dimiliki orang lain dan tidak pula bisa menikmati milik sendiri.

Mereka diciptakan untuk satu tujuan, yakni beribadah. Dunia diciptakan untuk mereka gunakan sebagai sarana beribadah.

Namun justru sarana tersebut malah melalaikan mereka dari tujuan utama..”

KISAH SECANGKIR KOPI

Dari: Ust. Abdullah Zaen. hafizdohullohu ta'ala.

Suatu hari di sebuah universitas terkenal. Sekelompok alumnus bertamu di rumah dosen senior, setelah bertahun-tahun mereka lulus. Setelah mereka semua menggapai kesuksesan, kedudukan yang tinggi serta kemapanan ekonomi dan sosial.

Setelah saling menyapa dan berbasa basi, masing-masing mereka mulai mengeluhkan pekerjaannya.

Jadwal yang begitu padat, tugas yang menumpuk dan banyak beban lainnya yang seringkali membuat mereka stress.

Sejenak sang dosen masuk ke dalam. Beberapa saat kemudian, beliau keluar sambil membawa nampan di atasnya teko besar berisikan kopi dan berbagai jenis cangkir.

Ada cangkir-cangkir keramik tiongkok yang mewah. Cangkir-cangkir kristal. Cangkir-cangkir melamin. Dan cangkir-cangkir plastik.

Sebagian cangkir tersebut luar biasa indahnya. Ukirannya, warnanya dan harganya yang waahh. Namun ada juga cangkir plastik yang biasanya berada di rumah orang-orang yang amat miskin.

Sang dosen berkata, “Silahkan.. masing-masing menuangkan kopinya sendiri”.

Setelah setiap mahasiswa memegang cangkirnya, sang dosen berkata, “Tidakkah kalian perhatikan bahwa hanya cangkir-cangkir mewah saja yang kalian pilih? Kalian enggan mengambil cangkir-cangkir yang biasa?

Manusiawi sebenarnya, saat masing-masing dari kalian berusaha mendapatkan yang paling istimewa.

Namun seringkali itulah yang membuat kalian menjadi gelisah dan stress.

Sejatinya yang kalian butuhkan adalah kopi, bukan cangkirnya.

Akan tetapi kalian tergiur dengan cangkir-cangkir yang mewah.

Terus perhatikanlah, setelah masing-masing kalian memegang cangkir tersebut, kalian akan terus berusaha mencermati cangkir yang dipegang orang lain!

Andaikan kehidupan adalah kopi, maka pekerjaan, harta dan kedudukan sosial adalah cangkir-cangkirnya.

Jadi, hal-hal itu hanyalah perkakas yang membungkus kehidupan. Adapun kehidupan (kopi) itu sendiri, ya tetap itu-itu saja, tidak berubah.

Saat konsentrasi kita tersedot kepada cangkir, maka saat itu pula kita akan kehilangan kesempatan untuk menikmati kopi.

Karena itu kunasehatkan pada kalian, jangan terlalu memperhatikan cangkir, akan tetapi nikmatilah kopinya…”.

Sejatinya, inilah penyakit yang diderita manusia. Banyak orang yang tidak bersyukur kepada Allah atas apa yang ia miliki, setinggi apapun kesuksesannya. Sebab ia selalu membandingkannya dengan apa yang dimiliki orang lain.

Setelah menikah dengan seorang wanita cantik yang berakhlak mulia, ia selalu berfikir bahwa orang lain menikah dengan wanita yang lebih istimewa dari istrinya.

Sudah tinggal di rumah sendiri, namun selalu membayangkan bahwa orang lain rumahnya lebih mewah dari rumah sendiri.

Ia bukannya menikmati kehidupannya beserta istri dan anak-anaknya.

Tapi justru selalu memikirkan apa yang dimiliki orang lain, seraya berkata, “Aku belum punya apa yang mereka punya”.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengingatkan,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُم

"Lihatlah orang yang ada di bawah dari kalian, jangan melihat yang ada di atas kalian, karena yang demikian lebih mendorong untuk tidak mengurangi nikmat Allah atasmu."

"مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ؛ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا"

"Barang siapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya dan memiliki makanan untuk hari itu; seakan-akan ia telah memiliki dunia seisinya". (HR. Tirmidzi dan dinilai hasan oleh al-Albani).

Maka, mari kita nikmati kopi kehidupan tersebut, apapun cangkirnya…

10/19/2014

Hidayah

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Saudaraku.., mungkin kita sering berfikir sudah banyak cara menyadarkan/ merubah sifat seseorang agar menjadi seseorang yang baik. Sebenarnya apa yang salah dengan upaya kita? Mengenai hal ini, perlu kita ketahui, hidayah atau petunjuk hanyalah milik Allah

Allah SWT berfirman:

ﺇِﻧَّﻚَ ﻻَ ﺗَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺖَ ﻭَﻟَٰﻜِﻦَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎءُ ۚ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﺎﻟْﻤُﻬْﺘَﺪِﻳﻦ

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS.Al Qashash: 56)

Sangat jelaslah, hidayah hanyalah milik Allah, dan Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendakinya. Barangsiapa yang Allah beri hidayah, tidak ada seorang pun yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang telah Allah sesatkan, tidak ada seorang pun yang bisa memberi hidayah kepadanya.

Semakin seorang meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah, niscaya bertambah hidayah padanya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah kepada kita dan orang-orang disekeliling kita yang kita cintai, Aamiin.

10/16/2014

Yang Lebih Menyakitkan Daripada Melahirkan Bagi IBU

“IBU, masakin air bu. Aku mau mandi pakai air hangat,” seorang anak meminta ibunya menyiapkan air hangat untuk mandinya.

Sang ibu dengan ikhlas melaksanakan apa yang diperintah oleh sang anak.

Dengan suara lembut ibunya menyahut, “Iya, tunggu sebentar ya, sayang!”

“Jangan terlalu lama ya Bu! Soalnya saya ada janji sama tema,.” ujar sang anak.

Tidak lama kemudian sang ibu telah usai menyiapkan air hangat untuk buah hatinya.

“Nak, air hangatnya sudah siap,” ibu itu memberi tahu.

“Lama sekali sih, Bu…” sang anak sedikit membentak.

Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi, sang anak berpamitan kepada ibunya, “Bu, saya keluar dulu ya, mau jalan-jalan sama teman.”

“Mau kemana nak?” tanya sang ibu.

“Kan sudah aku bilang, saya  mau keluar jalan-jalan sama teman,” kata sang anak sambil mengerutkan dahi.

Malam harinya, sang anak pulang dari jalan-jalan, sesampainya di rumah ia merasa kesal karena ibunya tidak ada di rumah. Padahal perutnya sangat lapar, di meja makan tidak ada makanan apa pun.

Beberapa saat kemudian, ibunya datang sambil mengucapkan salam, “Assalamu’ alaik­­um.. Nak, kamu sudah pulang? Sudah dari tadi?”

“Hah, ibu dari mana saja. Saya ini lapar, mau makan tidak ada makanan di meja makan. Seharusnya kalau ibu mau keluar itu masak dulu…” kata si anak dengan suara sangat lantang.

Sang ibu mencoba menjelaskan sambil memegang tangan anaknya, “Begini sayang, kamu jangan marah dulu. Ibu tadi keluar bukan untuk urusan yang tidak penting, kamu belum tahukan kalau istrinya Pak Rahman meninggal?”

“Meninggal? Padahal tidak sakit apa- apa kan, Bu?” sang anak sedikit kaget, nada suaranya juga tidak tinggi lagi.

“Dia meninggal waktu Maghrib tadi. Dia meninggal saat melahirkan anaknya. Kamu juga harus tahu nak, seorang ibu itu bertaruh nyawa saat melahirkan anaknya,” ibu memberikan penjelasan.

Hati sang anak mulai terketuk, dengan suara lirih ia bertanya pada ibunya, “Itu artinya, ibu saat melahirkanku juga begitu? Ibu juga merasakan sakit yang luar biasa juga?”

“Iya anakku. Saat itu ibu harus berjuang menahan rasa sakit yang luar biasa. Namun, ada yang lebih sakit daripada sekadar melahirkanmu, nak,” sang ibu menjawab.

“Apa itu, Bu?” sang anak ingin mengerti apa yang melebihi rasa sakit ibunya saat melahirkan dia.

Sang ibu tak mampu menahan air mata yang mengalir dari setiap sudut matanya seraya berkata, “Rasa sakit saat ibu melahirkanmu itu tak seberapa, bila dibandingkan dengan rasa sakit yang ibu rasakan saat dirimu membentak ibu dengan suara lantang, saat kau menyakiti hati ibu, Nak.”

Si anak langsung menangis dan memohon ampun atas apa yang telah diperbuat selama ini pada ibunya..

-Dari berbagai sumber-

10/04/2014

Mutiara Zuhud

Banyak yang mengatakan zuhud itu berarti meninggalkan dunia, atau segala sesuatu yang bersifat keduniaan.
Padahal zuhud itu adalah mereka yang memiliki dunia, namun tidak dapat dimiliki dunia.
Jadikanlah dunia ditanganmu, bukan dihatimu.

Karena,

Dunia itu ibarat bayang-bayang, jika dikejar, kau takkan mampu menangkapnya, engkau hanya perlu memalingkan dirimu darinya, maka ia tak punya pilihan lain, kecuali mengikutimu.

10/03/2014

Hukum Berpuasa di hari Sabtu

Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, berikut ini kami nukilkan beberapa fatwa Ulama’, diantaranya:

Fadhilatusy Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah ditanya tentang hadits:

لا تَصُومُوا يَوْمَ السَّبْتِ إلاَ فِيمَا اُفْتُرِضَ عَلَيْكُمْ

Janganlah kalian berpuasa pada hari Sabtu kecuali puasa yang difardhukan bagi kalian.”

Maka inilah jawaban beliau rahimahullah:

Hadits tersebut sudah dikenal dan ia ada di Bulughul Maram dalam kitab ash-Shiyam. Dan ia adalah hadits dha’if yang syadz (ganjil) dan menyelisihi hadits-hadits yang shahih, seperti sabda Nabi shallallahualaihi wasallam:

لا يَصُومَنَّ أَحَدُكُمْ يَوْمَ اَلْجُمُعَةِ, إِلا اَنْ يَصُومَ يَوْمًا قَبْلَهُ, أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Janganlah salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jum’at, kecuali jika ia berpuasa pada hari sebelumnya atau sesudahnya.”(HR: al-Bukhari dan Muslim)

Dan sudah diketahui bersama bahwa hari setelahnya adalah hari sabtu, dan hadits ini ada dalam ash-Shahihain (shahih al-Bukhari 1985 dan Muslim 1144). Dan juga Nabishallallahualaihi wasallam dahulu terbiasa berpuasa sabtu dan ahad, dan beliau bersabda:

أَنَّ رَإِنَّهُمَا يَوْمَا عِيدٍ لِلْمُشْرِكِينَ, وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَهُمْ ”

Kedua hari tersebut adalah hari raya orang musyrik, dan aku ingin menyelisihi mereka.” [Lihat Musnad Imam Ahmad 26750, Shahih Ibnu Hibban (3616)]

Dan hadits-hadits yang semakna dengan ini banyak, semuanya menunjukkan akan bolehnya puasa sunnah hari sabtu. Semoga Allah memberikan taufiq kepada semuanya. Wassalamualaikum wa Rahmatullahi wa Barakaatuh.

[MajmuFatawa wa Maqaalaat Mutanawwi’ah Ibnu Baz imahullah(15/412-413). Dinukil dari http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=124143]

Adapun Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin Ibnu ‘Utsaiminrahimahullah berkata, ”Hendaklah diketahui bahwa puasa hari Sabtu memiliki beberapa keadaan:

1. Keadaan pertama, yaitu berpuasa di hari sabtu pada puasa fardhu seperti puasa ramadhan, qadha, puasa kafarah, puasa pengganti hadyu tamattu’, dan yang lainnya. Maka ini tidak menagapa (boleh), selama ia tidak mengkhususkannya dengan keyakinan bahwasanya ia memiliki keistimewaan.

2. Keadaan kedua, ia berpuasa pada hari sebelumnya yaitu hari jum’at maka ini tidak mengapa, karena Nabi shallahualaihi wa sallam bersabda kepada salah seorang isterinya, Ummahatul Mukminin, yang ia sedang berpuasa pada hari Jum’at:Apakah kemarin engkau berpuasa?” Ia menjawab:Tidak Nabi bertanya kembali:Apakah engkau akan berpuasa besok?” Ia menjawab:Tidak Nabi shallahualaihi wa sallambersabda:Maka berbukalah.

Maka sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Apakah engkau akan berpuasa besok?”menunjukkan bolehnya berpuasa hari sabtu bersamaan dengan hari jum’at.

3. Keadaan ketiga, berpuasa hari sabtu bertepatan dengan puasa hari-hari yang disyari’atkan, seperti Ayamul Biidh (13, 14, 15 bulan Hijriyyah),hari ‘Arafah, hari ‘Asyuraaa’, enam hari bulan Syawal bagi yang berpuasa Ramadhan, dan puasa sembilan hari Dzulhijjah. Maka ini tidak mengapa,karena ia tidak berpuasa semata-mata karena ia hari sabtu, akan tetapi karena ia adalah hari-hari yang disyari’atkan untuk berpuasa.

4. Keadaan keempat, hari sabtu bertepatan dengan kebiasaan rutin puasanya. Seperti orang yang terbiasa berpuasa sehari dan berbuka satu hari (puasa Dawud), lalu jadwal puasanya bertepatan dengan hari sabtu, maka ini juga tidak mengapa (diperbolehkan), sebagaimana sabda Nabi shallahualaihi wa sallam ketika melarang mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya:Kecuali seseorang yang memiliki rutinitas puasa, maka silahkan dia berpuasa Dan ini (puasa hari sabtu) seperti itu juga.

5. Keadaan kelima, mengkhususkannya dengan berpuasa sunah sehari (tidak disambung dengan hari lain). Maka inilah letak larangannya, jika haditsnya shahih tentang larangan hal itu (puasa hari Sabtu).

[MajmuFatawa wa Rasaa’il Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah (20/57). Dinukil dari http://www.4algeria.com/vb/showthread.php?t=315535]

Dari -- http://www.alsofwa.com/25639/jika-puasa-arafah-jatuh-pada-hari-sabtu.html

80 Tanya Jawab Seputar Kurban & Bulan Dzulhijah (Bag. 3)

59. Apa saja hadits-hadits yang tidak shahih tentang udhiyah?

Terdapat banyak hadits tentang udhiyah yang tidak shahih, diantaranya:

 “ما عمل ابن آدم يوم النحر عملا أحب إلى الله عز وجل من إهراق الدم، وإنها لتأتي يوم القيامة بقرونها وأشعارها وأظلافها وأن الدم ليقع من الله بمكان قبل أن يقع من الأرض فطيبوا بها نفسا”

Tidaklah salah seorang anak Adam beramal pada hari nahar (‘Idul adha) dengan sebuah amalan yang lebih dicintai Allah daripada mengalirkan darah (menyembelih binatang kurban), dan sesungguhnya dia(binatang sembelihan) akan datang pada hari kiamat dengan tanduknya, kukunya, dan bulu-bukunya. Dan sesungguhnya darah kurban tersebut sampai kepada Allah, sebelum mengalir ke tanah.” (Dhaif).

 “يا رسول الله صلى الله عليه وسلم ما هذه الأضاحي؟ قال: سنة أبيكم إبراهيم. قالوا: فما لنا فيها يا رسول الله؟ قال: بكل شعرة حسنة. قالوا: فالصوف يا رسول الله؟ قال: بكل شعرة من الصوف حسنة”

“Ya Rasulullah, apa sembelihan ini? Nabi menjawab, Sunnah Bapak kalian Ibrahim, mereka bertanya, lantas bagi kita apa? Nabi menjawab, Tiap-tiap satu rambutnya diganjar 1 kebaikan, Mereka bertanya lagi, lantas bulunya?, Nabi menjawab, Setiap helai dari bulunya adalah 1 kebaikan (hadits Maudhu’)

 “يا فاطمة قومي إلى أضحيتك فأشهديها فإن لك بكل قطرة تقطر من دمها أن يغفر لك ما سلف من ذنوبك. قالت: يا رسول الله ألنا خاصة آل البيت أو لنا وللمسلمين؟ قال: بل لنا وللمسلمين”

Wahai Fatimah, berdirilah dekat sembelihanmu dan saksikanlah sembelihan itu karena sesungguhnya tiap-tiap tetes darah sembelihanmu akan menghapuskan dosamu yang telah lalu, Fatimah berkata, ya Rasulallah, apakah ini khusus bagi kami ahli bait atau bagi kami dan kaum muslimin? Nabi menjawab, ya bagi kita dan kaum muslimin. (Hadits Munkar)

 “استفرهوا –وفي رواية- عظموا ضحاياكم فإنها مطاياكم على الصراط – وفي رواية – على الصراط مطاياكم – وفي رواية – إنها مطاياكم إلى الجنة”

Perbaguslahdalam satu riwayat- gemukkanlah hewan kurban kalian, karena dia adalah tunggangan kalian di atas shirath- dan dalam satu riwayat- diatas shirat adalah sebagai tunggangan kalian- dan dalam satu riwayat- sesungguhnya dia adalah tunggangan kalian ke syurga.” (Dha’if)

 “من ضحى طيبة بها نفسه محتسبا لأضحيته كانت له حجابا من النار”

Barangsiapa yang menyembelih kurban yang baik/bagus dan ikhlas menyembelihnya maka sembelihannya itu akan menjadi penghalang dirinya dari api neraka. (Hadits ini Maudhu’)

 “إن الله يعتق بكل عضو من الضحية عضوا من المضحي – وفي رواية – يعتق بكل جزء من الأضحية جزءاً من المضحي من النار”

Sesungguhnya Allah akan memerdekakan dengan tiap-tiap anggota tubuh dari hewan kurban satu anggota tubuh dari si pemilik kurbandan dalam satu riwayat- Akan memerdekakan pada setiap anggota tubuh hewan kurban satu anggota tubuh dari si pemilik kurban dari neraka.”

 “أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى أن يضحى ليلاً”

Bahwa Nabi shallallâhualaihi wa sallam melarang berkurban di malam hari.”

قال ابن العربي المالكي في كتابه عارضة الأحوذي6/288: “ليس في فضل الأضحية حديث صحيح وقد روى الناس فيها عجائب لم تصح”.

Ibnu al-‘Arabi al-Mâliki dalam kitabnyaÂridhatul al-Ahwadzi 6/288 berkata, “Tidak ada satu hadits shahih pun tentang keutamaan berkurban, dan orang-orang banyak meriwayatkan hadits-hadits yang menakjubkan tentang kurban namun hadits tersebut tidak sah.”

60. Bolehkah menyembelih hewan pada hari ied kemudian mengadakan walimah setelahnya?

Boleh saja seorang yang menyembelih hewan udhiyah pada hari-hari tasyriq, karena hal ini masih masuk dalam kategori tujuan disyariatkannya udhiyah.

61. Bagaimana jika seseorang ingin berudhiyah di sebuah negeri sedangkan keluarganya di negeri yang lain?

Seorang yang berada di negeri yang berbeda dari keluarganya misalnya karena bekerja, maka diperbolehkan bagi mereka untuk menyembelih di negeri ia bekerja. Dan boleh bagi mereka untuk mewakilkan keluarganya dalam penyembelihan.

62. Bagaiamana jika seseorang memiliki hutang padahal ada syariat udhiyah?

Ia hendaknya lebih mendahulukan untuk melunasi hutang, karena ini lebih penting dan lebih wajib.

63. Apakah boleh berudhiyah dengankhonsa (berkelamin ganda)?

Para ulama berbeda pendapat tentang udhiyah dengan khonsa. Yang benar adalah boleh melakukannya karena bukan merupakan aib ada di dalam hadits.

64. Bagaimanakah cara menyembelihhewan udhiyah?

Disunnahkan untuk menyembelih dengan tangannya sendiri. Jika menyembelih sapi atau kambing ia rebahkan di atas rusuk kirinya dengan menghadap ke kiblat. Kemudian menaruh kakinya di sisi lehernya. Kemudian ketika menyembelih mengucapkan: “Bismillah wallaahu akbar, Allahumma hadza minka wa laka, Allaahumma hadza ‘anni (Bismillah wallahu akbar, ya Allah ini dari-Mu dan untuk-Mu, ya Allah ini dariku (atau: Allahumma taqabbal minni/ ya Allah terimalah dariku) wa ‘an ahli baiti (dan dari keluargaku) atau dari sifulan (jika hewan kurban tersebut adalah wasiat).

65. Bolehkah berkurban dengan kambingAustralia?

Kambing Australia adalah kambing yang terputus ekornya. Hal ini sudah dijelaskan di atas. Dan dalam kasus kambing Australia ini adalah kambing yang memang bawaan dari spesiesnya.

66. Bolehkah menyembelih hewan udhiyah di malam ied?

Seseorang yang menyembelih hewan udhiyah pada malam ied, lantaran saking banyaknya antrian untuk disembelih tukang jagal, maka sembelihannya dianggap sembelihan biasa. Ia harus mengganti dengan kambing yang lain.

67. Manakah yang lebih utama antara menyembelih kurban dan bershadaqah dengan nilainya?

Yang lebih utama adalah menyembelih kurban sebagaimana perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para ulama membedakan antara berkurban untuk yang hidup, yang lebih utama adalah menyembelih. Sedangkan berkurban untuk orang mati yang lebih utama adalah bersedekah dengan nilainya. Ini karena sedekah atas orang mati disepakati keberadaannya oleh para ulama. Ini adalah pendapat yang lebih kuat. Ibnu Musayyib berkata, “Aku lebih suka berkurban dengan satu kambing daripada bersedekah dengan 100 dirham.”

68. Apakah seorang musafir juga diharuskan berkurban?

Para ulama berbeda pendapat atas hal ini. Yang benar adalah bahwa safar selain haji tidak menghalangi untuk berudhiyah. Ini adalah perkataan jumhur ulama, dilihat dari keumuman dalil yang ada.

69. Bolehkah berkurban dengan kambing yang belum mencapai umur?

‘ajul musminah adalah hewan yang belum mencapai umur penyembelihan menurut syar’i, namun pemiliknya sudah menghargai kambing ini dan menilanya sudah mencapai timbangan umur yang sudah ada. yang benar adalah tidak diperbolehkan mengurangi umur karena hal itu sudah diterangkan dalam hadits. Tujuan udhiyah di sini bukan karena dagingnya, tujuannya adalah untuk beribadah kepada Allah.

70. Apa warna hewan udhiyah yang paling utama?

Yang lebih utama adalah seperti udhiyahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu warna Amlah (yang berwarna hitam dan putih, namun dominan di putih). Dikatakan juga bahwa warna yang seperti debu.

71. Bagaimana jika waktu penyembelihan sudah terlewat?

Jika waktu menyembelih terlewat, akan menjadi daging sembelihan biasa. Jika berkenan, hewan itu disembelih dan dibagikan kepada para fakir dan mendapatkan pahala sedekah. Jika tidak, maka hewan tersebut bukan termasuk hewan udhiyah menurut pendapat yang sahih dari para ulama.

72. Bolehkah memerah susu dari hewan udhiyah?

Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Yang benar adalah diperbolehkan bagi pemiliknya untuk memerah susunya untuk anak dari si induk asalkan tidak membahayakan hewan tersebut. Diriwayatkan Al Baihaqi dari Mughirah bin Hadzf al ‘absyi ia berkata, “Kami pernah bersama Ali radhiyallahu ‘anhu di Rahbah, lalu datang seorang laki-laki dari Hamdân yang tengah menggiring sapi yang diiringi oleh anaknya, lalu ia berkata, “Aku (baru saja) membelinya untuk aku kurbankan namun ia baru saja melahirkan.” Ali berkata, “Janganlah kamu minum susunya kecuali yang lebih dari (keperluan) anaknya dan apabila tiba hari ‘Id maka sembelihlah ia dan anaknya untuk tujuh (orang).”

73. Bolehkah mencukur bulu hewan udhiyah?

Mencukur bulu yang ada di hewan udhiyah jika lebih bermanfaat maka boleh. Sebagaimana ketika terjadi musim semi agar ia mudah bergerak dan menjadi gemuk. Maka hal ini boleh dilakukan dan bulunya disedekahkan.

Adapun jika tidak memberikan madharat karena dekat dengan masa penyembelihan, atau ketika ada bulunya itu justru bermanfaat untuk melindunginya dari panas dan dingin, maka hal ini tidak boleh. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Qudamah.

74. Bolehkah menyimpan daging hewan udhiyah?

Ada hadits yang tsabit dan shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau melarang menyimpan daging hewan udhiyah di salah satu tahun, kemudian mengijinkannya setelah itu. Jadi, larangan untuk menyimpan daging di sini menjadi mansukh. Inilah yang dikatakan jumhur ulama.

75. Bolehkah memanfaatkan kulit hewan sembelihan?

Yang benar adalah dibolehkan memanfaatkan kulit hewan sembelihan sebagaimana riwayat yang shahih dari hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa ia berkata: Pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada beberapa keluarga dari penduduk suatu desa berdatangan (menanyakan) tentang daging kurban.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Simpanlah selama tiga hari, kemudian shadaqahkanlah sisanya’. Namun setelah itu, kemudian mereka mengatakan: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang membuat tempat air dari (kulit) hewan qurban, lalu mereka mengisinya dengan samin’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: ‘Apa maksudnya?’ Mereka menjawab: ‘Anda telah melarang makan daging kurban lewat dari tiga hari’. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Hanyasanya saya melarang kamu sekalian karena masih banyak orang yang membutuhkan; maka makanlah, simpanlah, dan sedekahkanlah’.”

76. Bolehkah mengganti hewan udhiyah yang sudah dibeli dengan hewan yang lebih baik?

Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Yang lebih benar adalah perkataan jumhur dari Hanafiyah, Malikiyah, Hanabilah bahwa boleh mengganti dengan yang lebih baik. Ini karena mengganti hak yang diperuntukkan untuk Allah itu menjadi lebih lebih utama jika diganti dengan yang lebih baik.

77. Bolehkah membawa hewan udhiyah dari asal negerinya keluar dari negerinya?

Hukum asalnya adalah hewan udhiyah tidak dibawa ke luar daerah/ negeri untuk dibagikan kepada orang fakir dan membutuhkan yang ada di negerinya, ini dikiyaskan kepada zakat. Jika hal itu memang dibutuhkan dan ada maslahat, maka wajib menjaganya. Seperti ketika terdapa para fakir di sebuah negeri yang lebih membutuhkan, maka hal itu diperbolehkan.

78. Bolehkah orang yang berudhiyah memotong rambut atau kukunya karena rasa sakit padahal ia masih dalam jangka waktu larangan memotong?

Barangsiapa yang kukunya retak atau tersakiti dengan rambutnya, sedang ia dalam kondisi ihram, maka ia boleh memotongnya. Tidak ada dosa baginya. Ini juga bukan termasuk pelanggaran syariat dikarenakan hal itu untuk menjaga dirinya dan menghilangkan bahaya darinya. Ini adalah kemudahan dari Allah.

79. Tolong sebutkan hadits yang secara khusus menerangkan keutamaan berudhiyah udhiyah!

Ibnu al-‘Arabi al-Maliki dalam kitabnya ‘Aridhatul al-Ahwadzi 6/288 berkata, “Tidak ada satu hadits shahih pun tentang keutamaan berudhiyah, dan orang-orang banyak meriwayatkan hadits-hadits yang menakjubkan tentang udhiyah, namun hadits tersebut tidak sah.” Maksudnya adalah hadits yang secara khusus menyebut keutamaannya, yang ada adalah bahwa berkurban bagian dari ketaatan yang umum di mana seorang muslim diberi pahala atasnya.

80. Bagaimana jika yang berudhiyah itu orang yang sangat tua renta dan pikun?

Jika orang yang berudhiyah seperti itu, maka yang menyembelih adalah keluarganya yaitu anaknya yang paling besar atau salah satu dari mereka walaupun anak perempuan, atau isteri atau yang lainnya.

Sumber -- http://m.kiblat.net/2014/09/26/80-tanya-jawab-ringan-seputar-kurban-bag-3-habis/

80 Tanya Jawab Seputar Kurban & Bulan Dzulhijah (Bag. 2)

28. Bagaimana jika masing-masing anaknya sudah menikah?

Rincian tentang hal ini adalah sbb:

Jika anak-anak itu berkumpul dalam satu rumah, maka kurban ayahnya sudah mencukupi untuk semuanya.Jika tinggal terpisah, maka ia berudhiyah sendiri jika mampu. Ini adalah lebih utama. Namun jika ia melihat bahwa hal ini bisa berpengaruh kepada perasaan orang tuanya, dan kadangkala orang tua tersinggung atas hal itu, maka tidak apa-apa udhiyah ayahnya untuk dirinya dan keluarganya. Hal ini karena mereka adalah satu keluarga.

29. Bagaimana udhiyahnya orang yang meninggalkan shalat?

Orang yang meninggalkan shalat tidak halal sembelihannya. Landasannya adalah dikarenakan kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Baik itu karena penolakan (alasan kafirnya orang yang meninggalkan shalat menurut kesepakatan ulama) atau karena peremehan (menurut pendapat yang shahih dari mereka).

30. Bagaimana dengan perihal tasmiyah (membaca basmalah) dan bertakbir atas hewan udhiyah?

Disyaratkan untuk bertasmiyah dan disunnahkan untuk bertakbir. Kemudian menyebutkan siapa yang diinginkan dari nama keluarganya. Walaupun dengan sebutan menyeluruh, seperti mengatakan, “Dan dari keluargaku”. Maka hal ini tidaklah mengapa.

31. Bagaimana kalau menyebutkan nama seorang yang meninggal dunia dari keluarganya ketika berudhiyah?

Diperbolehkan untuk menyebutkan nama orang yang sudah meninggal ketika berudhiyah. Misalnya dengan mengatakan, “Ya Allah, ini dariku dan dari keluargaku yang masih hidup dan yang sudah meninggal.” Sebagaimana yang disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya, mencakup yang hidup dan yang sudah mati.

32. Bagaimana hukum wasiat hewan udhiyah dari seorang yang sudah meninggal?

Di sini ada beberapa bahasan:

Jika dari sepertiga hartanya cukup untuk alokasi hewan udhiyah, maka udhiyahnya dilaksanakan.Jika tidak cukup dari sepertiga hartanya, maka anaknya disunnahkan untuk berudhiyah atasnya, akan tetapi ini tidak wajib. Walaupun wasianya tidak dilaksanakan, maka tidak berdosa. Udhiyah ini dikategorikan sebagai bentuk baktinya seorang anak setelah meninggalnya orang tua.

33. Bagaimana udhiyahnya seorang yang tinggal di negeri yang tata cara penyembelihannya tidak syar’i?

Barangsiapa yang berada di negeri seperti ini (seperti di Barat), maka ia boleh mengirim uang kepada keluarganya dalam rangka mewakilkan udhiyahnya. Ia pun harus menahan untuk tidak memotong rambut dan kukunya layaknya orang yang berudhiyah.

34. Apa yang seharusnya dilakukan oleh orang yang ingin berudhiyah?

Barangsiapa yang ingin berudhiyah, hendaknya tidak memotong rambut dan kukunya saat masuk pada 10 awal bulan Dzulhijah. Ini berlandaskan pada hadits Ummu Salamah: Apabila kalian telah melihat hilâl bulan dzulhijjah, dan salah seorang diantara kalian berkeinginan berkurban maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya.” Dan didalam satu lafazh baginya, Apabila telah masuk sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kalian berkeinginan untuk berkurban, maka janganlah ia memotong rambut dan kulitnya sedikitpun juga (hingga ia selesai menyembelih).”

35. Bagaimana dengan hukum mandi, memakai wangi-wangian, menyisir rambut atau selainnya?

Setiap hal yang tidak disebutkan dalam hadits Ummu Salamah, maka hal itu tidak dilarang. Maka dibolehkan untuk mandi, menyisir rambut, memakai wangi-wangian, mengenakan baju, jima’, memakai pacar, dan selainnya.

36. Apakah keluarga yang ikut udhiyah juga harus membiarkan kuku dan rambutnya untuk tidak dipotong?

Keluarga tidak diharuskan melakukan hal ini. Keharusan itu berlaku bagi orang yang berudhiyah, yaitu orang yang membelinya dan yang berudhiyah dengannya.

37. Bagaimana hukum seorang yang lupa, tidak membiarkan rambut dan kukunyatumbuh?

Orang yang berada dalam kondisi seperti ini tidak apa-apa, dikarenakan keumuman dalil yang melandasi hal ini bahwa orang yang lupa tidak berdosa.

38. Bagaimana hukum seorang yang menyengaja memotong kuku dan rambutnya?

Seorang yang melakukan perbuatan ini hukumnya dosa. Dia harus bertaubat dan istighfar. Kemudian ia tetap berudhiyah dan tidak ada kafarat baginya. Sebagaimana seorang yang berbuat hal-hal haram. Sesungguhnya hukum asal ibadah adalah tidak membatalkan dan diharuskan bertaubat.

39. Apakah orang yang berhaji juga melakukan udhiyah?

Udhiyah diwajibkan selain kepada orang yang berhaji. Adapun orang yang berhaji, para ahlul ilmu berbeda pendapat atasnya. Yang kuat adalah tidak wajib. Tidak didapati dari para sahabat yang berhaji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka berudhiyah. Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim rahimahumallah dan sekumpulan ahlul ilmi merajihkannya.

40. Bolehkah berudhiyah dengan selain dari hewan ternak?

Selain hewan ternak tidak dibolehkan untuk udhiyah. Dari sini maka tidak dibolehkan berudhiyah dengan ayam, kuda, kijang, atau hewan-hewan sejenisnya.

41. Bolehkah menjual, menghibahkan, atau menggadaikan hewan udhiyah?

Tidak diperbolehkan untuk melakukan hal-hal tadi, karena tujuan hewan udhiyah adalah untuk di jalan Allah. Setiap yang diperuntukkan di jalan Allah, maka tidak diperbolehkan untuk melakukan hal-hal tadi.

42. Bagaimana ketentuan usia hewan udhiyah?

Ad-Dha’n (kambing biasa) berusia 6 bulan,Ma’iz (kambing jawa) berusia 1 tahun, sapi berusia 2 tahun, dan unta berusia 5 tahun.

43. Hewan sembelihan seperti apakah yang paling utama untuk udhiyah?

Para ulama berbeda pendapat tentang jenis hewan apakah yang lebih utama untuk udhiyah. Pendapat yang rajih bahwasanya hewan yang utama secara berurutan adalah unta, kemudian sapi, kemudian kambing, kemudian yang termasuk budnah – sapi atau unta –. Imam Bukhari (2001) meriwayatkan tentang sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat Jumat:

Barangsiapa mandi hari Jumat seperti mandi janabat lalu berangkat pada waktu yg pertama, maka seakan ia telah berkurban dengan seekor unta. Barangsiapa berangkat pada waktu yg kedua, maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor sapi. Barangsiapa berangkat pada waktu yg ketiga, maka seakan dia berkurban dengan seekor kambing. Barangsiapa berangkat pada waktu yg keempat, maka seakan dia berkurban dengan seekor ayam. Dan barangsiapa berangkat pada waktu yg kelima, maka seakan dia berkurban dengan sebutir telur. Maka jika imam telah datang, para malaikat hadir untuk mendengarkan khutbah.”

44. Apa saja syarat-syarat dalam udhiyah?

Mampu, maksudnya adalah mampu untuk membeli hewan udhiyah.Hewan udhiyah adalah dari hewan ternak.Hewan udhiyah tidak cacat.Penyembelihan di waktu-waktu yang ditentukan oleh syar’i

45. Apa saja jenis-jenis cacat dari hewan udhiyah?

 

Buta matanya, yaitu sudah tidak bisa melihat atau terkena sakit belek dan katarak, atau matanya memutih yang menunjukkan bahwa hewan itu sudah buta.Sakit, yaitu sakit yang menghalanginya dapat dikategorikan sebagai hewan ternak yang sehat. Seperti demam yang menghambatnya berjalan atau menghilangkan selera makannya. Dan sakit kudisan yang parah, sehingga berpengaruh pada dagingnya atau berefek pada kesehatannya atau luka dalam yang berefek pada kesehatan atau sejenisnya.Pincang, yang dapat mengahalangi hewan itu berjalan tegak lurus.Sangat kurus seperti tidak memiliki sumsum. Lemah yang dapat menghilangkan kesadarannya. dalam kitab al-Muwaththâ`dari sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika beliau ditanya apa yang harus dihindari dari binatang kurban? Lalu beliau memberikan isyarat dengan tangannya seraya berkata: “Ada empat: Pincang yang jelas kepincangannya, aura` (rusak sebelah matanya) yang jelas a’warnya, sakit yang jelas sakitnya, dan kurus yang tidak mempunyai sum-sum.” Diriwayatkan oleh Imam Mâaik dalam Muwaththa` dari Hadits al-Barra` bin ‘Azib dan dalam satu riwayat dalam kitab sunan darinya radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri ditengah-tengah kami lalu bersabda,“Ada empat hal yang tidak boleh ada pada hewan kurban.”

46. Bagaimana dengan cacat yang lebih berat dari kriteria di atas?

 

Tidak diperbolehkan berudhiyah dengan hewan yang memiliki cacat melebihi kriteria di atas, baik cacat dalam bentuk apapun dari kategori di atas.

47. Bagaimana hukum berudhiyah dengan hewan yang buntung?

Para ulama berbeda pendapat atas hewan yang terpotong ekornya. Yang shahih adalah diperbolehkan karena dagingnya tidak berpengaruh atasnya dan juga tidak membahayakan. Ini adalah pendapat Ibnu Umar, Ibnu Musayyib dan selainnya.

48. Bagaimana berudhiyah dengan hewan yang dikebiri?

Diperbolehkan berudhiyah dengan hewan yang dikebiri. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berudhiyah dengan 2 domba yang dikebiri. Hal ini karena tidak berpengaruh buruk kepada daging yang disembelih. Inilah pendapat jumhur ulama. Ibnu Qudamah berkata: tidak ada khilaf sebagaimana yang kami ketahui.

49. Apa saja aib-aib dalam hewan udhiyah yang dimakruhkan dalam kitab-kitab fikih?

Apa yang nampak dari penyakit di tempat menyusui atau di bagian lainnyaAib yang terdapat di tempat menyusui.Tanduknya pecah dan tidak memiliki tanduk sejak lahir.Ompong, giginya tanggalZakarnya dipotongTelinganya terbelah, baik membujur atau melintang atau di lubangnya.Terdapat bisul di badannyaTidak memiliki telinga, yang terlihat hanya lubangnya saja.Pangkal tanduknya patahDicungkil salah satu matanya, ini lebih buruk dari hewan yang buta sebelah.Kambing yang kurus dan lemahTulangnya retak.Rabun, bisa melihat di siang hari tapi malam tidak bisa melihat.Matanya julingMengalir terus air matanya dan pandangannya lemahKedua telingan kecilUjung telinganya terpotongTerpotong belakang telinganya, menggantung tapi belum terpisah. (kebalikan dari no. 17)Telinganya sobekTelinganya terdapat lubang, lubang yang melingkar.Tidak bertanduk saat lahirHidungnya terpotongTidak punya lidahAir susunya keringTidak memiliki ekor, baik karena dari asal sejak lahir maupun karena terpotongAl Haima: penyakit yang menyerang unta yang menjadikannya linglung sehingga tidak mau merumput.Ats-Tsaula: penyakit yang menyerang kambing yang menjadikan seluruh anggota tubuhnya lemas. Ada yang mengatakan sebagai sakit gila sehingga ketika merumput selalu tertinggal dari gerombolannya di belakang sendiriBulunya telah dicukurMemiliki bekas stempel dari benda panasBerpenyakit batukSuaranya hilangBau mulutnya berubah

Setiap aib yang tidak disepakati atasnya tetap sah digunakan untuk udhiyah, namun hukumnya makruh. Semakin hewan itu terbebas dari berbagai macam aib, maka itu yang lebih utama. Sebagai seorang muslim hendaknya memilih hewan yang terbaik untuk dikurbankan karena inilah yang lebih utama di sisi Rabb-Nya.

50. Kapankah hewan boleh disembelih?

Menyembelih hewan udhiyah adalah setelah shalat ied hingga 3 hari setelahnya. Yaitu pada hari-hari tasyriq hingga terbenamnya matahari pada hari keempat dari hari ied. Yang lebih utama adalah menyegerakan untuk menyembelih sebagai bentuk bercepat-cepat dalam kebaikan.

51. Kapan waktunya?

Boleh menyembelih pada siang hari atau malam hari, terserah waktunya. Tidak ada waktu khusus dalam hal ini.

52. Bagaimana ketentuan hewan udhiyah yang melahirkan?

Jika hewan udhiyah melahirkan, maka anaknya juga ikut disembelih mengikuti induknya. Ini karena induknya ditujukan di jalan Allah, maka anaknya mengikuti induknhya. Inilah yang diambil jumhur ulama.

53. Bolehkah mewakilkan kepada orang lain untuk menyembelih?

Yang lebih utama adalah menyembelih sendiri. Namun kalau ia ingin mewakilkan, maka tidak mengapa jika yang diwakilkan itu muslim. Jika orang kafir, maka tidak halal.

54. Apa saja bid’ah-bid’ah dalam menyembelih?

Bid’ah antar negara satu dengan lainnya berbeda-beda. Di sini ada beberapa hal yang tidak ada dalil tentangnya namun dijadikan sebuah ibadah (dalam masalah udhiyah) oleh pelakunya:

Berwudhu sebelum menyembelih. Ini tidak ada dalilnya.Mengusapkan darah ke bulu atau kepala hewan sembelihan. Ini tidak ada dalil dalam kitab dan sunnahMemutus kaki atau tangannya langsung setelah disembelihMenyembelih atas nama para fakir miskin, yaitu dengan mengatakan: Ya Allah ini dari para fakir miskin. Ini tidak dalil dari generasi terbaik umat ini

55. Bolehkah berudhiyah untuk seorang anak yang tidak ada di tempat?

Dibolehkan berudhiyah untuk seorang anak yang tidak ada di tempat, baik anak itu sedang bepergian atau belajar di tempat jauh.

56. Bagaimana jika hewan udhiyah mati, dicuri atau hilang sebelum disembelih?

Jika hewan udhiyah mati, dicuri, atau hilang sebelum disembelih maka tidak ada tanggungan bagi pemiliknya, ia tidak mengganti jika tidak melampaui batas/ tidak sengaja. Jika melampaui batas, maka ia harus mengganti sebagaimana titipan.

57. Bagaimana jika terjadi kekeliruan dalam menyembelih?

Jika terjadi kekeliruan dalam menyembelih, di mana seseorang mengambil hewan milik orang lain, maka tidak ada dosa baginya. Satu sama lain sama-sama saling mencukupi dan diberi balasan. Sesungguhnya kesalahan dan lupa itu dimaafkan.

58. Apa saja yang dimakruhkan dalam menyembelih?

Saat mengasah pisau sembelihan, dilihat oleh hewan yang akan disembelih.Menyembelih hewan sembelihan sedang hewan yang lain melihat.Menyakiti hewan sembelihan dengan memukul tengkuk atau kakinya.

Sumber -- http://m.kiblat.net/2014/09/25/80-tanya-jawab-ringan-seputar-kurban-bag-2/