1/22/2016

HAL-HAL YANG MENGGUGURKAN AMALAN (BAG. 2)

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Lanjutan dari artikel sebelumnya berjudul "HAL-HAL YANG MENGGUGURKAN AMALAN (BAG.1)"
Diantara hal-hal yang membatalkan amal shalih adalah:
-5- MINUM KHAMR
Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةُ أَرْبَعِيْنَ صَبَاحًا،
“Barangsiapa yang minum khamr maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari.”  (HR Tirmidzi)
Dan sungguh merugi orang yang minum khamr. Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:
َمَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَشْرَبْهُ فِي الْآخِرَةِ
“Barangsiapa yang minum khamr di dunia maka dia tidak akan minum khamr di akhirat kelak.” (HR An Nasāi)
⇒ Ini adalah hukuman bagi orang yang menyegerakan kenikmatan di dunia, yaitu dia tidak akan merasakan kenikmatan tatkala di akhirat kelak.
Sungguh aneh, seseorang yang diberi kenikmatan akal (berupa) kecerdasan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, lantas dia menghilangkan akalnya dengan minum khamr sehingga masuklah dia ke dalam rombongan orang-orang gila.
Apakah dia ridha tatkala dia disamakan dengan orang-orang yang gila (tidak berakal)?
Demikianlah, tatkala syahwat sudah memenuhi diri seseorang, maka dia tidak peduli.
Diapun minum khamr demi untuk mendapatkan kenikmatan sementara dan mengorbankan kenikmatan yang abadi.
-6- MENINGGALKAN SHALAT 'ASHAR
Secara umum meninggalkan shalat adalah dosa besar, terlebih-lebih lagi shalat 'ashar.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengkhususkan penyebutan shalat 'ashar, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى
“Jagalah shalat-shalat, terutama shalat al wustha (yaitu shalat 'ashar).” (QS Al Baqarah: 238)
Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam haditsnya:
مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ ، فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُه
“Barangsiapa yang meninggalkan shalat 'ashar maka akan gugur amalannya.” (HR Ahmad)
Sesungguhnya menjaga shalat 'ashar merupakan ibadah yang sangat mulia, dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
من صلى البردين دخل الجنة
“Barangsiapa yang shalat pada dua waktu (yaitu shalat shubuh dan shalat 'ashar) maka dia akan masuk ke dalam surga.” (Muttafaqun 'Alayhi)
Shalat 'ashar adalah satu dari dua shalat yang merupakan sebab seseorang akan merasakan kenikmatan indahnya melihat wajah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
انكم سترون ربكم يوم القيامة كما ترون القمر ليلة البدر لا تضامون في رؤيته ، فإن استطعتم أن لا تغلبوا على صلاة قبل طلوع الشمس ، وقبل غروبها ، فافعلوا…
“Sesungguhnya kalian akan melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla pada hari kiamat kelak, sebagaimana kalian melihat bulan di bulan purnama.
Kalian tidak akan berdesak-desakan (dorong-dorongan) tatkala melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kalau kalian mampu untuk tidak ketinggalan shalat subuh dan shalat 'ashar maka lakukanlah.”
Ini dalil bahwasannya menjaga shalat 'ashar merupakan sebab seorang mendapatkan kenikmatan memandang wajah Allāh pada hari kiamat kelak.
Dan hati-hati, berapa banyak orang yang bermudah-mudah meninggalkan shalat 'ashar.
Terutama orang-orang yang bekerja di siang hari, tatkala mereka pulang kelelahan, lantas mereka tertidur sehingga ketinggalan shalat 'ashar.
-7- MENGUNGKIT-UNGKIT KEBAIKAN (AL MANN)
Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian membatalkan sedekah kalian dengan mengungkit ungkitnya dan mengganggu orang yang kalian bantu.” (QS Al Baqarah: 264)
Oleh karenanya, jika kita memberi bantuan kepada orang lain, (maka) kita lupakan (jangan mengungkit-ungkit), karena hal itu (akan) menyakitkan hatinya.
Jika kita mengungkit-ungkit, (maka) amalan sedekah kita akan hilang, bahkan diancam dengan adzab yang pedih.
Dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: “Tiga golongan yang Allāh tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat dan tidak akan melihatnya pada hari kiamat, dan bagi mereka adzab yang pedih.” Diantaranya adalah Al Mann, yaitu orang yang suka mengungkit-ungkit amalan sedekah yang dia berikan.
Sungguh sakit hati Si Miskin ketika kita mengungkit-ungkit dengan mengatakan:
“Bukankah saya pernah membantu engkau?”
“Bukankah saya pernah meringankan bebanmu?”
“Bukankah saya pernah melunaskan hutangmu?”
“Bukankah saya pernah membantumu?”
Ini menggugurkan amalan kita.
Maka, jadilah kita seorang yang tatkala berinfaq tidaklah mengharap kecuali ganjaran dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sebagaimana perkataan orang-orang mukminin penghuni surga:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاء وَلَا شُكُوراً
“Sesungguhnya kami memberi makan kepada kalian karena  Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kami tidak butuh dari kalian perkataan terima kasih dan balasan.” (QS Al Insān: 9)
-8- MENGANGKAT (MENGERASKAN) SUARA DI ATAS SUARA NABI SHALLALLĀHU 'ALAYHI WA SALLAM
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengangkat suara kalian di atas suara Nabi, dan janganlah kalian mengeraskan suara (perkataan) kalian di hadapan Nabi sebagaimana kalian mengeraskan suara kalian satu dengan yang lain, akan gugur amalan-amalan kalian dan kalian dalam kondisi tidak sadar.” (QS Al Hujurāt: 2)
Kata para ulama:
“Kalau Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam masih hidup lantas kita berkata-kata keras di hadapan Nabi atau suara kita mengungguli suara Nabi bisa membatalkan amalan kita, (maka) bagaimana jika bukan hanya mengeraskan suara, bahkan menyelisihi hadits-hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam?”
Ini perkara yang sangat menyedihkan.
Sebagian orang, tatkala kita datangkan hadits-hadits yang shahih, (kemudian) kita katakan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan demikian, mereka (lalu) mengatakan:
“Saya tidak percaya, saya lebih percaya terhadap perkataan ustadz saya, guru saya, syaikh saya.”
Maka dia mencampakkan hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
⇒ Padahal dia tahu bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah berkata dalam hadits yang shahih kemudian dia tolak.
Kita khawatir orang seperti ini akan digugurkan amalannya.
Kita tahu bahwasanya para ulama memiliki kedudukan yang mulia, akan tetapi tidak ada yang ma'shum.
Apa perkataan Imam Mālik, gurunya Imām Syāfi'ī rahimahullāh ?
Imam Malik pernah rahimahullāh berkata:
كل أحد يؤخذ من قوله ويرد إلا صاحب هذا القبر
“Setiap orang, siapapun juga, bisa ditolak perkataannya dan  bisa diterima, kecuali Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.”
⇒ Yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, dia ma'shum, yang perkataannya harus kita terima.
Maka, seseorang jangan beragama dengan hawa nafsunya dan mengedepankan syahwatnya sehingga tatkala datang hadits-hadist shahih maka dia tolak dengan berdalil menggunakan perkataan syaikh atau guru atau ustadz.
Ini bisa menggugurkan amal shalihnya.
-9- BERSUMPAH DENGAN NAMA ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA DENGAN MENGATAKAN “SI FULĀN TIDAK AKAN DIAMPUNI ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA.”
Dalam hadits yang shahih, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengisahkan 2 orang dari Bani Isrāīl; yang satu rajin beribadah dan yang satu malas beribadah (tukang maksiat).
Temannya yang rajin beribadah senantiasa menasehati temannya yang tukang maksiat dengan mengatakan:
“Wahai sahabatku, berhentilah engkau dari bermaksiat.”
Dan saudaranya tidak perduli, tetap saja bermaksiat.
Suatu hari bertemu lagi dan menashihati lagi temannya dengan mengatakan:
“Wahai Fulān, berhentilah engkau dari maksiat.”
Namun dia tidak mau berhenti dari maksiat.
Sampai suatu hari dia melakukan dosa yang cukup besar maka temannya pun cukup emosi dan mengatakan:
“Wahai Fulān, berhentilah dari maksiat.”
Maka yang ditegur berkata:
“Biarkanlah aku dengan Allāh, bukan urasanmu menegur-negur aku. Apakah Allāh mengutus engkau sebagai rasul untuk mengawasiku?”
Rupanya yang melakukan maksiat juga emosi dan mengeluarkan perkataan yang kasar yang menyakiti hati orang shalih tadi.
Tatkala dia mendengar perkataan pelaku maksiat maka dia menggunakan otaknya dan menyimpulkan bahwa orang seperti ini tidak akan diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 
Kenapa?
Menurutnya, dia telah menegur berkali-kali namun tidak didengar malah dijawab oleh pelaku maksiat dengan perkataan demikian.
Perkataan pelaku maksiat ini salah, namun orang yang shalih ini lebih salah lagi, yaitu dengan berkata: “Allāh tidak akan mengampunimu.”
Tatkala dia memvonis dengan perkataan “Allāh tidak akan mengampuni engkau” berarti dia telah menyempitkan luasnya rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, padahal ini hanya pelaku maksiat (bukan kafir).
Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengirim malaikat untuk mencabut nyawa kedua orang ini, dan dihadirkan di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Allāh berkata:
“Siapa yang berani-berani bersumpah bahwa Aku tidak akan mengampuni Si Fulān? Aku telah mengampuni dia dan Aku menggugurkan amalanmu.”
Maka orang shalih ini dimasukkan ke dalam neraka Jahannam sedangkan pelaku maksiat diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Jangan sampai tatkala emosi kita mengucapkan perkataan-perkataan yang melebihi syari'at Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Abu Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu tatkala meriwayatkan hadits ini berkata:
تكلم بكلمة أوبقت دنياه وآخرته
“Orang ini telah mengucapkan satu kalimat saja, yang akhirnya menghancurkan dunia dan akhiratnya.”
Demikianlah.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla  menerima amalan ibadah kita dan menjauhkan kita dari hal-hal yang bisa merusak dan mengurangi atau menggugurkan amal ibadah kita.
(Selesai)
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________ 
📝 Materi Tematik
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
🔊 Khutbah Jum'at | Hal-Hal Yang Menggugurkan Amalan (Bagian 2)
⬇ Download audio: https://goo.gl/mnONLR
🌐 Sumber: https://m.youtube.com/watch?v=PXr78wG_UZw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar