12/21/2014

Wasiat Nabi SAW kepada Hudzaifah bin Yaman

Hudzaifah bin Yaman adalah seorang sahabat yang secara khusus dididik Nabi SAW untuk mengenal kemunafikan. Semua itu berawal karena kebiasaannya yang berbeda dalam mengajukan pertanyaan kepada Nabi SAW. Umumnya para sahabat bertanya tentang berbagai macam amal kebaikan dan pahala-pahala yang dijanjikan, dan mereka berlomba-lomba untuk melakukannya. Sementara Hudzaifah cenderung bertanya tentang berbagai macam amal keburukan/kejahatan dan bahaya-bahayanya, karena ia ingin menjauhinya sejauh-jauhnya.

Suatu ketika ia menghadap kepada Nabi SAW dan bertanya, "Wahai Rasulullah, dahulu kita berada dalam kebodohan (jahiliah) dan diliputi kejahatan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini bagi kita. Apakah setelah kebaikan ini akan ada kejahatan lagi?"

"Ada…!" Kata Nabi SAW.

"Apakah setelah kejahatan itu, masih adakah kebaikan lagi, ya Rasulullah?"

"Memang ada, tetapi keadaannya kabur dan penuh bahaya!!" Kata beliau lagi.

"Apa bahaya itu, ya Nabiyallah?"

"Yakni, segolongan ummat mengikuti sunnah yang bukan sunnahku, mengikuti petunjuk yang bukan petunjukku. Kenalilah mereka ini, ya Hudzaifah, dan cegahlah mereka semampumu…!!"

"Setelah kebaikan tersebut, masih adakah kejahatan lagi, ya Rasulullah??"

"Ada, yakni para penyeru di pintu neraka (yakni, yang mengajak kepada maksiat dan meninggalkan ibadah)…barang siapa menyambut seruannya, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka…!!"

"Apa yang harus saya lakukan jika menemui masa seperti itu, ya Nabiyallah?"

"Selalulah mengikuti jamaah kaum muslimin dan pemimpin mereka!!"

"Bagaimana jika mereka tidak memiliki jamaah dan tidak pula pemimpin (yang sesuai teladanmu), ya Nabiyallah?"

"Hendaklah engkau tinggalkan semua golongan itu, walaupun engkau harus tinggal sendirian di rumpun kayu, sampai engkau menemui ajal dalam keadaan seperti itu…"

(mutafaqun'alaih)

Keadaan dan kebiasaan Ibnu Yaman dalam meneliti dan mengamati kejahatan dan daya upayanya untuk menghindarinya, ternyata mendapat dukungan Nabi SAW, dan beliau terus-menerus membimbingnya. Beliau mengajarinya bagaimana mengenali kemunafikan, dan juga menunjukkan orang-orang munafik yang ada saat itu. Namun beliau berpesan agar semua itu dirahasiakannya, sekedar untuk bahan bagi dirinya agar ia bisa menghindar dan tidak terjatuh dalam lingkaran pergaulan mereka.

12/20/2014

Kenapa umat Islam terpecah?

Seperti biasa, setiap akhir tahun umat muslim di indonesia disibukkan dengan diskusi mengucapkan natal kepada umat nasrani. Sebenernya masalah ini sdh trselesaikan sejak lama, namun entah mengapa ada saja pihak2 yg suka menggoreng isu ini, pihak satu berusaha menasihati saudaranya agar begini, namun si pihak dua tidak terima dinasihati, sehingga terciptalah debat, debat & debat, saya pun masih suka khilaf & terjerumus kedalam arena tsb. Namun sampai pada suatu titik, tersadar & bersegera menarik diri.

Nah, kemudian ada teman saya yang menshare sebuah artikel berjudul "Karikatur ISIS dan Kemalasan Dalam Beragama.", karena artikelnya menarik, maka saya pun berkomentar disana, beginilah isinya:

Bismillah, salam kenal mas, tulisan mas bagus namun juga kontroversi. Apa bedanya anda dengan yang anda kritik? Sama2 keras dan memiliki pembenaran sendiri. Bisa jadi mas bermaksud baik utk menasihati, namun krn karakter & gaya tulisan yang demikian, sehingga menjadi tajam layaknya pisau yg bisa melukai sesamanya.

Saya belum mendapatkan kisah ahlul ilmi yg begitu jumawa dgn kemampuannya. Sbg contoh, ayahanda kita raghib sirjani seorang hafizh, dgn predikat istimewa atas disertasi doktoral urologi surgery dibawah bimbingan kedokteran Mesir dan Amerika, belum pernah saya temukan tulisan2 beliau yg membanggakan diri sendiri dan meremehkan orang lain?

Anda menyinggung soal kelembutan, namun sayangnya saya tidak merasakan kesan ini dlm tulisan anda? Bisa jd saya luput oleh karena dominannya kritik yg ditembakkan bertubi2.

Saya berusaha memahami dan memaklumi thariqah dari harokah-harokah yang ada di indonesia, selalu ada dua sisi, temen2 yg ber amar ma'ruf nahi munkar melalui tangan, mulut, atau minimal mengingkarinya dengan hati, sebagian diantara mereka akan saling menasihati, "jangan begitu, beginilah seharusnya..dst." namun sayangnya saling nasihat menasihati diantara mereka membuka ruang baru untuk berdiskusi, berdebat, hingga akhirnya bertengkar.

Ini sdh trjadi jauh2 sebelumnya, dalam kitab Al I’tisham, karya Asy Syathibi, (II/691)

Pada satu hari, Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu ‘anhu menyendiri. Dia berkata dalam hatinya, mengapa umat ini saling berselisih, sementara Nabi mereka satu?! Lalu ia memanggil salah satu sahabat yang paling berilmu, Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhu.

Umar bertanya kepadanya,
“Mengapakah umat ini saling berselisih, sementara Nabi mereka satu. Kiblat mereka juga satu dan Kitab suci mereka juga satu?”

Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan kepada kita. Kita membacanya dan mengetahui maksudnya. Lalu datanglah sejumlah kaum yang membaca Al-Qur’an, namun mereka tidak mengerti maksudnya. Maka setiap kaum punya pendapat masing-masing. Jika demikian realitanya, maka wajarlah mereka saling berselisih. Dan jika telah saling berselisih, mereka akan saling menumpahkan darah.”

Mendengar jawaban itu umar tertegun, memuji, dan mendoakannya.

Dan memang pintu fitnah itu sdh terbuka sedikit2 sejak rasulullah shallallahu'alaihi wasallam wafat, & tak bisa ditahan lg utk terbuka lebih lebar laksana tanggul bocor pasca kekhalifahan umar.

Oleh karenanya, dikatakan umat islam terpecah menjadi 73 golongan, mas sdh pasti tahu hadits ini.

Pdhl dlm Qur'an, An-nisa:59, kita sdh diingatkan dan dikasih solusi, "fain tanaza'tum fii shayin farudduuhu ilaAllohi warrosuuli in kuntum tuminuuna billahi walyawmil akhir"

Nabi shallallahu'alaihi wa sallam pun sdh mewasiatkan ketika arofah, “Sungguh aku telah meninggalkan ditengah-tengah kalian, satu hal yang bila kalian berpegang teguh dengannya, niscaya selama-lamanya kalian tidak akan tersesat, bila kalian benar-benar berpegang tegun dengannya, yaitu kitabullah (Al Qur’an).” (Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu'anhu, dalam kitab shahih muslim 2/886/1218)

Tapi saya memahami koq mas, memang kita sering terjebak dalam labirin intelektual, saya pun demikian, juga pendahulu2 kita, seperti al-ghazali dalam tahafut al-falasifah terhadap peripatetik nya al-farabi, ibnu sina, ibnu rusyd, dkk. Al-asy'ari & ahmad bin hambal terhadap wasil bin atha & khalifah mu'tashim billah. Demikian ibnu taimiyyah yg melepaskan diri dari asy'syariyah maupun mu'tazilah dan memilih pendekatan kepada salafush shalih, dst...

Ah! Siapalah saya ini sok berkomentar, maaf ya mas.. Saya berharap & mendoakan yg trbaik utk mas, semoga ilmunya bermanfaat untuk kemashalatan umat. Yuk mari kita fastabiqul khairat!

Oh ya mas, saya tidak mendapati nama ibnu khaldun ataupun al-muqadimah? Terlalu populer, terlewat atau ada alasan khusus tidak menyebutkan nama beliau?

12/07/2014

Kunci Keselamatan di Akhirat dan Ciri Muslim Munafiq

Bismillah, washolatu wasalamu ala rosulillah, amma ba'du.

Sebagian besar dari kita tentu bisa menjawab pertanyaan pada judul tulisan diatas, "Apakah kunci keselamatan manusia di akhirat?"
.............................................................................................................................................

Adalah lafal tauhid "Laa ilaha ilallah". 
Simple sekali ya? Tapi benarkah demikian?

Perlu kita tanamkan dalam diri, bahwa tauhid itu dibangun diatas 3 perkara, yang ketiganya tidak bisa dipisahkan ibarat sebuah pondasi bangunan yang kokoh. Ada yang masih ingat apakah ketiga hal itu?
.............................................................................................................................................

1. Ilmu
2. Amal
3. Ikhlas

- Jika tauhid tanpa ilmu, maka kita akan tersesat seperti kaum nasrani.
- Jika tauhid tanpa amal, maka kita akan termurkai seperti kaum yahudi.
- Jika tauhid tanpa keikhlasan, maka kita akan merugi seperti kaum munafiq.
.............................................................................................................................................

Alhamdulillah kita memiliki modal tauhid ini, namun perlu selalu diingatkan agar jangan sampai kita terjerumus kedalam jurang orang2 munafiq, karena munafiq adalah penyakit hati orang2 islam. Untuk itu kita perlu mengenai ciri2nya agar kita mawas diri dari sifat tsb.

Diantara ciri orang munafiq menurut Qur'an ada di surat an-nisa ayat 138-139:

ﺑَﺸِّﺮِ ﺍﻟْﻤُﻨَﺎﻓِﻘِﻴﻦَ ﺑِﺄَﻥَّ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﺬَﺍﺑًﺎ ﺃَﻟِﻴﻤًﺎ
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺘَّﺨِﺬُﻭﻥَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎءَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ۚ ﺃَﻳَﺒْﺘَﻐُﻮﻥَ ﻋِﻨْﺪَﻫُﻢُ ﺍﻟْﻌِﺰَّﺓَ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْﻌِﺰَّﺓَ ﻟِﻠَّﻪِ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ

"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah."

Sementara, diantara ciri menurut hadits:

- Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ

“Empat hal bila ada pada seseorang maka dia adalah seorang munafiq, dan barangsiapa yang terdapat pada dirinya satu sifat dari empat hal tersebut maka pada dirinya terdapat sifat nifaq hingga dia meninggalkannya. Yaitu, jika diberi amanat dia khianat, jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika berseteru dia berbuat kefajiran”. (HR. Al-Bukhari no. 89 dan Muslim no. 58)

- Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR. Al-Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)

Semoga Alloh menjaga hati kita dari sifat munafiq ini. Wallohu'alam bisshowab..

12/05/2014

Jangan Pelit / Kikir !!

Asbabun Nuzul Surat Al Hasyr Ayat 9

Suatu waktu, Rasulullah SAW kedatangan tamu orang yang sangat tidak mampu (miskin), Rasulullah mengajak tamu tersebut ke rumah salah seorang istri beliau agar bisa dijamu selayaknya. Namun, istri Rasulullah hanya memiliki air putih dan tidak bisa menghidangkan makanan yang lain.

Rasulullah SAW kemudian membawa tamunya kepada para sahabatnya, seraya menawarkan, “Siapa saja yang memuliakan tamuku ini, akan mendapat surga.” Salah seorang sahabat yang bernama Abu Thalhah spontan menjawab, “Saya Rasulullah!” 

Ia belum sempat berpikir, apakah di rumah ada makanan atau tidak? Yang terpenting, dia  bisa menolong orang lain dan mendapatkan surga sebagaimana ditawarkan Rasulullah SAW.

Selanjutnya, tamu Rasulullah itu pun diajak ke rumahnya. Sampai di rumah, ia berkata kepada istrinya, “Muliakanlah tamu Rasulullah ini!” Istrinya menjawab, “Kita tidak punya persediaan makanan, kecuali untuk si kecil anak kita!”

Tanpa berpikir panjang, Abu Thalhah langsung mengutarakan idenya, “Siapkan makanan itu, lalu pura-puralah memperbaiki lampu penerang yang ada di rumah, dan tidurkanlah anak kita!” Ketika hari sudah gelap, tamu Rasulullah itu diajak ke tempat makan.

Istri Abu Thalhah sibuk mempersiapkan hidangan seakan-akan untuk seluruh anggota keluarganya ditambah tamu Rasulullah.

Setelah makanan dihidangkan, istri sahabat itu mendekati lampu penerang rumahnya, berpura-pura memperbaikinya, dan kemudian memadamkannya.

Tujuannya tidak lain, agar sang tamu merasa nyaman menikmati hidangan itu sendirian. Sebab, porsi makanan yang ada hanya cukup untuk satu orang.

Tamu itu menikmati hidangan yang ada dengan lahap, tanpa merasa ada yang janggal dalam jamuan makan malam itu. Dia mengira tuan rumah juga ikut makan bersamanya.

Keesokan harinya, Abu Thalhah menghadap Rasulullah SAW, ia disambut dengan senyuman, lalu beliau bersabda, “Allah tertawa (rida) dengan yang kalian lakukan berdua tadi malam.”

Hasilnya, Rasulullah rida dengan simbol berupa senyuman ketika bertemu Abu Thalhah, dan menyampaikan kabar gembira bahwa Allah pun rida dengan apa yang mereka berdua lakukan.

Setidaknya ada tiga hikmah yang bisa kita petik dari kisah yang menjadi sebab turunnya Surah al-Hasyr ayat 9 ini.

Pertama, betapa Rasulullah SAW dan Abu Thalhah sahabatnya memiliki jiwa penolong yang sangat mengagumkan sehingga dengan jiwa tersebut, keduanya tidak sempat berpikir apakah di rumahnya ada makanan yang bisa disuguhkan pada tamunya atau tidak? Yang penting memberi!

Kedua, ketika kedermawanan sudah mendarah daging dalam diri seseorang, berbagai cara bisa ia lakukan untuk tetap bisa memberi kepada orang lain, betapapun sulitnya kondisi yang sedang ia alami. 

Ketiga, orang yang dermawan tidak pernah memikirkan tentang dirinya saat hendak memberi, apa yang akan ia makan? Bagaimana nasibnya nanti ketika ia memberi apa yang dibutuhkannya kepada orang lain?

Bahkan, orang yang dermawan mungkin saja menomorduakan kebutuhan keluarganya ketika ada orang yang lebih membutuhkan.

Maka pantas jika kemudian orang yang memiliki jiwa seperti ini akan mendapat ridha Allah SWT. Dan di akhirat akan dimasukkan ke surga-Nya. Sebab, orang yang seperti ini lebih mengutamakan orang lain, atas diri mereka sendiri. 

Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Hasyr [59] : 9).

Ya Allah jauhkanlah kami dari sifat kikir ini...

Sumber

Galaunya sahabat dengan galaunya kita

UMAT Muslim saat ini, terutama yang belum menikah sering sekali galau dan galaunya itu dijadikan status di facebook atau twitter. Urusannya gak jauh-jauh dari cinta terhadap lawan jenis yang belum halal. Beda sekali dengan sahabat Nabi.

“Ya itu kan sahabat, jauhlah sama kita” biasanya ada yang komentar begitu kalau saya menulis tentang sahabat. Helooooo! Kalau tidak mau menyamai mereka Radiyallahu Anhu, mengapa menginginkan surga yang sama?

Sahabat Ka’ab Bin Malik galau selama 50 hari, khawatir soal dosa. Khawatir soal dirinya diampuni Allah atau tidak. Bukan soal-soal remeh temeh.

Umar bin Khattab ketika menjadi khalifah, galau karena ada rakyatnya yang memasak batu saking miskinnya, lalu menaruh beban karung gandum di pundaknya sendiri.

Tsa’labah bin Abdurrahman RA pernah secara tidak sengaja melihat wanita Anshar yang mandi. Ia merasa sangat berdosa, malu kepada Nabi dan mengasingkan diri ke gunung selama 40 hari. Ia terus menerus minta ampun kepada Allah. Sedangkan kita? Setiap hari, wanita di sekeliling kita mengumbar aurat ada di mana-mana. Di kantor, di Mall, di televisi, di mana-mana. Apakah kita meminta ampun kepada Allah?
Nabi Muhammad merasa kehilangan dia. Sampai Allah menunjukkan gunung tempat bersembunyinya. Nabi meminta Umar RA dan Salman RA untuk menjemputnya.

Tsa’labah masih malu, dia mau ke Madinah kalau Nabi sedang sholat sehingga dianggap tidak menyadari kedatangannya. Iapun sampai sakit keras karena galau takut akan dosanya melihat wanita mandi, walupun tak sengaja.

Sebelum sakit Nabi SAW memberikan amalan buatnya supaya dosanya diampuni berupa bacaan Al Qur’an “ …Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka”. (al-Baqarah : 201). Sebuah do’a yang mudah dan sering kita ulang-ulang yaitu Robbana Atina Fid DUnya Hasanah wa fil akhiroti hasanah. Waqina adzaabannaar.”

Tsa’labah sakit keras selama 8 hari, karena khawatir akan dosanya. Bagaimana dengan kita? tiap hari berbuat dosa apakah kita merasa bersalah. Kebanyakan tidak. Nabi Muhammad SAW saja yang dijamin masuk uorga istighfar 70 kali sehari dalam riwayat lain dikatakan 100 kali sehari. Kita berapa kali?

Begitulah seharusnya. Mestinya kita galau bukannya urusan duit, urusan lawan jenis, urusan dunia lah. Mestinya kita galau urusan dosa, urusan ibadah, urusan akherat, begitulah muslim yang baik.

Rasulullahpun menjenguknya. Rasulullah memangku Tsa’labah di pangkuannya.

Tapi ia menggeser kepalanya, “Kepalaku penuh dosa wahai Rasulullah. Aku tidak pantas!”

“Apa yang kamu senangi?”

“Ampunan Allah.”

Jabir bin Abdullah RA meriwayatkan sebuah hadits tentang sahabat ini “Ketika itu turunlah Jibril Alaihisallam, mengatakan, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam padamu, dan berfirman, ‘JIka hamba-Ku ini menemui-Ku dengan dosa sejengkal tanah, maka Aku akan menemui dengan sejengkal ampunan’.”

Tsa’labah langsung berteriak kegirangan karena mendapat ampunan Allah, tidak lama kemudian ia meninggal. Ketika Rasulullah SAW ke rumah Tsa’labah, Rasulullah merangkak. Para shahabat keheranan. “Mengapa Engkau merangkak wahai Rasulullah?”

Rasulullah SAW menjawab, “Aku tidak bisa berdiri saking banyaknya malaikat yang turun, ta’ziyah kepada Tsa’labah.”

Allahu Akbar. Ketika membaca kisah ini saya menangis. Wallahu A”lam Bish SHawab.

http://www.islampos.com/bedanya-galau-kita-dan-galaunya-sahabat-nabi-150244/

Merespons berita yang meresahkan masyarakat

Bismillah. Di era sosial komunikasi saat ini, dengan mudahnya kaum muslimin mendapati berbagai macam berita yang isinya dapat berupa ancaman yang meresahkan masyarakat. Seperti baru2 ini kita menerima kabar bahwa sekelompok imigran asal iran sedang mempersiapkan diri di balikpapan & makasar untuk "mensuriahkan" indonesia. Naudzubillah..

Alhamdulillah, pas sekali khutbah jumat tadi membahas mengenai hal tersebut, berikut beberapa poinnya:

1. Berhati2lah terhadap syubhat yang disebarkan orang2 kafir, syiah, munafik, dan sekutu2nya, hendaknya tidak sembarang menyebarkan berita yang bisa menimbulkan ketakutan atau meresahkan masyarakat kecuali pihak berwenang, justru lebih aman kita sampaikan / laporkan dulu ke pihak terkait, dalilnya firman Allah Ta’ala;

وَإِذَا جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu).” [An-Nisa: 83]

2. Perkuat diri dengan ilmu, tauhid, aqidah sehingga dengan nya kita tidak takut terhadap apapun kecuali kepada Robb.

3. Jika memungkinkan, berlatihlah beladiri, menembak, memanah, berenang, berkuda, serta mengendarai wahana perang lainnya. Minimal kita rajin berolahraga seperti berlari & berenang, istiqomah sholat berjamaah 5 waktu di masjid, karena tubuh kita jadi lebih siap & kuat dengannya.

Wallohu'alam, Semoga Alloh selalu menjaga dan menguatkan iman serta fisik kita dalam menyambut seruan jihad yang sah.