12/21/2017

Mengambil pendapat Ulama

Sulaiman At-Taimi rahimahullaah berkata:

لَوْ أَخَذْتَ بِرُخْصَةِ كُلِّ عَالِمٍ أَوْ زَلَّةِ كُلِّ عَالِمٍ؛ اجْتَمَعَ فِيْكَ الشَّرُّ كُلُّهُ

“Andai engkau mengambil pendapat yang mudah-mudah saja dari para ulama, atau mengambil setiap ketergelinciran dari pendapat para ulama, pasti akan terkumpul padamu seluruh keburukan.” [Diriwayatkan Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya, 3172]

Rahasia Ikhlas

Al-Junaid bin Muhammad rahimahullah berkata:

"Ikhlash merupakan rahasia antara Allah dan hamba, tidak diketahui oleh malaikat untuk ditulis, tidak diketahui oleh setan untuk dirusak, dan tidak pula diketahui oleh hawa nafsu untuk dipalingkan."

📚 Madarijus Salikin, jilid 2 hlm. 92

12/17/2017

Manfaat Duduk dengan Orang Sholeh

👤 Imam Ibnul Qoyyim _rahimahullah Ta'ala_ berkata :

"مجالسة الصالحين تحولك من ستة إلى ستة :
1- من الشك إلى اليقين،
2- ومن الرياء إلى الإخلاص،
3- ومن الغفلة إلى الذكر،
4- ومن الرغبة في الدنيا إلى الرغبة في الآخرة،
5- ومن الكبر إلى التواضع،
6- ومن سوء النية إلى النصيحة.
رزقنا الله وإياكم الصحبة الصالحة."

"Duduk bersama orang-orang baik itu akan merubahmu dari 6 hal kepada 6 hal;

1. Dari keragu-raguan kepada keyakinan,
2. ‎Dari suka riya' kepada keikhlasan,
3. ‎Dari kelalaian kepada mengingat,
4. ‎Dari cinta dunia kepada cinta akhirat,
5. ‎Dari sombong kepada tawadhu',
6. ‎Dari niat yang jelek kepada nasihat.

Semoga Allah menganugerahi kita teman-teman yang baik."

📚[Kitab Ighotsah al-Lahfan: 1/136

12/15/2017

Tanda Kebaikan

Sebahagian orang mengira, bahwa ketika bertambah kuantitas dari harta dan keturunannya, adalah indikasi kebaikan untuknya, padahal hal itu belum tentu. Karena ketika kita membaca dan menela'ah, Al-Qu'anul karim, maupun Al-hadits an-nabawiah ash shohihah, niscaya tidak akan kita temukan sepotong pun ayat dan hadits yang memuji dan menyanjung dunia.

Namun hakikat kebaikan yang SEJATI adalah semakin bertambahnya kuantitas dan kualitas ilmu, akhlak, ibadah, syukur dan istighfar kepada Allah Dzul Jalali wal Ikram.

🏷 Abu Darda radiyallahu anhu menuturkan :
"Kebaikan itu bukan dengan semakin bertambahnya harta dan putra-putri anda, namun kebaikan adalah anda semakin santun, bertambah ilmu, menyeru manusia agar beribadah kepada Allah,  jika berbuat baik, anda memuji Allah, dan jika berbuat jelek, anda memohon ampunan Allah"

📚Tarikh Dimasyq : 47/158.

11/13/2017

Allah Mencintai Kelembutan

Dari 'Aisyah rodhiyallahu 'anha, dia berkata, "Ada sekelompok orang Yahudi yang minta izin menemui Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam, lalu mereka mengucapkan, "Assaamu 'alaikum" (Semoga kematian menimpamu). 'Aisyah berkata, "Bal 'alaikumussaam wal la'nah" (Bahkan kalianlah yang semoga mendapat kematian dan laknat). Maka Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam berkata:

مهلا ياعائشة ، فإن الله يحب الرفق في الأمر كله

"Tenanglah wahai 'Aisyah, sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam semua perkara." Aku berkata, "Wahai Rosulullah, tidakkah engkau mendengar apa yang mereka ucapkan? Berkata Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam:

فقد قلت: وعليكم

"Aku sudah membalasnya dengan ucapan, "Wa 'alaikum" (Juga atas kalian)." (HR. Muslim 2165)

Faidah yang dapat diambil dari hadits ini:

1. Perkataan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam, "Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam semua perkara", menunjukkan keagungan akhlaq beliau shollallahu 'alaihi wasallam dan kesempurnaan perangai beliau yang mampu menahan marah.

2. Anjuran berlaku lembut, sabar, menahan marah dan santun terhadap orang lain selama tidak ada alasan untuk bersikap keras.

3. Celaan 'Aisyah terhadap orang-orang Yahudi menunjukkan bolehnya membela diri dari kejahatan orang yang zalim.

4. Membela orang yang baik dari siapa saja yang menyakitinya.

5. Dianjurkan tidak meladeni kebodohan orang selama tidak menimbulkan bahaya dan kerusakan. Al-Imam Asy-Syafii berkata, "Orang yang cerdas lagi berakal adalah yang tidak menghiraukan perbuatan bodoh orang lain." (Syarh Shohih Muslim 14/209-210)

Betapa indahnya kelembutan. Bila sifat lembut dan menahan amarah ada pada diri seseorang, maka hal itu akan menghiasi dirinya di pandangan manusia dan juga di pandangan Allah.

Fikri Abul Hasan

Channel Telegram
https://t.me/manhajulhaq

Adab Bertanya

Di antara adab-adab bertanya yang harus diperhatikan oleh para tholabatul 'ilmi adalah sebagai berikut:

1. Tujuan bertanya untuk mencari kebenaran dan ingin beramal, bukan untuk mencari-cari keringanan maupun tujuan-tujuan jelek yang lain. (Al-Ushul min 'Ilmil Ushul - Syaikh Al-'Utsaimin) 

Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk menyombongkan diri di hadapan para Ulama, atau ingin bersilat lidah dengan orang-orang bodoh, atau ingin menarik perhatian manusia maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka jahannam.” (HR. Ibnu Majah dan dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albani)

Maka sudah semestinya seorang tholibul 'ilmi meluruskan niatnya agar ikhlas karena Allah sehingga ilmu yang dipelajarinya barokah.

2. Tidak bertanya kecuali kepada orang yang berilmu atau menurut dugaannya yang kuat mampu untuk menjawab. Allah berfirman:

"Maka bertanyalah kalian kepada ahlul 'ilmi apabila kalian tidak mengetahui." (Al-Anbiya': 7)

Yakni ahlul ilmi yang dikenal baik manhajnya dan  lurus aqidahnya.

3. Bertanya dengan penuh penghormatan dan meyakini keahlian pihak yang ditanya. Bertanya bukan untuk menguji yang ditanya. Ini adab yang sangat jelek yang harus dijauhi oleh seorang tholibul 'ilmi.

Al-Imam An-Nawawi berkata, “Hendaklah seorang murid memperhatikan gurunya dengan penuh penghormatan. Dia meyakini keahlian gurunya itu dibandingkan yang lain. Adab seperti itu akan membawa dirinya mengambil faidah yang banyak dari sang guru, dan hal itu akan lebih membekas dalam hati dari pesan-pesan yang didengarnya." (Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab)

4. Sampaikanlah pertanyaan dengan baik dan benar, sebab hukum terhadap sesuatu adalah cabang dari gambaran permasalahannya. Adakalanya seseorang mendapat jawaban yang sifatnya kondisional, namun diberlakukan secara mutlak di setiap situasi dan kondisi. Inilah sesungguhnya yang menjadi sebab fitnah dan kesimpangsiuran.

5. Hindari penyebutan nama ketika menanggapi jawaban dari sang guru, karena perbuatan semacam itu dapat mengadu domba keduabelah pihak. Seperti ucapan, "Sedangkan Syaikh Fulan berkata begini dan begitu!", "Kalau kata Ustadz Fulan begini dan begitu!"

Para Ulama mengajarkan hendaknya menggunakan ungkapan yang lebih umum seperti, "Wahai Syaikh bagaimana menurut engkau jika ada yang berpendapat begini?"

6. Sabar dan husnudzdzhon (baik sangka) bila pertanyaan melalui pesan singkat belum kunjung dijawab. Boleh jadi yang ditanya sedang ada kesibukan, sakit, melayani tamu, sedang safar, ataupun 'udzur-'udzur yang lain. Yahya bin Abi Katsir berkata kepada anaknya, "Sungguh ilmu itu tidak akan diperoleh dengan badan yang santai."

7. Tidak memaksa seorang guru untuk memberi jawaban secara detail dan dilengkapi dalil. Syaikh Al-Albani berkata, “Terkadang seorang 'alim belum memungkinkan baginya mendatangkan dalil atas sebuah pertanyaan. Khususnya apabila dalilnya itu berkenaan dengan kesimpulan hukum yang tidak dinashkan secara gamblang dalam Al-Qur’an was Sunnah. Dalam hal ini tidak pantas bagi penanya untuk terlalu mendalam bertanya apa dalilnya. Menyebutkan dalil memang wajib jika kondisinya menuntut demikian. Akan tetapi tidak wajib baginya setiap kali ditanya harus menjawab Allah berfirman dan Rosulullah bersabda. Terlebih dalam permasalahan fiqh yang luas dan masih diperselisihkan."

(Majalah Al-Asholah)

11/05/2017

Saya Lebih Baik Daripada Dia?

"Ana Khoirun Minhu" (Saya Lebih Baik Daripada Dia)?

Merasa benar tidak melazimkan seseorang merasa lebih baik, lebih suci, paling bertaqwa, pemegang kunci surga. Merasa benar dan merasa lebih baik adalah dua hal yang berbeda. Walhasil jika Anda dikritik lantaran terbukti menyelisihi kebenaran, maka janganlah Anda picik menyebut orang yang mengkritik dengan tudingan merasa lebih baik, "ana khoirun minhu" (saya lebih baik daripada dia), seperti yang dinyatakan Iblis terhadap Adam.

Camkan nasehat pendahulu umat ini, imamnya ahli hadits, Al-Imam Auza'i (157 H) rohmatullah 'alaih:

عليك بالأثر وإن رفضك الناس وإياك وأراء الرجال وإن زخرفوه بالقول فإن الأمر ينجلي وأنت فيه على طريق مستقيم

“Wajib atas engkau berpegang dengan atsar (cara beragama Nabi shollallahu 'alaihi wasallam dan para Shohabat) sekalipun orang-orang menolakmu. Hati-hatilah engkau dari logika dalam beragama meskipun mereka menghiasinya dengan berbagai omongan. Karena perkara agama ini telah sangat jelas dengan atsar dan jika engkau beragama atas dasar atsar itu, maka engkau telah berjalan di atas jalan yang lurus.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah - Al-Imam Ibnu Muflih 2/70)

9/24/2017

Lisan adalah cermin agama seseorang

Al-Imam Abu Hatim bin Hibban Al-Busti berkata, “Lisannya orang yang berakal ada di belakang hatinya, setiap kali ingin mengatakan sesuatu, dia rujukkan kepada hatinya, jika pantas maka ia utarakan, jika tidak maka ia diam. Sedangkan hatinya orang yang jahil (bodoh) berada di ujung lisannya, apa saja yang sampai kepada lisannya maka langsung ia utarakan. Sungguh tidaklah paham agama orang yang tidak menjaga lisannya. (Roudhotul 'Uqola' wa Nuz-hatul Fudhola' hal. 49)

9/23/2017

JIKA INGIN HATIMU LEMBUT

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu :
"Bahwasanya ada seseorang pernah mengadukan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang kerasnya hatinya. Maka Beliau bersabda :

إِنْ أَرَدْتَ تَلْيِيْنَ قَلْبِكَ فَأَطْعِمِ اْلمـِسْكِيْنَ وَ امْسَحْ رَأْسَ اْليَتِيْمِ

“Jika kamu ingin melembutkan hatimu maka berilah makan kepada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim." (HR Ahmad II : 263)

Dalam riwayat lain Beliau Shalallahu alaihi wasallam juga bersabda :

أَدْنِ اْليَتِيْمَ وَ امْسَحْ رَأْسَهُ وَ أَطْعِمْهُ مِنْ طَعَامِكَ يَلِنْ  قَلْبُكَ وَ تُقْدَرْ عَلَى حَاجَتِكَ

“Mendekatlah kepada anak yatim, usaplah kepalanya dan berilah ia makan dari makananmu niscaya hatimu akan lembut dan terpenuhi segala kebutuhanmu." (HR. Ibnu Asakir)

Bagi seorang muslim yang menanggung dan menjamin kehidupan anak yatim dengan memberi makan, pakaian, pendidikan dan selainnya maka kelak ia berada di dalam surga dan tinggal berdampingan dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di dalamnya..

كَافِلُ الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ

“Pemelihara anak yatim, baik dari kerabatnya atau orang lain, aku dan dia (kedudukannya) seperti dua jari ini di surga nanti.” (HR Muslim 2983)

أنا وَ كَافِلُ اليَتِيْمِ في الجَنَّةِ هكَذَا

“Aku dan pemelihara anak yatim di surga nanti, kedudukannya seperti (dua jari) ini”. Dan Beliau memberikan isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dan memisahkan keduanya." (HR. Bukhori 5304)

Jadi saudaraku, Salah satu kutamaan yang sangat besar jika kita terus berusaha hingga akhir hayat sehingga kita termasuk orang-orang yang senantiasa membantu anak yatim dan fakir miskin..

مَنْ خُتِمَ لَهُ بِإِطْعَامِ مِسْكِيْنٍ مُحْتَسِبًا عَلَى اللهِ عز و جل دَخَلَ اْلجَنَّةَ

“Barangsiapa yang diakhir (hidupnya) dengan memberi makan kepada orang miskin dalam rangka mencari keridhoan Allah Azza wa Jalla maka ia akan masuk surga." (HR. Ahmad V/ 391)

Semoga kita termasuk orang-orang yang Allah mudahkan memiliki kelembutan hati, baik dalam memberi, maupun mensikapi..

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ

"Sesungguhnya Allah Maha lemah lembut yang sangat cinta kelembutan dan memberi kepada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada sifat kasar." (HR. Bukhori dan Muslim)

عَلَيْكُمْ بِالرِّفْقِ إنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُوْنُ فِي شَيْءٍ إلاَّ زَانَهُ وَلَا يَنْزِعُ عَنْ شَيْءٍ إلاَّ شَانَهُ

"Bersikaplah lemah lembut, sesungguhnya kelembutan tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan membuatnya indah dan tidaklah kelembutan dicabut dari sesuatu kecuali membuatnya rusak." (HR. Muslim 2594)

مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ كُلَّهُ

"Barangsiapa yang tidak diberi sifat kelembutan maka ia tidak memiliki kebaikan sama sekali." (HR. Muslim 2592)

___________________________

Abdullah bin Suyitno (عبدالله بن سيتب)

Hakikat Mencintai Karena Allah

Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri (161 H) berkata:

إذا أحب الرجل الرجل في الله ، ثم أحدث حدثا ؛ فلم يبغضه عليه ؛ فلم يحبه لله

“Jika seseorang mencintai orang lain karena Allah, kemudian orang yang dicintainya itu membikin bid'ah dalam beragama, lalu dia tidak membencinya maka sungguh dia tidak mencintainya karena Allah." (Riwayat Ibnu Abi Hatim dalam “Al-Jarh Wat Ta’dil” 1/52 sanadnya shahih)

Yakni membiarkan penyimpangannya, tidak menyampaikan nasehat kepadanya, maka pada hakikatnya dia mencintai saudaranya itu karena hawa nafsu.

Bersahabatlah dengan orang-orang yang mencintai kita karena Allah, karena dia akan mengingatkan kita kepada Allah. Al-Imam Dzun Nun Al-Mishri (245 H) berkata, "Bila engkau lupa, dia akan mengingatkanmu. Jika engkau ingat (Allah) dia akan menolongmu." (Shifatus Shofwah 4/315)

https://t.me/manhajulhaq

8/29/2017

Indikasi hati rusak dan kiat memperbaikinya

اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه

Ustadz, ana ingin bertanya.
Bagaimana indikasi hati yang rusak dan apa kiat-kiat untuk memperbaikinya?

Syukron, Ustadz.
Jazaakallahu khoiron wa baarakallaahu fiik.

(Suyono, Admin BiAS N06)

Jawaban

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.

Sejatinya banyak tanda-tanda atau ciri dari hati yang mati, namun yang utama antara lain sebagai berikut:

Yang pertama adalah *mengutamakan syahwat dibanding taat*.
Orang berhati seperti ini akan susah mendapatkan nasihat, atau petunjuk kecuali karena hidayah dari Alloh.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an bahwasanya Alloh Ta’ala berfirman,

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً

_”Sudahkan engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?”_
(QS. Al-Furqan: 43)

Kedua, *terlalu cinta pada dunia*.
Senang tinggal di dunia, tidak merasa asing di dunia, dan tidak merasa rindu kepada akhirat
Alloh Ta’ala berfirman,

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا * وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

_“Bahkan kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.”_
(QS. Al-A’laa: 16-17)

Ketiga, *banyak berbuat hal yang sia-sia*, tidak bermanfaat darinya. Sebagaimana dalam hadits:
Tidak boleh menghabiskan waktu hanya untuk bercanda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

_“Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya.”_
[HR. At-Tirmidzi 2317 dan Ibnu Majah 3976]

Keempat, *banyak tertawa*. Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

_“Janganlah banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati”_
[HR. At-Tirmidzi no. 2305]

Adapun kiat-kiat memperbaikinya adalah sebaliknya, lawan dari apa yang menjadi sebab rusaknya hati di atas.

Wallohu A’lam
Wabillahit Taufiq

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله

Tanya Jawab
Grup Admin Bimbingan Islam N06
Kamis, 2 Rajab 1438H / 30 Maret 2017M

TAK AKAN HILANG, DAN TAK AKAN TERLUPAKAN

Saudaraku...
Janganlah engkau pernah remehkan sekecil apapun bentuk kebaikan...
Dan janganlah pula engkau remehkan sekecil apapun dari bentuk keburukan ataupun kejelekan..

Semua hal tersebut akan terbalaskan tanpa ada suatu yang luput atau bahkan terabaikan tanpa hisab..

👤 Abu Darda' Radhiyallahu anhu berkata:

وَاعْلَمْ أَنَّ البِرَّ لاَ يَبْلَى وَأَنَّ الإِثْمَ لاَ يُنْسَى

"Dan ketahuilah, sesungguhnya kebaikan (seorang hamba) tidak pernah akan hilang, dan sesungguhnya dosa (seorang hamba) tidaklah akan dilupakan." (Tarikh Dimasyq, 47/167, karya Ibnu Asakir)

👤 Ibnu Rajab al-Hanbaly rahimahullah berkata:

‏غداً توفى النفوس ما كسبت ويحصد الزارعون ما زرعوا، إن أحسنوا أحسنوا لأنفسهم، وإن أساؤوا فبئس ما صنعوا

"Esok hari (kiamat) jiwa-jiwa akan disempurnakan balasan atas perbuatan mereka, orang-orang yang menanam akan memanen apa yang mereka tanam, jika mereka berbuat baik maka mereka telah berbuat baik untuk diri mereka sendiri, namun jika mereka berbuat buruk maka alangkah buruknya apa yang mereka perbuatan." (Lathaiful Ma'arif, jilid 1, halaman 232)

🔴 Allah Ta'ala berfirman :

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ  لِغَدٍ  ۚ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ  ؕ  اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (Qs. Al-Hasyr 18)

Maka hendaklah kita mohon ampun kepadaNya bila telah tergelincir dalam lubang dosa, dan teruslah meminta dan berharap taufiq dariNya agar tetap kuat istiqomah dalam amal dan ibadah kita...

_______________________
📜 Penyusun | Abdullah bin Suyitno (عبدالله بن صيتن)

8/20/2017

Penghilang Rasa Sakit

"Jika ridha kepada ALLAH itu kuat, niscaya hilanglah semua rasa sakit."
(Ibnu Rojab, Jaami' 'Ulum wal Hikam 488)

Bukan kongkow,
Bukan sebatas curhat dengan makhluk,
Bukan obat penenang,
Namun ridha pada Sang Pencipta yang mentaqdirkan dengan penuh hikmah dan kasih sayang.

‏﴿٥٩﴾ وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا۟ مَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَقَالُوا۟ حَسْبُنَا ٱللَّهُ سَيُؤْتِينَا ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ وَرَسُولُهُۥٓ إِنَّآ إِلَى ٱللَّهِ رٰغِبُونَ

(59) Kalau saja mereka sungguh-sungguh *ridha* dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami". *niscaya Allah akan memberikan karunia-Nya* dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).
(At Taubah: 59)

✏ Ust. Muhammad Nuzul Dzikri LC

8/16/2017

Akhlaq Antara Tabiat & Usaha

Nabi shollallahu 'alaihi wasallam berkata kepada salah seorang shohabatnya Asaj Abd Al-Qois:

إن فيك خصلتين يحبهما الله : الحلم و الأناة ، قال : يا رسول الله ، أهما خلقان تخلقت بهما أم جبلني الله عليهما ؟ قال : بل الله جبلك عليهما فقال : الحمد لله الذي جبلني على خلقين يحبهما الله ورسوله 

"Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai Allah, yaitu al-hilm (menahan diri ketika marah) dan al-anah (tidak tergesa-gesa). Dia berkata, "Wahai Rosulullah, apakah dua perangai itu aku yang mengusahakannya ataukah Allah yang telah menjadikannya sebagai tabiat bagiku?" Beliau bersabda, "Allah yang menjadikannya sebagai tabiat bagimu." Dia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan dua akhlaq yang dicintai Allah dan Rosul-Nya." (HR. Abu Dawud 5220 dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Syaikh Al-'Allamah Al-'Utsaimin berkata:

فهذا دليل على أن الأخلاق الحميدة الفاضلة تكون طبعا وتكون تطبُّعًا ، ولكن – بلا شك- الطبع أحسن من التطبع ، لأن الخلق الحسن إذا كان طبيعيا صار سجية للإنسان وطبيعة له ، لا يحتاج في ممارسته إلى تكلف، ولا يحتاج في استدعائه إلى عناء ومشقة ، ولكن هذا فضل الله يؤتيه من يشاء ، ومن حرم هذا – أي من حرم الخلق عن سبيل الطبع- فإنه يمكنه أن يناله عن السبيل التطبع 

"Ini adalah dalil bahwa akhlaq yang terpuji itu ada yang terlahir dari tabiat, ada yang karena usaha untuk memperolehnya. Akan tetapi, tidak diragukan lagi, bahwa akhlaq terpuji yang lahir dari tabiat tentu lebih baik dari akhlaq terpuji yang dicapai melalui usaha. Karena jika akhlaq itu lahir dari tabiat, maka ia telah menjadi watak dan karakter bagi dirinya, dia tidak butuh usaha untuk membiasakan diri dan melatihnya. Akan tetapi yang demikian itu adalah karunia yang Allah berikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang tidak diberi tabiat yang baik akhlaqnya, maka dia dapat memperolehnya melalui jalan usaha untuk membiasakan diri berakhlaq mulia." (Makarimul Akhlaq hal. 13)

Maka akhlaq yang baik adalah perangai yang dicintai oleh Allah dan Rosul-Nya. Karena itu Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam diutus di tengah-tengah manusia juga dalam misi menyempurnakan akhlaq yang mulia.

Lalu apa perbedaan akhlaq dan adab?

Akhlaq adalah watak seseorang, ada yang baik, ada yang tercela. Akhlaq ada yang bawaan atau tabiat, dan ada yang bentukan atau diusahakan untuk memperolehnya. Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas.

Sedangkan adab adalah perkataan dan perbuatan yang diajarkan oleh syariat, seperti adab terhadap Allah, Rosul-Nya shollallahu 'alaihi wasallam, adab bertanya, adab menjawab, adab penuntut ilmu, adab bermajelis, adab terhadap guru dan adab-adab yang lain.

Akhlaq dan adab memiliki hubungan yang erat, dan baiknya akhlaq menunjukkan kesempurnaan iman (aqidah) seseorang sebagaimana sabda Nabi shollallahu 'alaihi wasallam, "Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya." (HR. At-Tirmidzi 1162)

Fikri Abul Hasan

Telegram Channel
manhajulhaq

5/04/2017

Adab Mendengar Ilmu

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

1. Diam, fokus, dan hilangkan pemikiran lain. Dengarkan dengan seksama!

2. Ingat az-Zumar 17-18, “Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya[1310] dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[1311]. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal”

3. Para sahabat Nabi, saat mendatangi majelis rasulullah, mereka duduk seakan-akan di kepala mereka bertengger seekor burung. Tidak ada gerak dan perkataan, saking khusyu’ nya.

4. Yang harus dimiliki penuntut ilmu : niat ikhlas; diam & mendengarkan dengan seksama; memahaminya; mengamalkan; mendakwahkannya.

5. Dalam Surat Al Hujurat : 2, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu[1408], sedangkan kamu tidak menyadari.”

6. Maka, saat hadits dibacakan, hukumnya sama saja dengan saat mendengar Nabi bersabda. Jika kita berbicara sendiri, sama artinya dengan meninggikan suara melebihi suara Nabi. Apalagi, jika yang dibacakan adalah Al Qur’an.

7. Di majelis Abdurrahman bin Mahdi,seorang ulama. Suasanya seakan seperti sedang shalat, hening. Tidak ada yang berbicara. Bahkan tidak ada yang berani sekedar meraut pensil, khawatir akan muncul suara yang mengganggu.

8. Suatu ketika, di majelis tersebut, ada seseorang penuntut ilmu yang tiba-tiba tertawa cekikik entah karena alasan apa. Lalu, sang ulama bertanya, “Siapa yang tertawa?”, ditunjuklah orang tersebut. Lalu apa yang dikatakan sang alim, “Anda belajar ilmu hadits, dan anda tertawa. Maka pengajian ini saya liburkan satu bulan!”. Dalam riwayat lain, beliau langsung menutup majelis, dan mengambil alas kaki untuk pergi dari majelis tersebut.

9. Khusus hal di atas, ini terjadi karena sang penuntut ilmu sudah terkondisikan sebagai orang-orang yang sangat haus akan ilmu. Maka, hukuman yang diberikan al ustadz memang dapat memberikan pelajaran berharga untuk tidak main-main di majelis ilmu. Bagaimana dengan perlakuan jaman sekarang?

10. Sang ulama tersebut memberi hukuman, bukanlah karena merasa hak-nya sebagai pembicara tidak dipenuhi, melainkan karena Allah. Marahnya karena Allah dan rasulNya. Ya, marahnya adalah karena sabda Nabi tidak didengarkan dengan seksama.  Sang ulama cemburu karena Allah tidak diperhatikan oleh para penuntut ilmu.

11. Mengeraskan volume suara di hadapan hadits dibacakan adalah sama saja mengeraskan suara di hadapat rasulullah. Bukankah itu dilarang? Rasul saja tidak dihargai, apalagi ustadznya.

12. Diam atau mendengarnya kita dengan seksama adalah menunjukkan pengagungan dan penghormatan kita pada Allah dan rasulnya.

13. Jenuh, biasa. Tapi, bagaimana kita jangan sampai terpancing untuk berbicara sendiri atau melakukan hal-hal yang tidak penting. Ibarat kita sedang berada duduk di kursi VIP di hadapan presiden dan jajarannya. Lalu sang presiden menyampaikan pidato kenegaraan. Apakah kita berani untuk sekedar memutar badan karena pegal, apalagi berbincang sendiri, atau sms-an/BBM-an?

14. Teringat kisah Imam Malik yang menahan rasa sakit di kakinya, ketika suatu majelis masih berlangsung. Dan nyatanya, rasa sakit itu adalah karena gigitan berkali-kali dari seekor kalajengkin yang masuk ke dalam sepatu boatnya.

15. Saat ditanya oleh seorang murid, “Apa yang mencegah Al Imam untuk berteriak atau menyampaikan permasalahan itu saat gigitan kalajengking yang pertama?”

16. Apa kata sang Imam, “Aku malu dengan Rasul. Aku sungkan ketika hadits Nabi dibacakan, tetapi justru aku potong karena rasa sakit yang aku rasakan!”. Itu sama saja memotong pembicaraan nabi yang sedang berbicara di hadapan kita. Memotong pembicaraan atasan saja kita tidak berani. Apalagi rasul?

17. Ingat, perintah Allah yang kita hadapi sekarang bukanlah perintah menumpahkan darah di medan perang, atau hal yang lain, melainkan hanya perintah untuk diam di dalam majelis ilmu.

18. Di antara alasan kita diam tersebut adalah agar tidak mendzalimi orang lain, yaitu dengan mengajak berbincang sehingga ia terganggu tidak mendengarkan, atau dengan merusak konsentrasinya. Yang lebih parah jika ada penjelasan yang terpotong karena konsentrasinya teralihkan pada kita. Padahal, mendzalimi orang yang beraktivitas mubah saja tidak diperbolehkan. Apalagi mengganggu orang yang nyata-nyata sedang beribadah (yaitu mencari ilmu)

19. Terakhir, kita diperintahkan untuk menjaga anak-anak kita supaya tidak mengganggu saat kajian berlangsung. Membawa anak ke majelis ilmu sangat dianjurkan, tapi kewajiban kita pula adalah menjaganya agar tidak mendzalimi yang lain.

# Catatan dari mendengar kajian radio sunnah.

4/27/2017

Baru Seminggu Buka Usaha Langsung Tutup

Bismillah,

Tidak sulit mendapati orang buka usaha tempat makan, toko, warung kelontong, properti atau usaha lainnya, baru berjalan hitungan hari atau minggu ternyata sudah tutup karena tidak laku. Ada juga yang membuka usaha tapi bangkrut akhirnya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Mengapa begitu sulit mencari rezeki?

Sebenarnya ada banyak faktor yang menyebabkan hal itu, seperti kurang matangnya konsep sebelum memulai usaha, manajemen yang kurang baik dalam menjalankan rodanya, dan berbagai sebab lainnya.

Dalam tulisan ini, penulis hanya akan menyebutkan satu sebab saja, mengapa rezeki begitu sulit terbuka untuk mereka, melalui beberapa hadits berikut ini:

إن الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه

“Sesungguhnya seseorang benar-benar terhalang rezekinya akibat dosa yang diperbuatnya.” (HR. Ahmad)

مطل الغني ظلم

“Menunda-nunda pembayaran bagi orang kaya (yang mampu melakukannya) adalah kezaliman (dosa).” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud)

Mengkompromikan dua dalil di atas, kita tidak bisa pungkiri, bahwa seseorang akan susah menembus pintu rezeki, jika dia melakukan kezaliman dengan menahan hak orang lain yang ada pada dirinya, padahal dia mampu memberikan atau mengembalikannya.

Di antara bentuk nyatanya adalah:
Menunda, berpura-pura lupa atau bahkan sengaja tidak membayar cicilan/utangnya.
Menunda, berpura-pura lupa atau bahkan sengaja tidak membayar gaji karyawannya.
Menunda, berpura-pura lupa atau bahkan sengaja tidak membayarkan bagi hasil kepada rekan usahanya, bahkan curang dengan membagi tidak sesuai kesepakatan, agar dirinya mendapatkan lebih.

Begitulah sebagian orang. Mereka sibuk membangun usaha baru, toko baru, cabang baru, tapi tidak sibuk memikirkan orang lain yang menunggu-nunggu pengembalian uang dan pembayaran gajinya. Orang kadang bertanya, “Mengapa antum buka usaha ini, kredit ruko ini, beli pick up ini, beli perabot ini, buka cabang disini, sementara keuntungan usaha untuk saya belum antum bayarkan?”

Parahnya, orang akhirnya pulang dengan mengatakan, “Semoga Allah tidak memberikan keberkahan pada perdaganganmu! Semoga Allah bangkrutkan usahamu!”

Jadilah doa orang itu dikabulkan Allah karena memang doa orang yang terzalimi tidak ditolak-Nya. Camkan wahai pembaca!

Karenanya, kami tutup tulisan ini dengan nasehat melalui kutipan hadits Nabi yang mulia,

إن روح القدس نفث في روعي أنه لن تموت نفس حتى تستكمل رزقها، فاتقوا الله وأجملوا في الطلب، فإنه لا ينال ما عند الله إلا بطاعته

“Sesungguhnya Jibril membisikkan di benakku bahwa jiwa itu tidak akan mati sampai disempurnakan rezekinya. Karenanya bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah cara mencari rezeki itu, karena rezeki yang ada di sisi Allah tidak akan didapatkan kecuali dengan menjalankan ketaatan kepada-Nya.” (HR. Al-Hakim)

Oleh: Ustadz Muflih Safitra
http://pengusahamuslim.com/5875-baru-seminggu-buka-usaha-langsung-tutup.html

5 Catatan Tentang Puasa Senin-Kamis

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

-- Pertama, keutamaan puasa senin kamis

Puasa senin kamis, termasuk puasa sunah yang menjadi kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالخَمِيسِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan puasa di hari senin dan kamis. (HR. Turmudzi 745 dan dishahihkan Al-Albani).

Kemudian disebutkan dalam hadis dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa puasa setiap senin dan kamis. Ketika beliau ditanya alasannya, beliau bersabda,

إِنَّ أَعْمَالَ الْعِبَادِ تُعْرَضُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ

“Sesungguhnya amal para hamba dilaporkan (kepada Allah) setiap senin dan kamis.” (HR. Abu Daud 2436 dan dishahihkan Al-Albani).

Inilah yang menjadi alasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merutinkan puasa senin dan kamis. Beliau ingin, ketika amal beliau dilaporkan, beliau dalam kondisi puasa.

-- Kedua, apakah niat puasa senin kamis harus dimulai sejak sebelum subuh?

Ada dua pendapat ulama terkait niat posisi niat puasa sunah, apakah wajib dilakukan sebelum subuh, ataukah boleh baru dihadirkan di siang hari.

Kita simak keteragan di Ensiklopedi Fiqh,

ذهب جمهور الفقهاء – الحنفية والشافعية والحنابلة – إلى أنه لا يشترط تبييت النية في صوم التطوع، لحديث عائشة رضي الله تعالى عنها قالت: دخل علي رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم فقال: هل عندكم شيء؟ فقلنا: لا، فقال: فإني إذا صائم . وذهب المالكية إلى أنه يشترط في نية صوم التطوع التبييت كالفرض. لقول النبي صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت الصيام من الليل فلا صيام له. فلا تكفي النية بعد الفجر، لأن النية القصد، وقصد الماضي محال عقلا

Mayoritas ulama – Hanafiyah, Syafiiyah, dan Hambali – berpendapat bahwa tidak disyaratkan, niat puasa sunah harus dihadirkan sebelum subuh. Berdasarkan hadis Aisyah Radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan,

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemuiku pada suatu hari. Lalu beliau bertanya, “Apakah kamu memiliki makanan?” Kami jawab, ‘Tidak.’

Lalu beliau mengatakan, “Jika demikian, saya puasa saja.”

Sementara Malikiyah berpendapat bahwa dalam puasa sunah disyaratkan harus diniatkan sejak sebelum subuh, sebagaimana puasa wajib. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa yang tidak berniat puasa di malam hari (sebelum subuh) maka tidak ada puasa baginya.” Sehingga tidak boleh niat setelah subuh. Karena inti niat adalah keinginan untuk beramal. Sementara menghadirkan keinginan amal yang sudah lewat itu mustahil. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 28/88)

Sebagai contoh kasus, ketika hari senin, si A tidak ada keinginan untuk puasa. Sehingga dia tidak sahur. Namun sampai jam 7.00, dia belum mengkonsumsi makanan maupun minuman apapun. Ketika melihat istrinya puasa, si A ingin puasa. Bolehkah si A puasa?

Jawab: Jika kita mengambil pendapat jumhur, si A boleh puasa. Karena sejak subuh dia belum mengkonsumsi apapun.

-- Ketiga, Bolehkah puasa senin saja atau puasa kamis saja

Berdasarkan hadis Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merutinkan puasa hari senin dan kamis.

Lalu apakah ini satu kesatuan, dua ibadah puasa yang berbeda?.

Para ulama menegaskan, puasa di dua hari ini bukan satu kesatuan. Artinya, orang boleh puasa senin saja atau kamis saja. Karena tidak ada perintah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa dua hari itu harus dipasangkan, demikian pula tidak ada larangan dari beliau untuk puasa senin saja atau kamis saja.

Dalam Fatwa Syabakah Islamiyah dinyatakan,

ويستحب صيام الخميس من كل أسبوع في المحرم وغيره، وليس استحباب صيامه مرتبطا بصيام الاثنين قبله , بل يشرع لك أن تصومه وإن لم تصم الاثنين؛ لأن الأعمال تعرض يوم الخميس، وقد روى أبو داود في سننه: أن نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، وَسُئِلَ عَنْ ذَلِكَ؟ فَقَالَ: إِنَّ أَعْمَالَ الْعِبَادِ تُعْرَضُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ . اهــ

Dianjurkan untuk berpuasa sunah hari kamis di setiap pekan, baik ketika bulan muharram maupun di luar muharram. Dan anjuran puasa hari kamis tidak ada kaitannya dengan puasa senin sebelumnya. Bahkan anda dianjurkan untuk puasa hari kamis, sekalipun anda tidak puasa hari senin. Karena amal manusia dilaporkan di hari kamis. Diriwayatkan Abu Daud dalam sunannya, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa puasa setiap senin dan kamis. Ketika beliau ditanya alasannya, beliau bersabda, “Sesungguhnya amal para hamba dilaporkan (kepada Allah) setiap senin dan kamis.”

(Fatwa Syabakah Islamiyah, no. 192137)

Keterangan lain juga disampaikan Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi,

لا بأس يفرد الاثنين أو الخميس، فالمنهي عن إفراده الجمعة لقول النبي صلى الله عليه وسلم: “لا تخصوا ليلة الجمعة بقيام من بين الليالي ولا يومها بصيام من بين الأيام” رواه مسلم

Tidak masalah puasa senin saja atau kamis saja. Karena yang dilarang adalah puasa hari jumat saja, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Janganlah kalian khususkan malam jumat dengan shalat tahajud sementara di malam-malam lain tidak, dan jangan khususkan hari jumat dengan puasa, sementara di hari-hari lainnya tidak puasa.” HR. Muslim

Selanjutnya beliau kembali menegaskan,

أما الاثنين لا بأس تفرد الاثنين تفرد الخميس تفرد الأربع لا بأس، هذا إنما خص بالجمعة

“Adapun hari senin, tidak masalah senin saja atau kamis saja, puasa empat hari saja tidak masalah. Larangan ini hanya khusus untuk puasa hari jumat saja.”

-- Keempat, Bolehkah niat puasa senin kamis digabungkan dengan puasa sunah lain

Para ulama membahas masalah ini dalam kajian at-Tasyrik bin Niyat ‘menggabungkan niat’.

Batasannya, apa ada amal yang statusnya laisa maqsudan li dzatih, tidak harus ada wujud khusus, artinya dia hanya berstatus sebagai wasilah atau bisa digabungkan dengan yang lain, maka niatnya bisa digabungkan dengan amal lain yang sama.

Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah dinyatakan,

فجمع أكثر من نية في عمل واحد هو ما يعرف عند أهل العلم بمسألة التشريك، وحكمه أنه إذا كان في الوسائل أو مما يتداخل صح، وحصل المطلوب من العبادتين، كما لو اغتسل الجنب يوم الجمعة للجمعة ولرفع الجنابة فإن جنابته ترتفع ويحصل له ثواب غسل الجمعة

Menggabungkan beberapa niat ibadah dalam satu amal, dikenal para ulama dengan istilah ‘at-Tasyrik’. Hukumnya, jika amal itu terkait wasilah, atau bisa digabungkan, maka dia boleh digabungkan. Dan dia bisa mendapatkan dua ibadah.

Seperti orang yang mandi junub pada hari jumat, untuk mandi jumat dan sekaligus untuk menghilangkan hadats besarnya, maka status hadats besar junubnya hilang, dan dia juga mendapatkan pahala mandi jumat.

Selanjutnya, tim Fatwa Syabakah menyatakan,

فإذا تقرر هذا فاعلم أنه لا حرج في الجمع بين صيام الإثنين والخميس وبين أي صوم آخر، لأن الصوم يوم الإثنين والخميس إنما استحب لكونهما يومين ترفع فيهما الأعمال

Dengan memahami ini, anda bisa menyatakan bahwa tidak masalah menggabungkan antara puasa senin kamis dengan puasa sunah lainnya. Karena puasa senini kamis, dianjurkan karena posisinya di dua hari yang menjadi waktu dilaporkannya amal kepada Allah. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 103240).

-- Kelima, Pahala tetap mengalir, sekalipun tidak puasa

Bagian ini untuk memotivasi kita agar istiqamah dalam menjalankan amal sunah.

Ketika anda memiliki kebiasaan amalan sunah tertentu, baik bentuknya shalat, puasa, atau amal sunah lainnya, dan anda tidak bisa melakukannya karena udzur sakit atau safar, maka anda akan tetap mendapatkan pahala dari rutinitas amal sunah yang anda kerjakan.

Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Jika seorang hamba itu sakit atau bepergian maka dicatat untuknya (pahala) sebagaimana (pahala) amalnya yang pernah dia lakukan ketika di rumah atau ketika sehat.” (HR. Bukhari 2996).

Al Hafidz al-‘Aini mengatakan,

هذا فيمن كان يعمل طاعة فمنع منها، وكانت نيته لولا المانع أن يدوم عليها

”Hadis ini bercerita tentang orang yang terbiasa melakukan amal ketaatan kemudian terhalangi (tidak bisa)

mengamalkannya karena udzur, sementara niatnya ingin tetap merutinkan amal tersebut seandainya

tidak ada penghalang.” (Umdatul Qori, 14/247)

Dan itulah keistimewaan orang yang beriman. Pahala rutinitas amal baiknya diabadikan oleh Allah.

Al Muhallab mengatakan,

“Hadis ini sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an, Allah berfirman,

إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

”Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh mereka mendapatkan pahala yang tidak pernah terputus.” (QS. At Tin:6)

maksudnya mereka (orang-orang yang beriman) mendapatkan pahala ketika mereka sudah tua dan lemah

sesuai dengan amal yang dulu pernah mereka kerjakan ketika masih sehat, tanpa terputus. Oleh karena itu,

setiap sakit yang menimpa, selain yang akut dan setiap kesulitan yang dialami ketika safar dan sebab lainnya, yang menghalangi seseorang untuk melakukan amal yang menjadi kebiasaannya, maka Allah telah memberikan kemurahannya dengan tetap memberikan pahala kepada orang yang tidak bisa melakukan amal tersebut karena kondisi yang dialaminya.” (Syarh Shaih Al Bukhari oleh Ibn Batthal, 3/146).

Untuk itu, carilah amal sunah yang ringan, yang memungkinkan untuk anda lakukan secara istiqamah sampai akhir hayat, selama fisik masih mampu menanggungnya. Karena amal yang istiqamah meskipun sedikit, lebih dicintai Allah, dari pada banyak namun hanya dilakukan sekali dua kali.

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا ، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ

“Wahai para manusia, beramal-lah sesuai dengan kemampuan kalian. Karena sesungguhnya Allah tidak

akan bosan sampai kalian bosan. Sesungguhnya amal yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang paling rutin dikerjakan meskipun sedikit.” (HR. Bukhari 5861 )

Allahu a’lam.

Oleh Ustadz Ammi Nur Baits
https://konsultasisyariah.com/24479-5-catatan-tentang-puasa-senin-kamis.html

3/20/2017

SEMANIS MADU

Syaikh Al-Albani -rahimahullah- seringkali mendoakan orang yg telah berbuat baik kepada beliau dengan ucapan:
ﻋﺴّﻠﻚ ﺍﻟﻠﻪ
"Assalakallah" (Semoga Allah menjadikanmu semanis madu)".
.
Beliau mengambil doa ini dari hadits Nabi -shallallãhu 'alaihi wa sallam- yg berbunyi:

" ﺇﺫﺍ ﺃﺣﺐَّ ﺍﻟﻠّﻪ ﻋﺒﺪﺍً ﻋﺴّﻠَﻪ ! "
ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻣﺎ ﻋﺴّﻠَﻪ ؟ . ﻗﺎﻝ : " ﻳﻔﺘﺢ ﺍﻟﻠّﻪ - ﻋﺰ ﻭﺟﻞ - ﻟﻪ ﻋﻤﻼً ﺻﺎﻟﺤﺎً ﻗﺒﻞ ﻣﻮﺗﻪ ﺛﻢّ ﻳﻘﺒﻀﻪ ﻋﻠﻴﻪ ." [ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ‏( ١٧٨١٩ ‏) ] .

"Apabila Allah mencintai seorang hamba-Nya, maka Dia menjadikannya semanis madu."
Para sahabat pun bertanya, "(Ya Rasulullah) Apa maksud: Dia menjadikannya semanis madu?"
Beliau bersabda, “Allah bukakan baginya (pintu taufiq) untuk beramal soleh sebelum ia meninggal, kemudian Allah cabut nyawanya (dalam keadaan husnul khatimah).” [HR. Ahmad No. 17819]
.
Ketika membawakan hadis ini, Syaikh Al-Albani menjelaskan,
ﻭﺃﻣﺎﺭﺓ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﻌﺴﻴﻞ ، ﺑﺄﻥ ﻳﺮﺿﻰ ﻋﻨﻪ ﻣﻦ ﺣﻮﻟﻪ ﻟﻤﺎ ﺛﺒﺖ ﻓﻲ ﺯﻳﺎﺩﺓٍ ﻣﺮﻓﻮﻋﺔٍ ﻟﻠﻨّﺒﻲّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠّﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
“Di antara tanda Allah menjadikannya semanis madu adalah: Allah jadikan orang yang berada di sekitarnya menjadi ridha kepadanya. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam“. [Silsilah as-Shahĩhah, keterangan Hadis No. 1114].
.
Adapun menurut Imam Al-Munawi rahmatullah 'alaihi,
ﻋﺴﻠﻪ ؛ ﺃﻱ ﻃﻴﺐ ﺛﻨﺎﺀﻩ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ
Menjadikannya semanis madu, maksudnya: "Allah jadikan ia terpuji/terhormat di tengah masyarakat." [At-Taisĩr bi Syarh Jãmi’ ash-Shaghĩr, 1/126].

1/07/2017

BUGHATS

Seorang ulama dari Suriah bercerita ttg do'a yg selalu ia lantunkan. Ia selalu mengucapkan do'a seperti berikut ini.

*ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﺭﺯُﻗﻨَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺮﺯُﻕُ ﺍﻟﺒُﻐَﺎﺙََ*

"Ya Allah, berilah aku rezeki sebagaimana Engkau memberi rezeki kpd *bughats*"_

Apakah "bughats" itu...?
Dan bagaimana kisahnya...?

"Bughats" anak burung gagak yg baru menetas. Burung gagak ketika mengerami telurnya akan menetas mengeluarkan anak yg disebut "bughats". Ketika sdh besar dia menjadi gagak (ghurab).

Apa perbedaan antara bughats & ghurab...?

Telah terbukti secara ilmiah, anak burung gagak ketika baru menetas warnanya bukan hitam seperti induknya, karena ia lahir tanpa bulu. Kulitnya berwarna putih.

Di saat induknya menyaksikanya, ia tdk terima itu anaknya, hingga ia tdk mau memberi makan dan minum, lalu hanya mengintainya dari kejauhan saja.

Anak burung kecil malang yg baru menetas dari telur itu tdk mempunyai kemampuan untuk banyak bergerak, apalagi untuk terbang.
Lalu bgmna ia makan dan minum...?

Allah Yang Maha Pemberi Rezeki yg menanggung rezekinya, karena Dialah yg tlh menciptakannya.

Allah menciptakan AROMA tertentu yg keluar dr tubuh anak gagak yg dpt mengundang datangnya serangga ke sarangnya. Lalu berbagai macam ulat & serangga berdatangan sesuai dengan kebutuhan anak gagak, lalu ia pun memakannya...
Bismillahi Masya Allah...

Keadaannya terus seperti itu sampai warnanya berubah menjadi hitam, karena bulunya sdh tumbuh.

Ketika itu barulah gagak mengetahui itu anaknya & ia pun mau memberinya makan sehingga tumbuh dewasa & bisa terbang mencari makan sendiri.
Secara otomatis aroma yg keluar dari tubuhnya pun hilang & serangga² tdk berdatangan lagi ke sarangnya.

Dia-lah Allah, Ar Razaq, Yg Maha Penjamin Rezeki...

*... نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَّعِيشَتَهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا .*
...Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia...
(QS. Az-Zukhruf: Ayat 32)

Rezekimu akan mendatangimu di mana pun engkau berada, selama engkau menjaga ketakwaanmu kepada Allah, sbgmn sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam:

"Sesungguhnya Malaikat Jibril membisikkan di dlm qalbuku bahwa seseorang tdk akan meninggal sampai sempurna seluruh rezekinya. Ketahuilah, bertaqwalah kpd Allah, dan perindahlah caramu meminta kpd Allah. Jgn sampai keterlambatan datangnya rezeki membuatmu mencarinya dgn cara bermaksiat kpd Allah. Sesungguhnya tdk akan didapatkan sesuatu yg ada di sisi Allah kecuali dgn menta'atinya."

Jadi...
Tidaklah pantas bagi orang-orang yang beriman berebut rezeki & seringkali tdk mengindahkan halal haramnya rezeki itu dan cara memperolehnya.

Yuk introspeksi diri, apakah muamalah dan pekerjaan yg kita lakukan ini sudah sesuai hukum الله atau belum. Mengetahui status hukum perbuatan dulu baru berbuat....itulah sikap selayaknya seorang muslim.

*اَللّٰهُمَّ اَكْفِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ.*

“Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang halal, sehingga aku tidak memerlukan yang haram, dan berilah aku kekayaan dengan karuniamu, sehingga aku tidak memerlukan bantuan orang lain, selain diri-Mu.” (HR. Ahmad)

Selamat bekerja....semoga dipenuhi keberkahannya dan mencari karunia الله di bumi milik-Nya

TAFAKKUR FII KHOLQILLAH
SEMOGA BERMANFAAT 🙏🙏🙏

Diposting dan disebarkan kembali oleh Maa Haadzaa

Silahkan bergabung untuk mendapatkan info seputar kajian dan atau ilmu sesuai sunnah
Melalui:
Website https://www.maahaadzaa.com
Join Channel Telegram https://goo.gl/tF79wg
Like Facebook Fans Page https://goo.gl/NSB792
Subscribe YouTube https://goo.gl/mId5th
Follow Instagram https://goo.gl/w33Dje
Follow Twitter https://goo.gl/h3OTLd
Add BBM PIN:D3696C01
WhatsApp Group khusus *Ikhwan* https://goo.gl/xPQAMw
WhatsApp Group khusus *Akhwat* https://goo.gl/sH9EqA

Silahkan disebarluaskan tanpa merubah isinya. Semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita.
Jazaakumullahu khairan.