12/11/2015

Hakikat Baik dan Buruk (II)

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

عَنِ النَّوَّاسِ ابْنِ سَمْعَانَ رضي اللّه عنه قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم عَنِ الْبِرِّ وَ اْلأِثْمِ فَقَالَ اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَ اْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ (أخرجه مسلم)

Dari shahābat Nawās bin Sam'ān radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang kebajikan dan tentang dosa. Kebajikan adalah akhlaq yang mulia. Dan dosa adalah apa yang membuat hatimu gelisah dan engkau tidak suka kalau orang-orang melihat apa yang engkau lakukan tersebut. (HR. Imam Muslim dalam Shahīhnya).

Telah kita bahas pada pertemuan sebelumnya tentang makna al-birru husnul khulūq (kebajikan adalah akhlaq yang mulia).

Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas potongan hadits yang ke-2 yaitu tentang dosa.

وَاْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

Dosa adalah apa yang menggelisahkan engkau dihatimu. Dan engkau tidak suka jika orang-orang melihat kau melakukannya.

Hadits ini menjelaskan tentang barometer untuk mengenal dosa. Tentunya, dosa-dosa adalah melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Untuk mengenal dosa, kita bisa melihat dengan mempelajari Al-Qurān dan sunnah-sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam;

■ Apa yang dilarang oleh Allāh dalam Al-Qurān maka itu adalah dosa.
■ Apa yang dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadits-haditsnya maka itu adalah dosa.

Namun terkadang, ada perkara yang kita lakukan yang kita tidak sempat untuk melihat/mengecek dalilnya atau kita tidak tahu dalilnya. Tetapi tatkala kita hendak melakukannya muncul kegelisahan dalam dada kita dan muncul ketidaktenangan dalam hati kita tatkala kita hendak melakukannya, ingatlah ini merupakan ciri dosa.

Karena dalam hadits ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan barometer dan indikator untuk mengenal dosa, Beliau menyebutkan 2 ciri, yaitu :

⑴ Menjadikan dadamu gelisah
⑵ Engkau tidak suka untuk dilihat oleh orang lain

Kalau anda melakukan suatu perkara kemudian anda merasa tenang, hati tidak merasa gelisah dan kalau orang lain tahu pun tidak jadi mengapa, maka ini bukan dosa.

Tapi tatkala anda melakukan sesuatu, kemudian ternyata hati anda gelisah atau tidak tenang dan tidak ingin orang lain (tetangga/sahabat/istri atau ustadz kita) tahu, maka ini merupakan ciri dosa, maka berhati-hatilah. Dan sebaiknya kita meninggalkan perkara yang menimbulkan ketidaktenangan tersebut.

Namun ingat kata para ulama, hadits (sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam) ini berkaitan dengan orang yang hatinya masih sesuai dengan fitrah, bukan orang-orang yang melakukan kemaksiatan yang fitrahnya sudah rusak, yang membanggakan kemaksiatan-kemaksiatan yang mereka lakukan, tidak punya malu. Tentu hadits ini tidak berlaku bagi mereka, seperti:

• orang-orang yang memamerkan aurat mereka
• orang-orang yang minum khamr dihadapan banyak orang
• orang-orang yang bangga dengan kejahatan-kejahatan/maksiat-maksiat yang mereka lakukan
• orang-orang yang terkadang menshooting diri mereka tatkala mereka sedang bermaksiat, sedang berzina lalu mereka sebarkan di dunia-dunia maya.

Ini semua tidak berlaku bagi mereka disini karena fitrah mereka telah rusak.

Adapun hadits ini berlaku untuk orang yang masih punya rasa malu, yang fitrahnya masih baik. Maka untuk mengenal dosa atau tidak, maka dia memiliki 2 ciri/indikator:

⑴ Hatinya tidak tenang
⑵ Dia tidak suka kalau ada orang yang melihatnya

Oleh karenanya ikhwan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Sebagian ulama menjadikan hadits ini sebagai dalil bahwasanya dosa itu pasti mendatangkan kegelisahan. Sebagaimana penjelasan Ibnul Qayyim rahimahullāhu Ta'āla:

Barang siapa yang bermaksiat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla pasti dia gelisah, pasti dia tidak tenang. Sebagaimana kalau orang yang mengingat Allāh :

ِ ۗأَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

"Ketahuilah dengan mengingat Allāh maka hati menjadi tenang. (Ar-Ra'du:28)

Maka kebalikannya, kalau lupa dan maksiat kepada Allāh, maka pasti mendatangkan kegelisahan & gundah gulana, hatinya tidak tenang & tidak tentram sampai dia bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjauhkan kita dari segala dosa. Dan semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang tawwābīn, yaitu jika kita berdosa segera kita bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Demikianlah.

وبالله التوفيق والهداية

Sampai bertemu pada halaqoh berikutnya.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

__________________________

Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitābul Jāmi' | Bulughul Maram
Hadits ke-3 | Hakekat Kebaikan dan Dosa Bagian 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar