8/20/2015

20 SEBAB KENAPA HARUS MEMAAFKAN (III)

Lanjutan pembacaan risalah yang ditulis oleh Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh yang topiknya adalah:
20 Sebab Kenapa Kita Harus Memaafkan Orang Yang Menzhalimi Kita”. (bagian sebelumnya)
KEEMPAT
Hendaknya dia ingat kalau dia memaafkan dan berbuat baik maka hal itu akan menimbulkan di dalam hatinya hati yang bersih, hati yang jauh dari ghill, hati yang jauh dari keinginan buruk, hati yang jauh dari keinginan membalas dendam.
Dan ini adalah suatu kelezatan yang luar biasa kata Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah.
KELIMA
Hendaknya dia mengetahui bahwasanya tidaklah seorang pun yang membalas untuk membela jiwanya (nafsunya) kecuali hal itu akan menimbulkan kehinaan (kerendahan) di dalam hatinya (jiwanya).
Kalau dia memaafkan, maka Allãh akan muliakan dia.
Dan ini adalah yang pernah di kabarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dimana Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“…tidaklah seseorang memaafkan kecuali Allãh akan menambah kemuliaannya… ”
(HR. Muslim)
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan hadits ini berkaitan dengan 3 perkara yang diluar zhahir;
• ⑴
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidak mengurangi harta.”
• ⑵
وما زاد اللهُ عبدًا بعفوٍ إلَّا عزًّا
“Seorang hamba tidaklah memaafkan kecuali Allãh akan menambah kemuliaannya.”
• ⑶
وما تواضَع أحدٌ للهِ إلَّا رفعه اللهُ
“Tidaklah seorang tawadhu karena Allãh kecuali Allãh akan mengangkatnya.”
KEENAM
Hendaknya dia ingat bahwasanya balasan sesuai dengan perbuatan, dia ingat bahwasanya jiwanya pun zhālim dia adalah hamba yang penuh dosa.
Dan ingat, barangsiapa yang memaafkan orang lain maka dia akan dimaafkan oleh Allãh Subhanallahu wata’allã.
Oleh karenanya, ini adalah a’zhamul fawāid (faidah yang paling besar), jika anda ingin dimaafkan oleh Allāh maka maafkanlah orang lain.
KETUJUH
Hendaknya seseorang ingat, jika dia sibuk, menyibukkan dirinya untuk balas dendam dan untuk membalas kezhaliman orang lain, maka akan habis waktunya.
KEDELAPAN
Bahwasanya seorang yang tatkala dia membalas dendam sesungguhnya dia sedang menolong nafsunya.
Dia bukan membalas karena Allãh tapi membalas karena jiwanya. Dan kebanyakan orang seperti itu.
Padahal Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam-dan dia adalah seorang Nabi-yang ketika seseorang mengganggunya, (mengganggu Nabi adalah mengganggu Allãh, mengganggu Nabi berarti mengganggu agama Allãh)  nabi tidak pernah membela dirinya.
Kalau yang disakiti dirinya, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak pernah berontak padahal jiwanya adalah jiwa yang paling mulia, jiwa yang penuh dengan akhlaq yang mulia yang jauh dari keburukan.
Itupun tidak pernah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bela jiwanya, yang Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bela adalah kalau ada hak Allāh yang terlanggar baru Nabi marah. Kalau tidak dia yang disakiti, dia tidak pernah membalas.
KESEMBILAN
Jika ternyata anda diganggu (dizhalimi) oleh orang lain karena perjuangan di jalan Allãh:
– karena anda berdakwah, –
– karena menyuruh kepada yang ma’ruf,
– karena mencegah dari yang mungkar,
– karena mengingatkan manusia akan kesyirikan akan kebid’ahan dan macam-macamnya,
lalu anda disakiti, dituduh dengan tuduhan macam-macam, maka janganlah anda balas, karena anda berharap balasan dari Allãh.
Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah menyebutkan ibarat yang sangat indah:
“Barangsiapa yang tidak bersabar dalam berdagang
-dia tidak bersabar dengan panasnya matahari,
-dia tidak bersabar dengan dinginnya hujan
-dia tidak bersabar dengan dinginnya salju
-dengan beratnya bersabar dengan gangguan pencuri
dia tidak bersabar dengan ini semua maka dia tidak perlu berdagang.”
KESEPULUH
Hendaknya diingat bahwasanya Allãh bersama dia ketika dia bersabar. Dan dia ingat bahwa Allãh cinta kepada dia ketika dia bersabar.
Siapakah diantara kita yang tidak ingin dicintai Allãh Subhanallahu wata’allã ?
Diantara cara Allãh mencintai kita adalah ketika kita bersabar
إِنَّ اللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan Allāh mencintai orang-orang yang sabar”.
(Āli ‘Imrān : 146)
Ibnul Qayyim Rahimahullãh mengatakan:
ليس الشأن أن تُحب ولكن الشأن ان تُحَب 
“Perkaranya bukanlah engkau mencintai Allãh Subhanallahu wa ta’ālla, tetapi perkaranya adalah apakah engkau dicintai Allãh Subhanallahu wa ta’ālla.”
Banyak orang merasa cinta kepada Allãh, tetapi belum tentu Allãh cinta sama dia.
Diantara bukti bahwasannya Allãh cinta kepada kita, adalah bila kita diuji kita bersabar, berarti Allãh cinta kepada kita, buktinya kita bersabar, dan Allãh mengatakan:
وَ اللّٰهِ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
Allãh mencintai orang-orang yang bersabar.
Inilah derajat yang indah, dicintai Allãh Subhanallahu wa ta’allã, caranya diantaranya dengan bersabar tatkala dizhalimi.
Kata Ibnu Taimiyyah Rahimahullāh:
“Kalau Allãh sudah bersama dengan seorang hamba, maka Allãh akan menghilangkan berbagai macam kemudharatan (gangguan) yang tidak mampu untuk dihilangkan oleh seorangpun dari mahluk Allãh Subhanallãhu wa ta’ālla.”
Kenapa?
Karena Allãh bersama kita.
Karena itu Ibnu Taimiyyah mengatakan:
“Barangsiapa bersabar, Allãh bersama dia maka Allãh akan menolong dari segala macam gangguan-gangguan yang lainnya.”
(Bersambung bag. 4)
__________________________
Materi Tematik
Ustadz Firanda Andirja, MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar