Lanjutan pembacaan risalah yang ditulis oleh Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh yang topiknya adalah:
“20 Sebab Kenapa Kita Harus Memaafkan Orang Yang Menzhalimi Kita”. (bagian sebelumnya)
Hendaknya seseorang ingat bahwasanya sabar itu adalah setengah dari keimanan (nishful īmān) dan setengahnya lagi adalah syukur.
Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allāh) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.”
(QS Ibrāhīm: 5)
Allāh menggabungkan antara shabbār dan syakūr.
Oleh karenanya, setengah keimanan adalah kesabaran dan setengah keimanan adalah syukur.
Kalau kita tidak memaafkan tetapi malah membalas maka pahala setengah keimanan itu akan hilang.
Sekarang setengah keimanan ada di tangan kita, tinggal dengan hanya memaafkan maka kita akan mendapatkan setengah keimanan lagi.
Tetapi kalau kita lepaskan dengan emosi dan membalas maka hilanglah pahala setengah keimanan tersebut dan inilah kerugian.
KEDUABELAS
Jika seseorang ingat bahwa saat dia bersabar, dia bisa mengatur jiwanya.
Jiwanya ingin membalas dendam namun dia mengatur/menundukkan/mengalahkan jiwanya, ini berarti dia melatih jiwanya.
Maka jiwanya tidak akan mampu untuk menguasai dia dalam hal-hal yang lain karena dia sudah terbiasa mengalahkan jiwanya.
Seseorang terkadang tunduk kepada nafsunya.
Dalam banyak kondisi kita kalah dan bertekuk lutut dengan hawa nafsu kita, kalah dengan syahwat dan jiwa kita.
Diantara latihan kita menjatuhkan jiwa kita adalah dengan memaafkan.
Jika kita mampu untuk memaafkan berarti kita mengalahkan jiwa kita.
Maka pada kondisi-kondisi yang lain jiwa tidak berani dan tidak bisa mengalahkan kita karena kita sudah tundukkan dia dengan memaafkan orang yang menzhalimi kita.
KETIGABELAS
Hendaknya seseorang ingat jika dia bersabar bahwasanya Allāh yang akan menolongnya dan pasti Allāh akan menolongnya.
Dan Allāh adalah yang mengatur urusan orang yang bersabar.
Dan jika dia bersabar berarti dia telah menyerahkan orang yang menzhaliminya kepada Allāh.
Seakan-akan dia mengatakan:
“Saya bersabar, itu urusan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”
Tapi jika kemudian dia membalas untuk membela jiwanya maka Allāh akan membuat dia bersandar kepada jiwanya sendiri.
Maka mana bandingannya, jika kita menolong jiwa kita sendiri atau Allāh yang menolong jiwa kita?
KEEMPATBELAS
Jika kita bersabar atas orang yang mengganggu kita, ini bisa menjadikan orang (yang mengganggu) tersebut sadar dan mungkin minta maaf kepada kita.
Kalau kita bersabar maka orang-orang akan mencela dia, dia berusaha mencela kita tetapi dia dicela oleh banyak orang.
Kenapa?
Karena Allāh menjadikan orang-orang benci kepada orang yang suka mencela.
KELIMABELAS
Bisa jadi jika kita membalas dendam maka akan menjadikan dia (orang yang mengganggu kita) lebih parah lagi, dan ini sering terjadi.
Seseorang menuduh kita berdusta lalu kita balas dengan mengungkap kejelekannya yang lain maka akan semakin parah, orang tersebut semakin mencari lagi kejelekan/aib-aib kita yang lain.
Oleh karenanya, sekarang kita dihadapkan dengan 2 pilihan:
⑴ Diam saat dizhalimi (dizhalimi tidak mengapa)
⑵ Membalas kezhaliman saat dizhalimi maka (mengakibatkan) kezhaliman yang lebih besar lagi
⑵ Membalas kezhaliman saat dizhalimi maka (mengakibatkan) kezhaliman yang lebih besar lagi
Maka kita pilih yang mana?
Lebih baik adalah tidak membalas saat dizhalimi. Daripada membalas kezhaliman sehingga lebih dizhalimi menjadi-jadi.
KEENAMBELAS
Barangsiapa yang membiasakan diri untuk membalas dan tidak bersabar maka suatu saat orang tersebut akan terjerumus ke dalam kezhaliman.
Akhirnya orang yang menzhalimi kita menjadi terzhalimi dan sekarang kita yang menzhalimi orang.
Akhirnya pertolongan Allāh bukan kepada kita tetapi kepada orang yang menzhalimi kita.
Karena dalam posisi sekarang ini orang yang menzhalimi kita menjadi orang yang terzhalimi oleh kita.
KETUJUHBELAS
Ketahuilah bahwasanya kezhaliman yang seseorang rasakan adalah sebab untuk menggugurkan dosa-dosanya atau untuk mengangkat derajatnya.
Kalau orang tersebut membalas maka hilanglah itu semuanya (tidak menghapuskan dosa-dosanya dan tidak mengangkat derajatnya).
Orang tersebut hanya mendapatkan kepuasan duniawi yaitu bisa membalas dendam. Adapun derajat pahala di akhirat tidak ada sama sekali.
Maka seseorang hendaknya merenungkan hal ini, daripada dia membalas yang bisa membuat pusing dan capai, maka tidak perlu menghiraukan agar dosanya terampuni dan derajatnya semakin tinggi.
KEDELAPANBELAS
Sesungguhnya kalau seseorang memaafkan dan bersabar maka ini adalah kekuatan yang paling besar untuk mengalahkan musuh dan musuhnya menjadi terhina.
Orang-orang tidak akan membiarkan musuhnya.
Kalau dia diam maka orang-orang akan membelanya. Tetapi kalau dia mulai membalas maka itu hilang seluruhnya.
Oleh karenanya, kalau ada orang yang mengganggu kita (misal kita dikatakan pendusta) tetapi kita sabar, acuh dan senyum-senyum saja (tidak terusik) maka dia akan semakin jengkel dan menderita.
Tetapi kalau kita balas maka dia akan senang/bahagia karena kita merasa terusik/terganggu.
Sikap diam atau memaafkannya kita adalah senjata paling kuat untuk mengalahkan musuh kita.
KESEMBILANBELAS
Barangsiapa yang memaafkan musuhnya maka jiwa musuhnya akan merasa rendah/di bawah dari jiwanya. Dan ini merupakan keutamaan tersendiri.
KEDUAPULUH
Barangsiapa memaafkan dan berlapang dada maka ini adalah kebaikan.
Dan kebaikan ini akan menimbulkan kebaikan yang lainnya.
Dan kebaikan yang lainnya tersebut akan menimbulkan kebaikan yang lainnya lagi dan seterusnya.
Oleh karena itu, bukalah dan awalilah kebaikan yang banyak dengan memaafkan.
Kata Ibnu Taimiyyah, seakan-akan mengingatkan:
“Kalau kita berhasil memaafkan maka akan timbul kebaikan-kebaikan yang lain yang akan datang setelahnya.”
Inilah 20 nashihat yang ditulis oleh Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah untuk mengajarkan kita untuk bisa memaafkan.
Sifat memaafkan adalah sifat yang sangat berat dan tidak ada yang bisa melakukannya kecuali para Anbiyā dan Shiddīqūn (orang-orang yang imannya tinggi).
Dan perangai ini bisa kita terapkan kalau kita dizhalimi.
Semoga kita termasuk dari orang yang Allāh sebutkan dalam Al Qurān:
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
(QS Āli ‘Imrān: 134)
Āmīn Yā Rabbal ‘Ālamīn.
Demikian, semoga Allāh mengampuni dosa-dosa kita.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________________________
Materi Tematik
Ustadz Firanda Andirja, MA
وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________________________
Materi Tematik
Ustadz Firanda Andirja, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar