3/07/2014

Menyikapi riset "how islamic are islamic countries"

Bismillahirrohmanirrohiim..

Artikel yang sangat menarik ini dishare kawan saya yang pada intinya mengamati fakta negeri2 islam yang jauh dari nilai2 kesilaman sendiri, seberapa islamkah negara2 islam di dunia itu? Silahkan dibaca dulu bagi yang belum. Cukup panjang tapi alurnya gak ngebosenin utk dibaca hingga selesai >> http://jihandavincka.wordpress.com/2013/06/11/how-islamic-are-islamic-countries/

Ini pandangan saya mengenai artikel tersebut:

Artikel tersebut memiliki 2 sisi, kita harus pintar & cermat mengambil sari dari tiap2 sisi-nya.

Di dalam penelitian itu “Being Islamic” diukur dengan apa yang disebut dengan Islamicity Index. Ternyata Islamicity Index ini hampir semua indikatornya adalah segala hal yang baik menurut Barat yang jauh sekali hubungannya dengan Islam. Contohnya; Gender Equality Index, Non Discriminatory Indicators, Labor Market Indicator, dan seterusnya (indikatornya cukup banyak). Disebutkan bahwa bangsa barat lebih Islami daripada bangsa Muslim seperti Indonesia. Alasannya di sana lebih bersih, tertib, lebih sejahtera (ekonomi), lebih sedikit korupsi. Betul, lebih bersih tentu lebih Islami daripada yang kotor, lebih sedikit korupsi memang lebih Islami dari yang banyak korupsi, dan seterusnya. Tapi mengambil hal itu sebagai ukuran untuk menyebut bangsa barat lebih lebih Islami adalah tidak berimbang karena pada kenyataannya :
- Disana lebih banyak minuman keras
- Disana lebih banyak makanan tidak halal,
- Disana lebih sedikit pengajaran al-Qur’an,
- Disana tidak ada pendidikan agama Islam di sekolah umum,
- Disana dilegalkan perkawinan homoseksual & lesbian
- Disana dilegalkan pelacuran prostitusi perzinahan
- Disana lebih banyak orang yang tidak percaya Tuhan bahkan membenci-Nya,
- Disana lebih sedikit yang mengaku Muslim,
- Disana lebih sedikit sunnah Nabi Saw yang diamalkan,
- Disana lebih sedikit orang yang berjilbab dan lebih banyak yang nyaris telanjang,
- Disana lebih sedikit masjid
- Disana lebih sedikit yang menegakkan shalat berjamaah
- Dan seterusnya.
(Mengutip dari Wendy Zarman, ketua PIMPIN Bandung. Cabang INSISTS Jakarta. Organisasi penelitian di bidang pemikiran dan peradaban islam)

Jadi “How islamic are islamic Countries” itu “Islamity Index”-nya cenderung output dari aspek sosial humanisme nya dan judulnya bisa saja menjadi “How welfare/humanist/advance are islamic countries” atau judul yang senada dengan itu. tapi bagi saya bukan berarti tulisan tersebut tidak benar, yg namanya manusia kan syarat akan khilafiyah, bebas berargumen sesuai pemikirannya.

Saya tidak aneh dgn kondisi yg terjadi dgn mayoritas masyarakat muslim saat ini, karena ini pun sudah dinubuatkan oleh rosulullah saw dlm haditsnya yg mengatakan kelak kita seperti buih di lautan krn kecintaan pada dunia & dampak dari meninggalkan al-quran & as-sunnah.

Berdasarkan artikel & riset diatas kita sebagai muslim jgn duluan minder dgn realita yg ada, hal tsb justru menjadi introspeksi & memotivasi kita utk berbenah memperbaiki diri, kembali kepada ajaran islam yg murni, agama paling sempurna yg mengajarkan hablum minallah wa hablum minannas. Dan terakhir, kita tetep harus bangga & bersyukur dgn nikmat iman islam yg gak semua manusia memilikinya.

Wallahu'alam Bisshowab. Wallahu Waliyut Taufiq Wal Hidayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar