11/06/2015

Misteri Kunci Surga

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Pada suatu hari Nabi Nūh 'alaihissalām, menjelang wafatnya, beliau menyampaikan sebuah wasiat kepada kedua putranya.

Isi wasiat tersebut kata beliau,

آمُرُكُمَا بِلا إِلٰهَ إِلا اللَّهُ

"Aku wasiatkan kepada engkau berdua wahai putraku agar engkau berdua setia dengan Lā ilāha illallāh."

Kemudian Nabi Nūh 'alaihissalām menjelaskan apa keistimewaan Lā ilāha ilallāh.

Kata beliau:

لَوْ أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَمَا فِيْهِمَا فِي كِفَّةِ الْمِيزَانِ وَوُضِعَتْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ فِي الْكِفَّةِ الأُخْرَى كَانَتْ أَرْجَحَ

"Seandainya langit beserta bumi dan isi dari keduanya diletakkan di sebuah anak timbangan, kemudian Lā ilāha illallāh diletakkan di anak timbangan yang lainnya, niscaya kalimat Lā ilāha illallāh itu akan lebih berat daripada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta kedua isinya."

(HR Imām Ahmad rahimahullāh dan hadist ini dinilai shahīh oleh Syaikh Al Albāni)

Dalam hadist ini, Nabi Nūh menjelaskan betapa istimewanya kalimat Lā ilāha illallāh.

Karena kalimat tersebut seandainya ditimbang dengan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta penghuni keduanya, tentunya selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, niscaya kalimat tersebut akan jauh lebih berat daripada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.

Jadi, dalam hadist ini Nabi kita Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan kepada kita betapa berbobotnya kalimat tahlīl.

Yang jadi pertanyaan, kalimat tahlil yang sedemikian istimewanya, mungkinkah kalimat itu adalah merupakan kalimat yang kosong tanpa makna?
Yang hanya dikeluarkan dari lisan saja tanpa mengandung makna yang begitu dalam?

Mungkinkah kalimat tersebut adalah merupakan kalimat yang hanya dijadikan, maaf, oleh sebagian orang "lipstik"?

Dijadikan sebagai penghias bibir belaka?

Oh tentu tidak !

Kalimat tersebut bukanlah kalimat yang hanya sekedar diucapkan di lisan.

Namun kalimat itu adalah kalimat yang mengandung kandungan yang sangat dalam.

Makanya, pernah suatu saat Imām Wahhab Ibnu Munabbih di datangi oleh salah seorang kaum muslimin dan berkata:

أَلَيْسَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: بَلَى وَلَكِنْ لَيْسَ مِفْتَاحٌ إِلاَّ لَهُ أَسْنَانٌ فَإِنْ جِئْتَ بِمِفْتَاحٍ لَهُ

"Wahai Imam, bukankah Lā ilāha illallāh itulah kuncinya surga?"

⇒ Artinya orang yang sudah mengucapkan Lā ilāha illallāh itu pasti akan masuk surga.

Maka beliau menjawab:

"Betul, Lā ilāha illallāh adalah kunci surga. Tetapi, bukankah setiap kunci pasti memiliki gerigi?"

Jadi kalau kita perhatikan kunci, tidak ada kunci yang tidak ada geriginya (namanya kunci pasti akan memiliki gerigi).

Kata Imam Wahhab Ibnu Munabbih, setiap kunci pasti ada geriginya.

Kalau engkau membawa kunci pakai gerigi lengkap dengan geriginya maka engkau bisa membuka pintu tersebut.

Tapi seandainya kunci yang kamu bawa adalah kunci yang tidak ada geriginya, niscaya engkau tidak akan bisa membuka pintu.

Jadi, di sini Imām Wahhab Ibnu Munabbih menjelaskan kepada kita bahwa kalimat Lā ilāha illallāh adalah sebuah kalimat yang memiliki hak dan kewajiban yang harus kita penuhi, kalimat yang harus kita tunaikan syarat-syaratnya.

Dan tidak usah merasa heran, darimana kok ada syarat-syarat Lā ilāha illallāh.

Kenapa Anda heran?

Bukankah kita senantiasa melakukan shalat lima waktu?

Dan yang namanya shalat tidak akan diterima Allāh Subhānahu wa Ta'āla kalau tidak memenuhi syarat-syaratnya.

Bukankah haji itu juga merupakan ibadah yang tidak akan diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla kalau kita tidak memenuhi syarat-syarat haji?

Misalnya orang berhaji, harus berakal.

Kalau ada orang gila berangkat berhaji, apakah akan diterima hajinya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla ?

Tidak!

Begitu juga shalat, salah satu syarat sah shalat adalah kita harus berwudhū' (dalam keadaan suci).

Kalau misalnya ada orang shalat tanpa berwudhū', apakah akan diterima shalatnya?

Tidak akan diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jadi tidak perlu heran ketika kita mengatakan bahwasanya Lā ilāha illallāh pun ada syarat-syaratnya.

Lā ilāha illallāh adalah merupakan Rukun Islam yang pertama.

Seandainya Rukun Islam yang kedua shalat, kemudian puasa, zakat, haji dan seterusnya itu ada syarat-syaratnya, kenapa Lā ilāha illallāh tidak ada syarat-syaratnya?

Maka ini yang harus difahami oleh kaum muslimin bahwa kalimat Lā ilāha illallāh bukanlah sekedar kalimat yang diucapkan dengan lisan kita.

Kalimat tahlil bukanlah sekedar kalimat yang hanya dijadikan sebagai "lipstik" di lisan kita tanpa kita memahami isi yang ada atau kandungan yang ada di dalamnya.

Kalimat Lā ilāha illallāh, syarat yang pertama kita mengucapkannya (adalah):

"Kita harus faham makna dari Lā ilāha illallāh sendiri."

Banyak di antara kaum muslimin tidak tahu arti dari Lā ilāha illallāh, (dan) apa konsekwensinya.

Ketika dia mengucapkan kalimat tersebut, apa yang dia harus tunaikan?

Lā ilāha illallāh adalah merupakan bentuk pengikhlasan seluruh ibadah kita hanya untuk Allāh Jallā Wa 'Ala.

Lā ilāha illallāh berarti tidak ada yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jadi manakala seorang hamba mengucapkan kalimat ini, maka seharusnya tingkah lakunya harus disesuaikan dengan kalimat tersebut .

Dia mengikhlaskan seluruh ibadahnya hanya untuk Allāh Jallā wa 'Ala.

Puasa dia, dia serahkan untuk Allāh..

Shalat dia, dia persembahkan untuk Allāh Jallā Wa 'Ala..

Haji dia, dia khususkan untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla..

Sedekahnyapun juga seperti itu..

Diapun juga berdo'a hanya kepada Allāh Jallā Wa 'Ala..

Berkurban (menyembelih) hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan itu semuanya adalah bentuk dari konsekwensi dan praktek dari Lā ilāha illallāh.

Jadi, kalimat Lā ilāha illallāh bukan sembarang tahlil yang hanya diucapkan dengan lisan.

Tapi kalimat Lā ilāha illallāh adalah sebuah kalimat yang sangat berat kandungannya dan sangat dalam isinya.

Yang ini, kita sebagai seorang Muslim harus terus untuk mempelajari isi dari Lā ilāha illallāh.

Kita tunaikan hak-hak dan kewajibannya dan kita berusaha untuk memenuhi syarat-syaratnya sehingga kita termasuk orang-orang yang In syā Allāh mengakhiri hidup kita dengan kalimat ini.

Sehingga kita diperkenankan oleh Allāh Jallā Wa 'Ala untuk masuk ke surgaNya.

Allāhumma āmīn.

والله تعالى أعلم

Semoga yang sedikit ini bermanfaat.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
----------------------------------------------------

Materi Tematik:
Ustadz 'Abdullāh Zaen, MA

Download Audio: https://drive.google.com/file/d/0B1e0BM9z9hzYQlA3V3ZZMU8tSDQ/view?usp=docslist_api

Sumber:
http://yufid.tv/ceramah-singkat-misteri-kunci-surga-ustadz-abdullah-zaen-ma/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar