9/28/2015

Kenapa Terjadi Perbedaan

Kenapa Terjadi Perbedaan ??

Dalam kitab Al I’tisham, karya Imam Asy-Syathibi, (II/691), ia menceritakan :

Pada satu hari, Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu ‘anhu menyendiri. Dia bertanya dalam hatinya, mengapa umat ini saling berselisih, sementara Nabi mereka satu?! Kiblat mereka satu?! Kitab suci mereka satu?! Kemudian ia memanggil salah satu sahabat yang paling berilmu, Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhu.

Umar bertanya kepadanya,
“Mengapakah umat ini saling berselisih, sementara Nabi mereka satu. Kiblat mereka juga satu dan Kitab suci mereka juga satu?”

Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan kepada kita. Kita membacanya dan mengetahui maksudnya. Lalu datanglah sejumlah kaum yang membaca Al-Qur’an, namun mereka tidak mengerti maksudnya. Maka setiap kaum punya pendapat masing-masing. Jika demikian realitanya, maka wajarlah mereka saling berselisih. Dan jika telah saling berselisih, mereka akan saling menumpahkan darah.”

Mendengar jawaban itu Umar ra tertegun, memuji, dan mendoakannya.

***

Semua kelompok, aliran, sekte, dsb, bahkan semua orang yang mengaku dirinya Islam, pasti juga mengaku mengikuti Qur'an dan Sunnah.. Tak akan ada yang mengatakan : " Kami tidak ikut Qur'an dan Sunnah.." Gak ada, dan gak akan pernah ada.. Bahkan yang nyata2 sesat sekalipun juga mengaku Qur'an dan Sunnah..

Lantas.. Kalo memang semua mengikuti Qur'an dan Sunnah :
Kenapa terjadi perbedaan ??
Kenapa ada perbedaan akidah ??
Kenapa bisa terjadi beda amalan ??
Dan kenapa terjadi penyimpangan ??
Bahkan tak jarang sampai berpecah belah ??

Jawabnya hanya satu :
Karena berbeda CARA MEMAHAMI agama ini..

Boleh jadi semua orang memang benar-benar dan sama-sama mengikuti dan berpegang dengan Al-Quran dan Hadist..

Namun masalahnya :
Dengan PEMAHAMAN siapa kita MEMAHAMI Al-Quran dan Sunnah ?? Ikut siapakah kita dalam memahami agama ini ??

Ada yang memahami Al-Qur'an dan Sunnah menurut apa kata ustadznya, kyainya, habibnya, gurunya, alirannya, madzhabnya, imamnya, dst.. Pokoknya : "Apa kata ustadz saya pasti benar.."

Ada juga yang memahami agama berdasar hati dan perasaan.. Pokoknya : Yang ia anggap dan ia rasa baik maka itulah yang benar..

Bahkan ada yang berusaha (baca : maksa) memahami Al-Qur'an dan Sunnah dengan akalnya sendiri.. Dengan mengandalkan (misalnya) nahwu, sorof, balaghah, mantiq, dst... Akhirnya merekapun berusaha mengeja-eja sendiri, mengkaji, memahami, dst.. Pokoknya : Yang ia anggap benar menurut apa yang ia baca dan ia teliti sendiri maka itulah kebenaran..

So, kalo semua itu tidak jelas kebenarannya, trus yang jelas seperti apa ?? Bagaimana seharusnya kita memahami agama ini ???

Sabda Rasulullah Shallallahu 'ala ihi Wa sallam :
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya (tabiu’t tabi’in)” (Hadits Bukhari & Muslim)

Para Sahabat, tabi’in, tabiu’t tabi’in terbaik ?? Terbaik dalam hal apa ???

Apakah dalam hal Teknologi ?? Tentu saja bukan..

Mereka -Radhiallahu’an hum- adalah generasi terbaik dalam hal :
- Memahami Agama
- Memahami Firman Allah
- Memahami Sabda Rasulullah
- Memahami seluruh perkara-perkara  Ibadah atau Syariat lainnya..

Kemudian sabda Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam :
“(Ikutilah) sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk sesudahku. Peganglah (kuat-kuat) dengannya, gigitlah sunnahnya itu dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah perkara-perkara  yang diadakan-adakan  adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat. (HR. Tirmidzi : hasan shahih)

Jadi.. Pahamilah agama sebagaimana para sahabat memahaminya..

Karena : Merekalah -Radhiallahu’an hum- yang paling paham tentang agama ini..

Pasti ada yang protes :
Memang gak boleh ya memahami agama sesuai pemahaman guru saya, kyai saya, habib saya, madzhab saya, dst ??!

BOLEH, siapa bilang gak boleh ??

TAPI... Harus disesuaikan dulu dengan pemahaman Generasi Terbaik.. Manakala cocok, ya itulah yg kita ambil.. Manakala gak cocok.. Maka kita harus BERBESAR dan BERLAPANG HATI untuk mengikuti pemahaman yang paling jelas dan terang, yakni pemahaman Generasi Terbaik..

Tapi peradaban itu kan terus berkembang, bgmn dgn permasalahan masa kini yg tdk dijumpai pd masa generasi terbaik?

Jawab : Carilah ulama kontemporer yg mengikuti pemahaman para sahabat. Masih ada koq baik itu lokal maupun internasional, cari saja..

****

Islam itu mudah..

Dalam ibadah :
Manakala ada contoh dan tuntunan dari Nabi dan para sahabat.. Maka amalkan sesuai tuntunan semampunya..

Manakala tidak ada contoh dan tuntunan dari Nabi dan para sahabat.. Untuk kehati2an maka tinggalkan..

Yang sudah saja, yang jelas2 disunnahkan saja, yang jelas2 ada tuntunan dari Rasul dan para sahabat saja, masih belum bisa diamalkan semuanya... Koq ya malah repot2 memahami agama dengan caranya sendiri2, bahkan sampai bikin amalan dan keyakinan yang baru ??

Daripada kita kena sia2 seperti hadits arbain an-nawawi no.5, "Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak." Atau dalam lafal lain "Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak." (HR.Bukhari:2697 & Muslim:1718)

*****

Repost & edit from: Group WA Iqra Sunnah.

Wallahu'alam. Kebenaran hanya milik Allah. Jika ada yang salah maka itu dari kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar