9/25/2012

Pemimpin orang-orang beriman (Amir Al-Mukmin) "Umar bin Khattab"

"Demi Allah, aku takut menjadi pemimpin yang hanya mensejahterakan umat dimasaku saja, tapi tidak setelahnya, untuk itu marilah kita dirikan pemerintaan islam yang bermanfaat bagi masa mendatang."
-Umar bin Khattab

Subhannallah betapa Amirul Mukminin ini bukan hanya terkenal adil, merakyat dan sederhana, namun beliau juga seorang visioner, beliau sadar akan pentingnya kelangsungan agama islam dan umatnya kedepan.. Sangat berlawanan dengan pemimpin saat ini yang begitu bernafsu dengan kekuasaan, tidakkah mereka sadar bahwa pemimpin itu sebuah amanah dan dosa rakyatnya adalah tanggung jawabnya? tapi yah inilah realita akhir jaman yang diriwayatkan Baginda Rasulullah Saw..

Dikisahkan bahwa Umar begitu keras menolak saat Abu Bakar Ash-Shiddiq (Khalifah I) mengajukan namanya untuk menjadi Khalifah berikutnya, karena apa? karena beliau takut, beliau sadar akan beratnya mengemban sebuah amanah. Dengan penolakan keras itu pula Abu Bakar semakin mantab memilih penerusnya.

Pada masa kekhalifaan beliau, banyak meletakkan dasar-dasar hukum islam berdasarkan Ijtihad (yaitu memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al-Quran maupun Hadits Rasulullah dengan menggunakan akal sehat dan matang yang sebaiknya dilakukan oleh ahli agama), kebijakan populer contohnya mengenai kepemilikan tanah yang diperoleh dari suatu peperangan (ghanimah), beliau membiarkan tanah digarap oleh pemiliknya sendiri di negeri yang ia taklukkan dan melarang kaum muslimin memilikinya karena mereka menerima tunjangan dari baitul mal (lembaga keuangan yang mengatur keuangan negara termasuk mendistribusikan zakat) atau gaji bagi prajurit yang masih aktif, sebagai gantinya atas tanah tsb dikenakan Al-Kharaj (semacam pajak).

Beliau berhasil meletakkan dasar-dasar pemerintahan seperti mendirikan beberapa dewan dan gubernur, membangun baitul mal, mencetak mata uang, membentuk kesatuan tentara, mengatur gaji, mengangkat para hakim dan menyelenggarakan hisbah, yaitu bertugas sebagai pengawas pasar, mengontrol timbangan dan takaran, menjaga tata tertib, kesusilaan dsb. Karena hisbahnya beliau yg langsung turun kebawah patroli kondisi rakyatnya ini menjadikan beliau begitu dicintai rakyatnya.

Khailfah Umar menjamin hak yang sama bagi setiap warga negara dan tidak memberikan hak istimewa tertentu. Tiada istana atau pakaian kebesaran, baik untuk umar sendiri maupun untuk bawahannya sehingga tidak ada perbedaan antara penguasa dan rakyat. Sungguh hati saya semakin terhenyus dan mata mulai berair ketika membaca Ali bin Abu Tholib sebelum menjadi khalifah mengusulkan untuk menaikkan gaji Umar sebagai presiden (khailfah) yang terlalu kecil, namun Umar langsung marah, karena beliau malu dan merasa tidak ada apa-apanya dibanding Rasululah yang hidup begitu sederhana menurut Hafsah r.a putrinya yang juga merupakan salah satu istri Rasulullah, yang menceritakan "Selama aku mendampingi Rasulullah beliau hanya mempunyai dua stel baju, berwarna biru dan merah, Rasulullah pun hanya mempunyai selembar kain kasar sebagai alas tidur, aku pernah mengganti alas tidur Rasulullah dengan kain yang halus untuk tidur, esok harinya aku ditegur beliau "Wahai Hafsah istriku, janganlah kau lakukan lagi mengganti alas tidurku seperti kemarin, hal itu hanya akan melalaikan orang untuk bangun tengah malam, sholat dan bermunajat pada Allah Swt." Aku pun tidak berani lagi melakukan hal itu sampai beliau wafat." Hafsah melanjutkan ceritanya atas permintaan Umar "Rasulullah setiap hari hanya makan roti dan tepung yang amat kasar di cempur dengan garam jika pas ada dicelupkan ke minyak. Aku pernah pagi-pagi menyapu remukan roti dikamar, oleh Rasulullah remukan roti itu dikumpulkan dan dimakan dengan lahapnya."

Dibawah kepemimpinan Umar bin Khattab inilah eskpansi Islam keluar Jazirah Arab berawal, dimulai dari penaklukkan kota damaskus (Syria) yang menjadi gerbang menuju penaklukkan Mesir seluruhnya dan yang paling fenomenal yaitu saat menaklukkan persia (iran) dengan perbandingan tentara muslim jauh lebih sedikit 1:6, sehingga kaum muslimin menyebut sukses ini dengan istilah "Fathul Futuh" (Kemenangan dari segala kemenangan).

Wallahu a’lam bisshawab

1 komentar: