12/20/2014

Kenapa umat Islam terpecah?

Seperti biasa, setiap akhir tahun umat muslim di indonesia disibukkan dengan diskusi mengucapkan natal kepada umat nasrani. Sebenernya masalah ini sdh trselesaikan sejak lama, namun entah mengapa ada saja pihak2 yg suka menggoreng isu ini, pihak satu berusaha menasihati saudaranya agar begini, namun si pihak dua tidak terima dinasihati, sehingga terciptalah debat, debat & debat, saya pun masih suka khilaf & terjerumus kedalam arena tsb. Namun sampai pada suatu titik, tersadar & bersegera menarik diri.

Nah, kemudian ada teman saya yang menshare sebuah artikel berjudul "Karikatur ISIS dan Kemalasan Dalam Beragama.", karena artikelnya menarik, maka saya pun berkomentar disana, beginilah isinya:

Bismillah, salam kenal mas, tulisan mas bagus namun juga kontroversi. Apa bedanya anda dengan yang anda kritik? Sama2 keras dan memiliki pembenaran sendiri. Bisa jadi mas bermaksud baik utk menasihati, namun krn karakter & gaya tulisan yang demikian, sehingga menjadi tajam layaknya pisau yg bisa melukai sesamanya.

Saya belum mendapatkan kisah ahlul ilmi yg begitu jumawa dgn kemampuannya. Sbg contoh, ayahanda kita raghib sirjani seorang hafizh, dgn predikat istimewa atas disertasi doktoral urologi surgery dibawah bimbingan kedokteran Mesir dan Amerika, belum pernah saya temukan tulisan2 beliau yg membanggakan diri sendiri dan meremehkan orang lain?

Anda menyinggung soal kelembutan, namun sayangnya saya tidak merasakan kesan ini dlm tulisan anda? Bisa jd saya luput oleh karena dominannya kritik yg ditembakkan bertubi2.

Saya berusaha memahami dan memaklumi thariqah dari harokah-harokah yang ada di indonesia, selalu ada dua sisi, temen2 yg ber amar ma'ruf nahi munkar melalui tangan, mulut, atau minimal mengingkarinya dengan hati, sebagian diantara mereka akan saling menasihati, "jangan begitu, beginilah seharusnya..dst." namun sayangnya saling nasihat menasihati diantara mereka membuka ruang baru untuk berdiskusi, berdebat, hingga akhirnya bertengkar.

Ini sdh trjadi jauh2 sebelumnya, dalam kitab Al I’tisham, karya Asy Syathibi, (II/691)

Pada satu hari, Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu ‘anhu menyendiri. Dia berkata dalam hatinya, mengapa umat ini saling berselisih, sementara Nabi mereka satu?! Lalu ia memanggil salah satu sahabat yang paling berilmu, Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhu.

Umar bertanya kepadanya,
“Mengapakah umat ini saling berselisih, sementara Nabi mereka satu. Kiblat mereka juga satu dan Kitab suci mereka juga satu?”

Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan kepada kita. Kita membacanya dan mengetahui maksudnya. Lalu datanglah sejumlah kaum yang membaca Al-Qur’an, namun mereka tidak mengerti maksudnya. Maka setiap kaum punya pendapat masing-masing. Jika demikian realitanya, maka wajarlah mereka saling berselisih. Dan jika telah saling berselisih, mereka akan saling menumpahkan darah.”

Mendengar jawaban itu umar tertegun, memuji, dan mendoakannya.

Dan memang pintu fitnah itu sdh terbuka sedikit2 sejak rasulullah shallallahu'alaihi wasallam wafat, & tak bisa ditahan lg utk terbuka lebih lebar laksana tanggul bocor pasca kekhalifahan umar.

Oleh karenanya, dikatakan umat islam terpecah menjadi 73 golongan, mas sdh pasti tahu hadits ini.

Pdhl dlm Qur'an, An-nisa:59, kita sdh diingatkan dan dikasih solusi, "fain tanaza'tum fii shayin farudduuhu ilaAllohi warrosuuli in kuntum tuminuuna billahi walyawmil akhir"

Nabi shallallahu'alaihi wa sallam pun sdh mewasiatkan ketika arofah, “Sungguh aku telah meninggalkan ditengah-tengah kalian, satu hal yang bila kalian berpegang teguh dengannya, niscaya selama-lamanya kalian tidak akan tersesat, bila kalian benar-benar berpegang tegun dengannya, yaitu kitabullah (Al Qur’an).” (Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu'anhu, dalam kitab shahih muslim 2/886/1218)

Tapi saya memahami koq mas, memang kita sering terjebak dalam labirin intelektual, saya pun demikian, juga pendahulu2 kita, seperti al-ghazali dalam tahafut al-falasifah terhadap peripatetik nya al-farabi, ibnu sina, ibnu rusyd, dkk. Al-asy'ari & ahmad bin hambal terhadap wasil bin atha & khalifah mu'tashim billah. Demikian ibnu taimiyyah yg melepaskan diri dari asy'syariyah maupun mu'tazilah dan memilih pendekatan kepada salafush shalih, dst...

Ah! Siapalah saya ini sok berkomentar, maaf ya mas.. Saya berharap & mendoakan yg trbaik utk mas, semoga ilmunya bermanfaat untuk kemashalatan umat. Yuk mari kita fastabiqul khairat!

Oh ya mas, saya tidak mendapati nama ibnu khaldun ataupun al-muqadimah? Terlalu populer, terlewat atau ada alasan khusus tidak menyebutkan nama beliau?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar