7/03/2012

Reaksi Pasar Modal Indonesia ketika Menghadapi Fenomena Krisis Amerika (Event Study: Jatuhnya Lehman Brothers 2008)

Judul diatas adalah final title dari skripsi saya yang dibuat pada tahun 2010 sebagai pintu keluar yang mengakhiri masa-masa kuliah saya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pada tulisan saya kali ini, saya akan mengutip abstraksi sebagai pengantar dan gambaran umum serta kesimpulannya. Jika tertarik mengetahui lebih dalam mengenai tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan hipotesis yang saya buat dalam "event study" ini, silahkan search judul skripsi diatas dan nama saya di perpusatakaan FE UI.


Abstrak
Pasar modal memiliki peranan penting didalam perekonomian suatu negara, terutama dalam proses alokasi dana masyarakat. Sebagai suatu instrumen keuangan, pasar modal tidak lepas dari berbagai pengaruh lingkungan disekitarnya, baik lingkungan ekonomi maupun lingkungan non-ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap suatu event yang berskala internasional yaitu peristiwa pengumuman pengajuan perlindungan kebangkrutan Lehman Brothers di Amerika pada tanggal 15 September 2008. Penelitian ini berjenis event study melalui pendekatan stock price, abnormal return dan trading volume activity dengan uji beda terhadap emiten yang mengikuti survei CGPI award dan emiten yang tidak mengikuti mengikuti survei  CGPI award tersebut untuk yang berkategori LQ-45. Dengan uji non parametrik wilcoxon signed ranks test menggunakan confidence level sebesar 90%, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara stock price, abnormal return, dan trading volume activity sebelum dan sesudah tanggal peristiwa (event date), dan tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan diantara kedua emiten CGPI dan non-CGPI tersebut, kecuali untuk trading volume activity.


Kesimpulan
Tujuan saya melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui reaksi pasar modal di Bursa Efek Indonesia ketika dihadapkan pada fenomena jatuhnya lehman brothers yang memicu terjadinya krisis di Amerika dan global tahun 2008. Penulis melakukan pengujian tiga hipotesis terhadap tiga variabelnya yaitu stock price (harga saham), abnormal return (return tidak normal), dan trading volume activity (volume perdagangan saham). Adapun kesimpulan yang dihasilkan penulis dari hasil penelitian ini adalah:

1.        Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata stock price sebelum dan sesudah pengumuman kebangkrutan Lehman Brothers, pada level confidence interval 90%, dan tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan diantara kedua emiten CGPI dan non-CGPI tersebut.

2.    Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman kebangkrutan Lehman Brothers, pada level confidence interval 90%, dan tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan diantara kedua emiten CGPI dan non-CGPI tersebut.

3.        Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman kebangkrutan Lehman Brothers, pada level confidence interval 90%, dan terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan diantara kedua emiten CGPI dan non-CGPI tersebut.

Bahwa kesulitan likuiditas keuangan global dan dan perilaku risk aversion dari pemodal asing mendorong terjadinya realokasi dan rekomposisi struktur aset para pemodal asing, dari asset yang dipandang berisiko ke aset yang dianggap lebih aman (flight to quality), yang memicu outflows dari negara emerging markets dan meningkatnya yield bond rate negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Fan faktor seperti CGPI (Corporate Governance Persumption Index) yang diperoleh emiten sebagai bentuk awareness mereka terhadap penerapan prinsip GCG (Good Corporate Governance) di Indonesia tidak menjamin bahwa emiten-emiten tersebut lebih stabil saat dihadapkan pada situasi krisis, nyatanya tidak terdapat perbedaan signifikan pada harga saham dan return diantara emiten CGPI dan non-CGPI berdasarkan penelitian ini, jika aktivitas perdagangannya terdapat perbedaan yang signifikan hal ini dikarenakan perbedaan keaktifan saham dan tingkat kapitalisasi emiten yang mengikuti survei lebih besar dari pada yang tidak.

1 komentar:

  1. kembali kasih. salam kenal jg. jika masih kuliah semoga cepat menyusul. jadi auditor dulu boleh untuk pengalaman :D

    BalasHapus