1/23/2020

Kisah Tauhid dan Tawakkal seorang Hamba Allah

Dari Abdul Wahid bin Zaid, beliau berkata,

Kami pernah berlayar di atas sebuah kapal. Lalu angin laut menghempaskan kami ke sebuah pulau. Kemudian kami turun. Tiba tiba ada seseorang yang sedang beribadah kepada sebuah patung. Kami pun menemuinya dan berkata kepadanya,

"Wahai pemuda, siapakah yang sedang kamu sembah?" Lalu dia menunjuk kepada sebuah patung berhala. Kami pun mengatakan, "Kalau ini bukan tuhan yg boleh disembah."

Dia pun berkata, "Kalau kalian, siapa yang kalian sembah ?" Kami menjawab, "Kami menyembah Allah." Dia menjawab, "Apa itu Allah." Kami mengatakan, "Allah adalah yang Arsy-Nya ada di langit, Dia menguasai bumi dan ketetapan-Nya berlaku bagi makhluk, baik yg hidup ataupun yang mati."

"Lalu bagaimana Dia memberitahu kalian akan hal itu?" Tanya dia. Kami menjawab, "Rabb Yang Maha Merajai lagi Maha Agung, Maha Pencipta yang Mulia menganugerahkan kepada kami seorang Rasul yang mulia, dan Rasul itulah yang mengabarkan kepada kami."

"Lalu apa yang dilakukan Rasul tersebut?" Tanyanya. Kami menjawab, "Menyampaikan risalah (ajaran Allah). Lalu Allah mewafatkannya."

"Apakah dia meninggalkan sebuah tanda untuk kalian?" Tanyanya. "Ya." Jawab kami.

"Apa yang dia tinggalkan?" Tanyanya lagi. Kami menjawab, "Beliau meninggalkan untuk kami sebuah kita suci dari Rabb Yang Maha Memiliki."

"Tunjukkan kepadaku kitab dari Rabb kalian itu." Pintanya.

"Biasanya kitab-kitab nya para Raja itu bagus-bagus." Timpalnya lagi. Lalu kami memberikan kepadanya mushaf Al-Qur'an. Dia berkata, "Aku tidak tahu apa ini."

Lalu kami membacakan kepadanya sebuah surat dari Al-Qur'an. Ketika kami sedang membacanya tiba tiba dia menangis dan terus menangis sampai kami selesai membaca hingga akhir surat.

Dia berkata, "Pemilik perkataan ini seharusnya tidak boleh ditentang dan dimaksiati."

Kemudian dia masuk Islam lalu kami mengajarkan syariat-syariat Islam dan surat-surat dari Al-Qur'an.

Lalu kami pun membawanya ke atas kapal kami untuk melakukan pelayaran lagi. Ketika kami sedang dalam pelayaran dan malam yang gelap telah menyelimuti dan kami telah bersiap-siap untuk tidur, dia berkata, "Wahai kaum, Sesembahan yang kalian tunjukkan kepadaku apakah Dia tidur ketika gelap di malam hari?"

Kami menjawab, "Tidak wahai hamba Allah. Dia Maha Hidup Maha bersendiri dan maha Agung yang tidak pernah tidur."

Dia mengatakan, "Kalau begitu kalian adalah hamba-hamba yang buruk. Kalian tidur dalam keadaan Sesembahan kalian tidak tidur."

Lalu dia pun beribadah dan meninggalkan kami tidur.

Ketika kami sudah tiba di negeri kami maka aku berkata kepada teman-temanku, "Ini adalah orang yang baru masuk Islam dan orang yang asing di negeri kita."

Lalu kami mengumpulkan dinar dan dirham untuknya dan kami berikan kepadanya. Dia berkata "Untuk apa ini?"

Kami berkata, "Ini adalah harta yang dapat engkau gunakan untuk memenuhi kebutuhanmu."

Dia menjawab, "Laa ilaha illallah, dahulu aku tinggal di sebuah pulau di tengah lautan dan menyembah selain-Nya namun Dia tidak membuat hidupku sengsara. Apakah Allah akan membuat hidupku menjadi sengsara setelah aku mengenal-Nya (dan menyembah-Nya)...!?"

Lalu dia pergi dan mencari kerja untuk dirinya sendiri. Setelah itu dia menjadi orang shaleh yang terkenal sampai dia wafat.

[At-Tawwaabun karya Ibnu Qudamah rahimahullah, hal. 179]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar