السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن واله
Menurut Aqidah Ahlu Sunnah wal Jamā'ah, iman itu ada pasang surutnya.
Kadang naik, kadang turun, kadang bertambah kadang berkurang.
'Aqidah Ahlu Sunnah wal Jamā'ah mengatakan:
◆ الإيمان يزيد وينقص; يزيد بالطاعة وينقص بالمعصية
◆ Iman itu bertambah dan berkurang; bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Sementara itu, tidak ada manusia yang lepas dari maksiat.
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُالْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Semua anak Ādam pasti bersalah (berbuat dosa), akan tetapi sebaik-baik orang yang berbuat salah (dan berdosa) adalah yang (menaikkan kembali imannya dengan) bertaubat."
(HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Mājah, Dārimi)
⇒ Sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang segera bertaubat, kembali kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Maka, iman itu sudah pasti akan mengalami penurunan, namun belum tentu naiknya.
Karena tidak semua orang berdosa mengiringi/mengimbangi dosanya itu dengan bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Hanya hamba-hamba yang diberi anugerah dan hidayah oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang tergerak hatinya untuk bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dan sedikit pula orang-orang yang bertaubat ini yang bersungguh-sungguh taubatnya (taubatan nashūhah).
Yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla katakan di dalam kitab-Nya:
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ
"Kecuali orang-orang yang bertaubat lalu dia iringi taubatnya dengan iman dan amal shalih.
Merekalah orang-orang yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla ganti keburukan-keburukan mereka menjadi kebaikan."
(QS Al Furqān: 70)
⇒ Dosa-dosa mereka berubah menjadi pahala,
Berubah (yaitu) dicatat oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadi catatan pahala pada hari kiamat kelak.
Itu berlaku pada orang yang sungguh-sungguh bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang meminta ampun kepada Allāh dan Allāh (adalah) Ghafūrur Rahīm.
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
"Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengampuni semua dosa."
(QS Az Zumar: 53)
⇒ Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengampuni semua dosa selama pintu taubat belum tertutup.
Kesempatan bertaubat masih terbuka lebar bagi orang-orang yang ingin kembali kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Salah satu contohnya adalah seorang yang telah membunuh 100 jiwa. Lalu dia bertanya kepada seorang 'alim:
"Adakah kesempatan bagiku untuk bertaubat?"
Orang 'alim itu mengatakan:
"Apa yang menghalangimu dari taubat?"
Maka orang ini pun segera bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan taubatan nashūhah, dia:
✓Berhenti dari perbuatan dosanya.
✓Menyesali segala perbuatan-perbuatannya.
✓Ber-azzam untuk tidak kembali lagi melakukan dosa yang sama.
✓Mengiringi taubatnya itu dengan amal shalih.
Orang 'alim ini berkata kepada orang yang baru bertaubat tadi:
"Sesungguhnya kamu tinggal di negeri yang buruk. Pindahlah dari negerimu. Hijrahlah kamu ke negeri yang lainnya.
Di sana ada orang-orang yang menyembah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Maka sembahlah Allāh Subhānahu wa Ta'āla bersama mereka."
Dan mantan tukang jagal ini segera berhijrah (tidak menunda-nunda/menunggu-nunggu lagi).
Dia tidak menunda-nunda amal shalihnya ini.
Karena inilah amal shalih yang akan menyelamatkannya.
Sebagai bukti dia benar-benar bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Ini adalah bukti bahwasanya dia benar-benar bertaubat (taubatan nashūhah), yaitu taubat yang diiringi dengan iman dan amal shalih.
Dan ciri orang yang bertaubat itu adalah dia segera bangkit memperbaiki diri.
Dengan apa?
Dengan menuntut ilmu, bersungguh-sungguh untuk memahami agama Allāh.
Karena dia tahu dan sadar (bahwa) dengan memahami agama Allāh ini (maka) dia akan mengetahui,
✓Apa yang Allāh ridhai
✓Apa yang Allāh murkai
Sehingga dia dapat memperbaiki diri dan dapat bangkit dari keterpurukannya.
Inilah tanda orang yang benar-benar bertaubat atau dalam istilah lain disebut taubatan nashūhah.
Bukan taubat sambal; di bibir bertaubat tapi (di) kelakuan tidak.
Baru kemarin bilang taubat tapi besok sudah diulangi lagi.
Ini namanya bukan taubat
Orang ini telah bermain-main, tidak menunjukkan azzam (kesungguhan) yang kuat untuk kembali kepada jalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Maka syarat taubat itu salah satunya adalah ber-azzam (bertekad kuat/bersungguh-sungguh) untuk tidak kembali kepada dosa yang sama berkali-kali dan dia tidak mempertahankan dosanya itu.
Maka dengan taubat ini, iman hamba yang semula turun dari levelnya, akan kembali lagi ke levelnya.
Dia akan menormalkan kembali grafik iman itu.
Dan apabila dia iringi taubatnya itu dengan amal shalih, maka imannya pun akan naik/bertambah.
Itulah iman dalam pandangan Ahlu Sunnah wal Jamā'ah.
Maka, kita harus benar-benar memperhatikan bagaimana fluktuasi (naik turunnya) iman kita.
Kita kadang-kadang merasakan itu.
Jangankan kita, shahābat yang mulia juga merasakannya.
Hanzhalah Al Ghusayli, salah seorang sekretaris Nabi, merasakan itu.
Dia berkata kepada Abū Bakr Ash Shiddīq ketika, Abū Bakr Ash-Shiddīq bertanya kepadanya:
"Bagaimana keadaanmu, wahai Hanzhalah?"
Hanzhalah mengatakan: "Hanzhalah telah jatuh dalam nifaq."
Maka Abū Bakr Ash Shiddīq berkata: "Apa yang kamu katakan, wahai Hanzhalah?"
Hanzhalah menjelaskan alasannya:
"Kita, wahai Abū Bakar, kalau berada di majelis Nabi dan Nabi mengingatkan kita kepada surga dan neraka, seolah-olah surga dan neraka itu ada di hadapan kita.
Tapi ketika kembali ke rumah kita, bertemu dengan istri kita, sibuk dengan kegiatan kita, pekerjaan kita, kita banyak lupa, begitulah keadaan kita."
Maka kata Abū Bakr Ash Shiddīq, orang kedua di umat ini setelah Nabi Muhammad shallallâhu 'alayhi wa sallam:
"Demi Allāh, wahai Hanzhalah, aku juga merasakan seperti itu."
Coba bayangkan, Abū Bakr Ash Shiddīq saja merasakan imannya naik turun, apalagi kita.
Maka ketika iman kita terasa turun, segeralah kita beristighfar (meminta ampun) kepada Allāh dan bertaubat.
Jadi, taubat itu bukan (hanya) menunggu sadar berbuat dosa (lalu) baru kita bertaubat.
(Akan tetapi) taubat itu dituntut setiap saat, karena kita ini selalu bebuat dosa, baik kita sadari maupun tidak kita sadari.
Maka, (mari) kita imbangi (dosa itu) dengan taubat, istighfar, kembali kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Karena seorang mu'min itu diciptakan selalu (senantiasa) diuji, tergerak untuk kembali ke agama Allāh dan kadang-kadang lupa, namun jika diingatkan dia akan ingat.
Maka, kembalikanlah level iman kita dengan taubat.
Naikkanlah dia (iman) dengan amal shalih setelah kita bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Itulah iman kita.
Mudah-mudahan Allāh Subhānahu wa Ta'āla tetap menjaga & menghidupkan kita tetap di atas iman dan mematikan kita juga di atas iman.
آمين يا رب العالمين
وبالله التوفيق والهداية
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________
Materi Tematik
Ustadz Abu Ihsan Al Maidany, MA
Ceramah Singkat | Bukan Sekedar Taubat
⬇️ Download Audio: https://goo.gl/1YY5Aj
Sumber:
http://yufid.tv/ceramah-singkat-bukan-sekedar-taubat-ustadz-abu-ihsan-al-maidany-ma/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar