Assalamualaikum.Wr.Wb.
Manusia adalah mahluk yang diciptakan Tuhan dengan segala kompletivitas mengiringinya. Perdebatan antara yang sempurna dengan yang tidak sempurna, hal2 yang terjadi secara kebetulan diluar akal sehat, ketidaksengajaan pertemuan, perbedaan dari masing2 karakter yang serba unik. Menjadikan itu sebagai scenario luar biasa besar karya Sang Pencipta. Namun, diatas kesemuanya tadi tetap saja tersimpan segudang misteri didalamnya, tak ada satupun manusia didunia ini yang mengetahui rencana-Nya.
Ambil contoh terdekat & termudah yaitu saya sendiri yang sedang menulis disini. Apakah saya pernah menyangka untuk dipertemukan dengan seseorang yang akan saya tujukan surat ini kepada Nya? Sungguh sampai detik ini pun saya masih sulit mepercayai jika sosok yang ternyata saya rindukan selama ini adalah kamu.
Jika ditanya kenapa? Jawabannya mudah saja, Karena cuma kamu yang selalu ada di kepala saya. Awalnya saya pikir ini hanya emosi sesaat yang meluap-luap, bahkan saya tak mau mengakuinya dan berusaha menutup-nutupinya.
Tapi apa yang terjadi? Cerita “klasik” itu berputar kembali. Hati yang selama ini bungkam, perlahan mendobrak dominasi otak, sehingga terjadilah kudeta “Rasa mengalahkan Rasio”
Mungkin benar jika ada yang mengatakan; “cinta itu buta.” atau “cinta membuatmu gila.” Ya setidaknya itulah yang terjadi pada saya. Semakin saya bohong, semakin saya menyakiti diri. Semakin saya lari, semakin saya terjebak didalam perangkapnya.
Saya baru sadar kenapa saya selalu bereaksi tidak biasa atau kadang berlebihan ketika kamu sedang asik bersama pria lain atau bahkan teman terdekatmu. Itu karena saya cemburu. Mungkin secara sadar saya belum mengakuinya saat itu, namun reflex dari bahasa tubuh inilah yang mencerminkan pikiran bawah sadar saya yang sebenarnya.
Juga ketika kamu sedang sakit ataupun ada masalah, tanpa dapat otak saya kendalikan sbelumnya pasti sudah terjadi reflex yang tidak biasa atau berlebihan dari tubuh ini. Saya ingat suatu siang ketika kamu sedang maag dan belum makan, spontan saya langsung mencarikan bubur, ternyata nihil dan saya kembali, tapi kamu ngegampangin & yang lainnya malah mentertawakan, sontak saya marah “ini temen lo nyet! Belum makan! Sana lo yang pergi temenin kalo sama gw diledekin terus! Gak usah kebanyakan mikir! Udah sana!” Dan juga moment2 lainnya yang memancing emosi saya karena khawatir.
Saya juga sering ngeledekin kamu dengan yang lain, walaupun lagi2 itu menyakiti diri, tapi saya hanya ingin membuatmu tersenyum dan tertawa, saya bahagia ketika kamu bahagia.
Lalu mengenai si kurus berambut panjang itu? Entahlah, tapi saya mengumpakannya sebagai topeng, dia hanya pelarian saya dari kamu, pelindung saya dari racun kamu. Jika dicerna dengan logika terwajar pun, sudah sangat jelas sekali bahwa perasaan saya tidak murni tulus padanya, saya tidak pernah mendekatinya, saya tidak menjadi diri saya yang hanya terdiam seperti banci tanpa kejelasan. Bukankah perasaan tulus itu disertai pengorbanan nyata? Saya hanya mampu bertindak karena kamu dan untuk kamu. Cuma kamu yang bisa merangsang tubuh ini bergerak secara alami mengikuti alunan melodi yang kau mainkan, dan saya akan melengkapi sekaligus menutup melodi tersebut dengan harmonisasi.
Bagi saya kamu bukan cuma sekedar penghuni hati, penggugah jiwa, ataupun wanita idaman. Kamu adalah waktu & kehidupan itu sendiri. Saya ingin menghabiskan waktu saya melangkah kedepan dan menoleh bahwa kamu selalu & tetap berada disamping saya, bersama saya menaklukkan panas dinginnya dunia.
Jika saya menemukannya dimasa depan bahwa itu bukanlah kamu, Maka saya harus membuka lagi surat ini dan membaca paragraph pertama tiga baris terakhir.
Wassalam.
Ryan Aviantara
ukhhh?!!
BalasHapus