~ LAILATUL QADR ~ Malam seribu bulan...
Itulah yang dikenal dengan malam Lailatul Qadr, malam yang super istimewa, yang diburu oleh setiap Muslim, khususnya mereka yang sangat mencari keuntungan akhirat.
Tahukah kita apa itu malam Lailatul Qadr?
Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan dalam sebuah surat yang sangat mulia, surat Al-Qadr, yang menjelaskan kemuliaan malam tersebut.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qurān) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibrīl dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Al Qadr: 1-5).
Dalam satu surat ini terdapat penjelasan yang sangat ringkas tentang malam Lailatul Qadr, yang diawali oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla bahwa Lailatul Qadr adalah malam diturunkannya Al-Qurān Al-Karīm.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla menggunakan dhamīr jama' "nahnu" (innā) dan dhamir ini bukan menunjukkan bahwa Allāh jama' sebagaimana sebagian orang memberikan syubhat khususnya orang Nashrani. Penggunaan dhamīr "nahnu" menunjukkan bahwa Allāh itu banyak, bukan satu.
Sedangkan para ulama menjelaskan penggunaan dhamīr "nahnu" bentuk jamak adalah memiliki faidah li ta'zhīm, dalam rangka untuk pengagungan Allāh Subhānahu wa Ta'āla sehingga Allāh Yang Maha Agung yang menurunkan Al-Qurān yang sangat agung.
Lailatul Qadr adalah 2 kata yang Allāh menjadikannya pada malam hari dan ada kekhususan pada malam tersebut, sebagaimana Allāh terangkan dalam beberapa ayat:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَارَ السُّجُودِ
"Dan di antara malam maka bertasbihlah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan pada setiap selesai shalat." (Qaf 40)
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا
"Maha Suci Allāh, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam." (Al-Isrā 1)
Allāh turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir. Sehingga malam (laylah) memiliki keutamaan.
Adapun kata "al-qadr" memiliki 2 makna penting;
⑴ Bermakna "kemuliaan"
Dikatakan kemuliaan karena memang malam itu adalah malam kemuliaan. Diantara kemuliaan itu adalah Allāh turunkan Al-Qurān.
⑵ Bermakna "penetapan"
Allāh menetapkan dan mencatat taqdir-taqdir 1 tahun yang akan datang.
Ayat ke-2 surat Al-Qadr datang dalam bentuk pertanyaan, diantara faidahnya yaitu menunjukkan tentang agungnya, dahsyatnya dan istimewanya malam tersebut, sebagaimana surat Al-Qāriah.
Dan keagungan malam ini juga ditandai dengan para malaikat dan Jibrīl turun ke bumi, sehingga bumi dipenuhi oleh malaikat-malaikat Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Turunnya malaikat-malaikat ini menunjukkan banyaknya keberkahan dan rahmat yang datang dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dan dikatakan pula malam itu penuh dengan kesejahteraan (salām) karena di malam itu banyak diantara para hamba yang berbuat baik dan juga para syaithan kesulitan melakukan kejahatan.
Dan malam ini berlangsung sampai terbitnya fajr.
Malam ini dikatakan Allāh yang kemuliaannya lebih dari 1000 bulan, yang apabila kita hitung dengan bulan kehidupan kita adalah sekitar 83 tahun lebih. Sehingga orang yang beramal pada malam Lailatul Qadr dia akan mendapatkan kebaikan senilai dengan beramal 83 tahun lebih, alangkah sangat luar biasanya.
Sehingga dibawakan sebuah riwayat, diantara sebab turunnya surat Al-Qadr adalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyampaikan kisah seorang Bani Isrāil yang melakukan ibadah selama 1000 bulan, maka kaum muslimin terkagum-kagum. Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla turunkan surat tersebut yang menerangkan tentang malam yang sangat luar biasa. Maka ini merupakan keutamaan yang Allāh berikan kepada umat Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Kapan keberadaan malam Lailatul Qadr itu?
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan sebagaimana yang dijelaskan Allāh Subhānahu wa Ta'āla yaitu malam Lailatul Qadr ada pada bulan Ramadhān dimana didalamnya diturunkan Al-Qurān.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
(Al-Baqarah 185)
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan petunjuk yang lebih khusus lagi, yaitu:
Dari ‘Āisyah, bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
تَحَرّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah malam Lailatul Qadr di malam ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhāri II/710/1913 dan Muslim II/828/1169)
Ini merupakan petunjuk Nabi bagi mereka yang menginginkan menggapai malam Lailatul Qadr.
Para ulama memberikan penjelasan tentang apakah malam ini menetap pada tanggal tertentu? Ataukah malam ini berpindah-pindah pada malam-malam yang berlainan tanggal.
Syaikh Muhammad bin Shālih Al-'Utsaimin memberikan jawaban bahwa malam Lailatul Qadr adalah malam yang berpindah-pindah, bukan pada malam tertentu, sehingga bisa jadi tahun ini malam ini malam 25, tahun depan malam 27.
Malam Lailatul Qadr adalah malam yang dirahasiakan, maka kata para ulama ada 2 faidah besar dengan dirahasiakannya, yaitu:
⑴ Dalam rangka untuk memperbanyak kebaikan kaum Muslimin, karena orang yang mereka mencari malam Lailatul Qadr dan tidak tahu kapan Jatuhnya maka dia akan bersungguh-sungguh tiap malam berusaha untuk serius dan menghidupkan malam tersebut.
⑵ Sebagai bentuk ujian, siapa diantara para hamba yang benar-benar bersungguh-sungguh mencari Lailatul Qadr dan siapa yang pemalas.
Bagaimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menghidupkan khususnya 10 malam terakhir Ramadhān yang didalamnya terdapat Lailatul Qadr?
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā, sesungguhnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
كان إذا دخل العشر الأواخر أحيا الليل وأيقظ أهله وشد المئزر . (ولأحمد ومسلم) كان يجتهد في العشر الأواخر مالا يجتهد في غيرها.
“Apabila memasuki sepuluh malam akhir, biasanya beliau (Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam) menghidupkan malam, membangunkan keluarganya serta mengencangkan kainnya (meninggalkan jima' dan semangat beribadah)." Dalam riwayat Ahmad dan Muslim: “Beliau bersungguh-sungguh pada sepuluh malam akhir tidak seperti malam selainnya.”
Nabi sudah bersungguh-sungguh pada malam bulan Ramadhān, akan tetapi kesungguhan Beliau pada 10 malam terakhir lebih besar lagi.
Dan bagaimana jika seorang wanita dia haidh, apakah dia bisa mencari kebaikan malam Lailatul Qadr?
Para ulama menjelaskan bisa. Dia memperbanyak dzikir, do'a, wirid dan sebagian ulama membolehkan membaca Al-Qurān akan tetapi tanpa menyentuh mushaf, bisa dengan hafalannya atau bisa membaca Al-Qurān tanpa menyentuh mushaf.
Mudah-mudahan Allāh memudahkan kita dan memberikan taufiq untuk mendapatkan malam yang lebih baik dari 1000 bulan yang apabila seseorang diharamkan mendalatkan malam ini maka dia sungguh celaka dan rugi besar.
مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
"Barangsiapa yang terhalangi (untuk mendapatkan) kebaikan malam itu maka sungguh dia telah dihalangi (dari keutamaan yang agung)."
(HR Ahmad (2/385), an-Nâsa’i (no. 2106) dan lain-lain, dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albâni dalam kitab “Tamâmul Minnah, hlm. 395)
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan taufiq kepada kita untuk meringankan untuk menghidupkan malam-malam dalam rangka untuk mendapatkan kebaikan malam Lailatul Qadr.
Dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberkahi umur-umur kita sehingga umur berbarakah yang penuh keta'atan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Materi Tematik Ramadhān
BimbinganIslam.com
Oleh Ust. Afifi 'Abdul Wadūd hafizhahullāh
Sumber: http://yufid.tv/?s=Lailatul+qadr+afifi