1.
Jenghis Khan
Jenghis Khan (bahasa Mongolia: Чингис
Хаан), juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan,
Changaiz Khan, dll, nama asalnya Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen,
(sek. 1162 – 18 Agustus 1227) adalah khan Mongol dan ketua militer yang
menyatukan bangsa Mongolia dan kemudian mendirikan Kekaisaran Mongolia dengan
menaklukkan sebagian besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok (Dinasti
Jin), Xia Barat, Asia Tengah, Persia, dan Mongolia. Penggantinya akan meluaskan
penguasaan Mongolia menjadi kekaisaran terluas dalam sejarah manusia. Dia
merupakan kakek Kubilai Khan, pemerintah Tiongkok bagi Dinasti Yuan di China.
Sejarah
mencatat invasi yang dipimpin oleh Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu
tentara terpilih ke kerajaan Khawarizmi yang pada waktu itu menguasai seluruh
wilayah Timur Tengah diawali dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta
mereka dirampas oleh panglima Khawarizmi yang serakah. Keserakahan itu membawa
bencana bagi bangsanya. Jenghis Khan berhasil menawan dan menghukum mati
panglima tersebut dengan cara menuangkan logam panas ke matanya. Kerajaan
Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah Jenghis Khan
bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh. Populasi rakyat Timur Tengah
berkurang hingga 10%, dan wilayah Mongolia pun bertambah luas sampai kebagian
barat benua Asia.
Pada
saat Jenghis Khan mundur kembali ke Mongolia, ia sempat memerintahkan dua
jendral terbaiknya, Jebe dan Subotai Baatur untuk menyelidiki daerah barat dan
membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Russia. Jebe dan Subotai pernah menginjak
daratan Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan menghancurkan
pasukan Salib yang hendak menyerang wilayah Arab. Sumber konfrontasi itu
diperkirakan terjadi karena pasukan Salib dari Eropa mengira pasukan Mongol
adalah pasukan Arab.
Wilayah Kekuasaan Jenghis Khan
2. Umar Bin Khattab
Selama
pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia
(yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir,
Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Sejarah
mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada
pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu
pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri
kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam
jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih
besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada
pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan
pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam
Farrukhzad.
Pada
tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam
akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota
oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the
Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan
gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar
melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat
kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang
baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh
wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan
merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga
memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal dari gaya hidupnya yang
sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di
zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun
ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam
hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Ekspansi Islam Hingga Kekhalifaan Umar Bin
Khattab
2. Alexander The Great
Alexander The Great, walaupun hanya
memerintah selama 13 tahun, semasa kepemimpinannya ia mampu membangun sebuah
imperium yang lebih besar dari setiap imperium yang pernah ada sebelumnya. Pada
saat ia meninggal, luas wilayah yang diperintah Alexander berukuran 50 kali
lebih besar daripada yang diwariskan kepadanya serta mencakup tiga benua
(Eropa, Afrika, dan Asia).
Penyatuan
wilayah dari makedonia hingga persia oleh Alexander Agung menyebabkan
terbetuknya perpaduaan kebudayaan Yunani, Mediterrrania, Mesir, dan Persia yang
disebut dengan kebudayaan Hellenisme. Pengaruh Hellenisme ini bahkan sampai ke
India dan Cina. Khusus di Cina, pengaruh kebudayaan ini dapat ditelusuri di
antaranya dengan artefak yang ditemukan di Tunhuang.
Alexander
selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai
berdasarkan namanya, seperti Alexandria atau Alexandropolis. Salah satu dari
kota bernama Alexandria yang berada di Mesir, kelak menjadi terkenal karena
perpustakaannya yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta
berkembang menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu.
Gelar
The Great atau Agung di belakang namanya diberikan karena kehebatannya sebagai
seorang raja dan pemimpin perang lain serta keberhasilanya menaklukkan wilayah
yang sangat luas hanya dalam waktu 10 tahun.
Wilayah Kekuasaan Alexander The Great
3. Salahuddin Al Ayubi
Shalahuddin Al-Ayyubi
berasal dari bangsa Kurdi . Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin
Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan
pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun
532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik
ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk
kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon
tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi
gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah Nuruddin Mahmud. Selama
di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik
perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan
pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun,
dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi
seorang wazir (konselor).
Di
sana, dia mewarisi peranan sulit mempertahankan Mesir melawan penyerbuan dari
Kerajaan Latin Jerusalem di bawah pimpinan Amalrik I. Posisi ia awalnya
menegangkan. Tidak ada seorangpun menyangka dia bisa bertahan lama di Mesir
yang pada saat itu banyak mengalami perubahan pemerintahan di beberapa tahun
belakangan oleh karena silsilah panjang anak khalifah mendapat perlawanan dari
wazirnya. Sebagai pemimpin dari prajurit asing Syria, dia juga tidak memiliki
kontrol dari Prajurit Shiah Mesir, yang dipimpin oleh seseorang yang tidak
diketahui atau seorang Khalifah yang lemah bernama Al-Adid. Ketika sang
Khalifah meninggal bulan September 1171, Saladin mendapat pengumuman Imam
dengan nama Al-Mustadi, kaum Sunni, dan yang paling penting, Abbasid Khalifah
di Baghdad, ketika upacara sebelum Salat Jumat, dan kekuatan kewenangan dengan
mudah memecat garis keturunan lama. Sekarang Saladin menguasai Mesir, tapi
secara resmi bertindak sebagai wakil dari Nuruddin, yang sesuai dengan adat
kebiasaan mengenal Khalifah dari Abbasid. Saladin merevitalisasi perekonomian
Mesir, mengorganisir ulang kekuatan militer, dan mengikuti nasihat ayahnya,
menghindari konflik apapun dengan Nuruddin, tuannya yang resmi, sesudah dia
menjadi pemimpin asli Mesir. Dia menunggu sampai kematian Nuruddin sebelum
memulai beberapa tindakan militer yang serius: Pertama melawan wilayah Muslim
yang lebih kecil, lalu mengarahkan mereka melawan para prajurit salib.
Dengan
kematian Nuruddin (1174) dia menerima gelar Sultan di Mesir. Disana dia
memproklamasikan kemerdekaan dari kaum Seljuk, dan dia terbukti sebagai penemu
dari dinasti Ayyubid dan mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir. Dia memperlebar
wilayah dia ke sebelah barat di maghreb, dan ketika paman dia pergi ke Nil
untuk mendamaikan beberapa pemberontakan dari bekas pendukung Fatimid, dia lalu
melanjutkan ke Laut Merah untuk menaklukan Yaman. Dia juga disebut Waliullah
yang artinya teman Allah bagi kaum muslim Sunni.
Aun
559-564 H/ 1164-1168 M. Sejak itu Asaduddin, pamannya diangkat menjadi Perdana
Menteri Khilafah Fathimiyah. Setelah pamnnya meninggal, jabatan Perdana Menteri
dipercayakan Khalifah kepada Shalahuddin Al-Ayyubi.
Shalahuddin
Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib dan pasukan Romawi
Bizantium yang melancarkan Perang Salib kedua terhadap Mesir. Sultan Nuruddin
memerintahkan Shalahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khilafah Fathimiyah
dan mengembalikan kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad mulai tahun 567 H/1171 M
(September). Setelah Khalifah Al-’Adid, khalifah Fathimiyah terakhir meninggal
maka kekuasaan sepenuhnya di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Sultan Nuruddin
meninggal tahun 659 H/1174 M, Damaskus diserahkan kepada puteranya yang masih
kecil Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali. Dibawah seorang wali terjadi
perebutan kekuasaan diantara putera-putera Nuruddin dan wilayah kekuasaan
Nurruddin menjadi terpecah-pecah. Shalahuddin Al-Ayyubi pergi ke Damaskus untuk
membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang
tidak menginginkan persatuan. Akhirnya Shalahuddin Al-Ayyubi melawannya dan
menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176
M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul, Irak bagian utara.
Wilayah
kekuasaan Salahuddin Al Ayyubi
4. Richard Lion Heart
Richard
I (6 September 1157 – 6 April 1199) adalah raja Inggris antara tahun 1189
sampai 1199. Ia sering juga dijuluki Richard si Hati Singa (Inggris: Lionheart,
Perancis: Cœur de Lion) karena keberaniannya. Ia adalah anak ketiga dari Henry
II dari Inggris, dan merebut tahta Inggris dari ayahnya dengan bekerja sama
dengan Phillip II dari Perancis pada tahun 1189. Richard I terkenal sebagai
salah satu tokoh dalam Perang Salib, di mana salah satu keberhasilannya dalam
perang tersebut adalah merebut Siprus untuk mendukung pasukan Perang Salib.
setelah sampai di Acre Richard kemudian merebut Kota Acre pada tahun 1191 dan
kemudian Richard mulai mengarahkan Pasukannya untuk menyerbu Yerusalem. Pasukan
Richard berjalan melalui garis pantai antara kota Acre dan Jaffa ketika
perjalanan menuju Kota Jaffa pasukan Richard dihadang pasukan Saladin dan
terjadilah pertempuran didekat kota Arsuf yang dimenangkan Richard dan memaksa
Saladin mundur ke Yerusalem untuk bertahan. Richard akhirnya memasuki kota
jaffa tanpa perlawanan karena kota sudah dibakar oleh Saladin.
5. Muhammad Al Fatih
Istanbul
atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu bandar
termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya
pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan
pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja
Bizantium yakni Costantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya
tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran
Bizantium. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali
memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam
seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada perang
Khandaq.
Para khalifah dan
pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Kostantinopel. Usaha pertama
dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ‘Anhu.
Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman
Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi
masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H.
Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan
oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk.
Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar
Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian
besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.
Awal
kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk.
Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai
Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sulthan Yildirim Bayazid saat dia
mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh
Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara
aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena
datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur
Lenk.
Selepas
Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat
jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah
mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha
menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota
itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam.
Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara
Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau,
Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.
Semenjak
kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan
Kostantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang
sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya
meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451
M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar
tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya.
Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ‘ulama terulung di zamannya.
Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma’il
Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah
menghantar beberapa orang ‘ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi
tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani
dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah
perintah gurunya.
Waktu
bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sulthan,
Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa
ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus
menghafal Al-Qur’an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Ak
Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki.
Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur’an, hadits, fiqih,
bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan
sebagainya.
Syeikh
Ak Samsettin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang
dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits
pembukaan Kostantinopel. Ketika naik takhta, Sultan Muhammad segera menemui
Syeikh Semsettin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel.
Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Persiapan pun dilakukan. Sulthan
berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid lantas diberikan latihan
intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
Setelah
proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di
kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M.
Di hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan
tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di
hadapan Allah Subhana Wa Ta’ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur’an
mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang pembukaan
kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala
tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah
Subhana Wa Ta’ala.
Sultan Muhammad Al-Fatih
pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir
“Allahu Akbar, Allahu Akbar!” terus membahana di angkasa Konstantinopel
seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad
Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah
Subhana Wa Ta’ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat
jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29
Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya
meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara
Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne
dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan
dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya
mengantarkan cita-cita mereka.
Wilayah Kekuasaan
Muhammad Al-Fatih (Mehmed II)
6. Napoleon Bonaparte
Ia
menjadi siswa di Akademi Militer Brienne tahun 1779 pada usia 10 tahun,
kecerdasannya membuat Napoleon lulus akademi di usia 15 tahun. Karier
militernya menanjak pesat setelah dia berhasil menumpas kerusuhan yang dimotori
kaum pendukung royalis dengan cara yang sangat mengejutkan: menembakkan meriam
di kota Paris dari atas menara. Peristiwa itu terjadi tahun 1795 saat Napoleon
berusia 26 tahun. Berbagai perang yang dimenangkannya diantaranya melawan
Austria dan Prusia.
Pada
masa kejayaannya, Napoleon Bonaparte menguasai hampir seluruh dataran Eropa
baik dengan diplomasi maupun peperangan. Diantaranya adalah Belanda dengan
diangkatnya adiknya Louis Napoleon,Spanyol dengan diangkatnya Joseph Napoleon,
Swedia dengan diangkatnya Jenderal Bernadotte sebagai raja yang kemudian
melakukan pengkhianatan, sebagian besar wilayah Italia yang direbut dari
Austria dan Polandia dengan diangkatnya Joseph Poniatowski sebagai wali negara
Polandia.
Namun
tidak semua peperangan di Eropa dimenangkannya. Kegagalannya menghadapi
gerilyawan di Spanyol. Kekalahan pada pertempuran laut di Trafalgar antara
armada Perancis-Spanyol yang dipimpin oleh Admiral Villeneuve dengan armada
Britania Raya yang dipimpin oleh Laksamana Nelson meskipun Nelson gugur dalam
pertempuran ini (terkena tembakan sniper Perancis). Kegagalan dalam kampanye di
Mesir yang akibatnya berhadapan dengan kekuatan Britania, Mesir dan Turki.
Kegagalan dalam menyerang Rusia karena ketangguhan dan kecerdikan strategi
Jendral Kotusov dan Tsar Aleksandr I dalam menghadapi pasukan Perancis dengan
memanfaatkan musim dingin Rusia yang dikenal mematikan serta pengkhianatan Raja
Swedia Jendral Bernadotte. Strategi Rusia dalam hal ini adalah membakar kota
Moskwa ketika Napoleon berhasil menaklukkan kota itu dan mengharapkan sumber
logistik baru. Kekalahan di Rusia diulangi lagi oleh Adolf Hitler dari Jerman
pada Perang Dunia II. Kekalahan yang mengakhiri kariernya sebagai Kaisar
Perancis setelah melarikan diri dari Pulau Elba dan memerintah kembali di
Perancis selama 100 hari adalah kekalahan di Waterloo ketika berhadapan dengan
kekuatan Inggris yang dipimpin Duke of Wellington, Belanda oleh Pangeran van
Oranje dan Prusia yang dipimpin oleh General Blücher serta persenjataan baru
hasil temuan Jendral Shrapnel dari Inggris, yang mengakibatkan dia dibuang ke
Pulau Saint Helena sampai wafatnya.
Wilayah Kekuasaan
Napoleon Bonaparte
7. Julius Caesar
Dapat
dikatakan nama Julius Caesar sudah sangat dikenal di berbagai pelosok dunia.
Penguasa Republik Romawi (100 SM – 44 SM) ini adalah salah satu figur besar
dunia yang sangat berpengaruh pada peradaban manusia. Namun tentunya tidak
banyak yang tahu secara terperinci riwayat hidup Caesar ini, kecuali mungkin
sejarahwan atau penggemar sejarah.
Dilahirkan
pada 100 sebelum Masehi, Gaius Julius Caesar begitu mahir dalam orasi, politik
dan militer sehingga tidak heran jika sejak muda kariernya melejit. Namun musuhnya
makin bertambah karena banyak orang merasa terancam oleh kecemerlangannya.
Caesar akhirnya terpaksa meninggalkan kota Roma ketika diktator Romawi Lucius
Sulla mengancam mengeksekusinya.
Caesar
pun terjun ke medan perang dan mampu menunjukkan keberanian dan kejeniusan
dalam strategi perang sehingga ia akhirnya dipulihkan status
kewarganegaraannya. Kemudian
Caesar memusatkan kariernya di dunia politik dan militer. Ia membawa agenda
populis yang menentang korupsi kaum aristokrat yang mendominasi politik Roamwi
saat itu. Kemenangan demi kemenangan baik di politik maupun militer membuatnya
ia menjadi penguasa baru Romawi yang presistenya sukar ditandingi penguasa
Romawi manapun.
Julius
Caesar bertarung dan memenangkan sebuah perang saudara yang menjadikannya
penguasa terhebat dunia Romawi, dan memulai reformasi besar-besaran terhadap
masyarakat dan pemerintah Romawi. Dia menjadi diktator seumur hidup, dan
memusatkan pemerintahan yang makin melemah dalam republik tersebut.
Caesar
meninggal dunia pada 15 Maret 44 SM akibat ditusuk hingga mati oleh Marcus
Junius Brutus dan beberapa senator Romawi. Aksi pembunuhan terhadapnya pada
hari Idi Maret tersebut menjadi pemicu perang saudara kedua yang menjadi akhir
Republik Romawi dan awal Kekaisaran Romawi di bawah kekuasaan cucu lelaki dan
putra angkatnya, Kaisar Augustus.
Peta
Peperangan Julius Caesar
8. Qin Shi Huang (Ti)
Qin
Shi Huang (Hanzi: 秦始皇)
(November atau Desember 260 SM – 10 September 210 SM), dilahirkan dengan nama
Ying Zheng (贏政), juga dipanggil Shi Huang Di yang artinya adalah
Kaisar Pertama, adalah raja dari Negara Qin dari 247 SM sampai 221 SM, setelah
mempersatukan Tiongkok dengan menaklukkan 6 negara lainnya, ia kemudian
mendirikan Dinasti Qin dan mengangkat diri menjadi kaisar dari Tiongkok yang
bersatu – dari 221 SM hingga 210 SM – bertakhta dengan sebutan Kaisar Pertama.
Setelah menyatukan Tiongkok, dia dan
perdana menterinya Li Si menciptakan berbagai perubahan yang ditujukan untuk
memperkuat persatuan, dan mereka menjalankan banyak reformasi dalam
pemerintahan, menyatukan tulisan baku, alat ukur standar dan juga meneruskan
pembangunan Tembok Besar yang sudah ada sejak Zaman Negara-negara Berperang.
Walaupun dengan kekuasaan tangan besi, Qin Shi Huang masih dianggap oleh sejarah
Tiongkok hingga sekarang sebagai pendiri Tiongkok masa lalu. Persatuan bangsa
Tiongkok telah berlangsung lebih dari dua ribu tahun.Qin
Shi Huang hanya membutuhkan 16 tahun sejak ia naik tahta menjadi Raja Qin
hingga ia mempersatukan China. Tentu, pendahulunya telah meletakkan pondasi
sebelumnya. Setelah
pemersatuan, Qin Shi Huang sering menjelajah kerajaan barunya, memeriksa
wilayah kekuasaannya. Dibangunnya jalan tol yang menuju ke berbagai wilayah di
China, yang memungkinkan cepatnya mobilisasi angkatan bersenjatanya. Jalan
lebar ini dikatakan sanggup menampung empat kereta kuda secara pararel. Ia
dibangun terbentang dari ibukota menuju ke wilayah-wilayah terpencil di
perbatasan kerajaannya.
Guna
menangkal gangguan dari suku nomad Xungnu di Utara, Qin Shi Huang memerintahkan
penyambungan Tembok Panjang sepanjang perbatasan Utara dari berbagai bekas
negara bertikai. Garis perbentengan sepanjang lebih dari 3.000 mil, yang
sekarang dikenal sebagai Tembok Besar China. Butuh 400.000 buruh muda selama
bertahun-tahun untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Sejak itu Tembok Besar diperkuat
lebih lanjut oleh generasi selanjutnya dan sekarang lebih tinggi dan kokoh
dibandingkan jaman Qin Shi Huang.
Tembok
Besar Cina
Qin
Shi Huang terus menyokong para intelektual dan menciptakan posisi doktor resmi
bagi mereka. Posisi doktor ini adalah gelaran dan tidak mengemban kekuasaan dan
tanggung jawab. Walaupun begitu, menandakan prestasi intelektual mereka, dan
setara dengan tingkat PhD modern. Setiap kali ada kekosongan di pemerintahan,
para intelektual doktor ini berkemungkinan mengisi posisi itu.
Intelektual
ini datang dari berbagai berbagai sekolah yang dikenal sebagai 100 Sekolah,
termasuk Taoisme dan Konfusianisme. Beberapa penyihir laki-laki yang mengklaim
bahwa mereka dapat menemukan dewa atau mencari resep untuk keabadian. Tidak
jarang bahwa para intelektual akan membahas atau bahkan bersengketa atas
isu-isu sosial dan politik. Ketika diskusi atau sengketa bertabrakan dengan
kebijakan yang ada, Qin Shi Huang akan ‘mendiamkan’ mereka. Beberapa
intelektual doktor akan terus mengkritik kebijakan kontemporer dan urusan
politik, yang hanya akan mengakibatkan perintah lebih keras dari Qin Shi Huang.
Pada
tahun 213 SM, Qin Shi Huang mengeluarkan perintah untuk mengubur hidup-hidup
460 intelektual doktor. Dia juga memerintahkan penghancuran semua arsip sejarah
negara sebelumnya, menyembunyikan karya 100 Sekolah, termasuk sekolah
Konfusianisme, dan buku-buku lain dengan pengecualian Arsip Sejarah Qin,
buku-buku tentang obat-obatan, meramal, pertanian, salinan Puisi klasik Doktor
Nasional dan Sejarah klasik. Dekrit juga dikeluarkan untuk melarang diskusi
puisi klasik dan Sejarah klasik untuk menyingkirkan kemungkinan refleksi
politik kontemporer melalui diskusi tidak langsung dari peristiwa sejarah. Para
pelanggar akan dihukum maksimal sesuai hukum, termasuk dihukum mati.
Kertas
belum ditemukan saat itu dan semua buku yang ditulis pada potongan bambu, diikat
dengan tali tipis. Pendidikan tidak luas pada waktu itu dan intelektual
berpendidikan tinggi sedikit jumlahnya. Akibatnya, pembakaran buku bambu dan
penguburan para intelektual dicatat dalam sejarah sebagai gambaran tentang
pemerintahan Qin Shi Huang.
Inovasi politik setelah
penyatuan China oleh Qin Shi Huang menjadi standar model kekuasaan kerajaan
bagi generasi berikutnya selama lebih dari 2.000 tahun di China. Bahkan saat
ini di China, orang masih melihat warisan Qin dalam Kabinet dan pengaturan di
pemerintahan kabupaten. Sayangnya, pembakaran buku-buku dan penguburan para
intelektual juga dijalankan, dalam bentuk modern, dalam zaman Internet ini.
Beberapa
sinologis berpendapat bahwa sebagian besar intelektual yang dikubur Qin Shi
Huang adalah penyihir laki-laki, yang mengaku mereka bisa membuat kaisar
berhubungan dengan dewa dan membantunya menemukan resep untuk kehidupan abadi.
Arsip sejarah mencatat bahwa empat penyihir seperti itu menghabiskan jumlah
uang yang terlalu besar dalam mencari dewa dan kehidupan kekal untuk kaisar.
Mereka tidak kembali karena gagal memenuhi janji-janji mereka. Marah oleh
kebohongan terang-terangan ini, Qin Shi Huang memerintahkan penguburan
hidup-hidup semua penyihir, yang mencapai lebih dari 400.
Salah
satu dari empat penyihir yang lolos bernama Xu Fu. Xu memimpin 3.000 anak
laki-laki dan perempuan dan berbagai teknologi dan artefak China untuk berlayar
ke timur untuk mencari dewa, tapi ia tidak pernah kembali. Menurut catatan di
China dan Jepang, Xu tiba di Jepang. Teknologi pertanian dan lainnya yang
dibawanya membantu mengakhiri Zaman Batu dan mengantar fase peradaban baru di
Jepang.
Dalam
dongeng rakyat China kuno, orang-orang mengaitkan Qin Shi Huang sebagai tirani
kejam. Para kaisar disarankan oleh para intelektual untuk tidak mencontohnya,
meskipun saran ini tidak diperhatikan. Pada saat yang sama, sejumlah
intelektual telah mendapatkan pemahaman rasional tentang peran Qin Shi Huang
dalam sejarah. Bagaimanapun, kekuasaan kekaisaran tak terbatas, Sembilan Kabinet
dan sistem Kabupaten yang diciptakannya dan wilayah taklukan yang besar tak
tertandingi berdampak pada pemimpin China generasi selanjutnya yang
menggantikannya.
Pekerjaan
konstruksi besar, termasuk Tembok Besar China dan Istana Epang yang mewah dan kampanye
militer terhadap suku nomad Xungnu di Utara dan leluhur Vietnam di Selatan saat
ini, telah menyebabkan Dinasti Qin bangkrut. Orang-orang, yang hidup dalam
kemiskinan, juga mengeluhkan tentang aturan keras hukum Qin. Hanya tiga tahun
setelah kematian Qin Shi Huang, Dinasti Qin, yang keempat dalam sejarah China,
runtuh karena pemberontakan petani di seluruh kekaisaran.
Pada 210 SM, Qin Shi
Huang sakit sewaktu memeriksa negara. Ia meninggal, sewaktu dipulangkan ke
ibukota, pada usai 49.
Peta Dinasti Qin Shi
Huang (Ti)
9. Karel Agung (Charlemagne)
Karel
yang Agung atau Karel Agung (Perancis: Charlemagne; bahasa Latin: Carolus
Magnus atau Karolus Magnus; bahasa Jerman: Karl der Große; bahasa Inggris:
Charles the Great, bahasa Italia: Carlo Magno) (742 atau 747 – 28 Januari 814),
adalah raja kaum Frank dari 768 sampai 814 dan kaum Lombard dari 774 sampai
814. Ia dinobatkan sebagai Imperator Augustus di Roma pada hari natal tahun 800
oleh Paus Leo III, dan karenanya dianggap merupakan pendiri Kekaisaran Romawi
Suci (dengan gelar Karel I). Melalui penaklukan dan pertahanan, ia mengukuhkan
dan mengembangkan kekuasaannya hingga meliputi sebagian besar Eropa Barat. Ia
sering dianggap merupakan bapak pendiri Perancis dan Jerman, bahkan kadang
sebagai Bapak pendiri Eropa. Ia adalah kaisar pertama di Barat sejak runtuhnya
Kekaisaran Romawi.
Karel
Agung, yang adalah cucu dari Karel Martel, pahlawan penyelamat Eropa,
mengakhiri era bangsa barbar di Eropa dengan menjadi pemerintah pertama yang
diakui oleh Paus dan dibaptis menjadi Kristen sejak zaman raja barbar Odoaker.
Bangsa-bangsa di Eropa yang sejak kejatuhan kekaisaran Romawi tidak memiliki
pemerintahan Kristen dan jatuh ke tangan bangsa-bangsa barbar dari Eropa Utara,
sekarang disatukan kembali di bawah pemerintahan Karel Agung. Dengan adanya
persatuan maka peperangan pun menjadi jarang dan rakyat di bawah pemerintahan
Karel I dapat memfokuskan diri kepada hal-hal yang lain seperti pendidikan,
kebudayaan, agama, dan keuangan. Negara-negara Arab yang selama Abad
Pertengahan mengalami kemajuan yang pesat, perlahan-lahan mulai tertinggal dari
bangsa Eropa yang mulai disusun ulang berdasarkan ajaran kekristenan. Kemajuan
ini hingga sekarang masih tampak jelas.
Pada
tahun 771, ketika Karel Agung naik takhta, ia memulai dengan penaklukan selama
tiga dekade. Ia mendorong perbatasan kerajaannya ke arah timur dan akhirnya ia
menguasai Burgundy, sebagian besar Italia, Alamania, Bavaria dan Thurginia. Di
utara ia menguasai Saxony dan Frisia. Di sebelah timur kedua daerah tersebut,
ia menciptakan daerah-daerah dengan organisasi militer khusus yang disebut
marches. Daerah-daerah itu terbentang dari Laut Baltik sampai ke Adriatik.
Untuk pertama kali, sebagian besar Eropa menikmati kepemimpinan yang stabil.
Sampai
pada hari Natal tahun 800, Karel Agung memegang gelar raja kaum Frank. Pada
hari suci itu, Paus Leo II menobatkan dia sebagai kaisar kekaisaran Romawi
Suci, dan sekali lagi tampaknya Eropa Barat mempunyai seorang kaisar yang
mengikuti jejak Konstantin yang Agung.
Meskipun
Karel Agung sedikit saja terpelajar, di bawah pemerintahannya yang damai
terwujud kebangkitan seni dan ilmu yang dikenal sebagai Renaisans Karoling atau
Kebangkitan Karolingia. Kaisar tersebut mensponsori sebuah sekolah istana di
ibu kota kekaisaran, Aachen. Alcuin, seorang terpelajar Anglo-Saxon menjadi
guru di sana; ia menasihati murid-muridnya: “Waktu berjalan seperti air yang
mengalir. Jangan sia-siakan hari-hari belajar dengan bermalas-malasan!” Alcuin
menulis buku teks tentang tata bahasa, ejaan, retorika dan logika. Ia juga
menulis ulasan-ulasan Injil, dan berpihak pada paham ortodoks dalam berbagai
perdebatan teologi.
Kebangkitan
Karolingia berhasil memelihara banyak tulisan dunia kuno. Karena para biarawan
membuat salinan-salinan karya Latin kuno – beberapa di antaranya terhias dengan
cantik – biara-biara pun menjadi “bank kebudayaan”. Dalam banyak hal, tanpa
jerih-payah para biarawan ini, karya-karya kuno mungkin sudah hilang dari
jangkauan kita.
Pada
masa kekacauan dan peperangan, pemerintahan Karel Agung memberi stabilitas
politik dan kebudayaan. Dia menjamin bahwa Barat akan memelihara pusaka kuno
ini, bahwa kekristenan akan tersebar di kekaisarannya, dan bahwa biara akan
mengajar elemen dasar keyakinan itu sendiri. Ia juga memberi Paus
perlindungannya.
Ketika
Karel Agung wafat pada tahun 814, kekaisarannya sedikit demi sedikit mulai
pecah, terbagi-bagi di antara tiga orang putranya, dan perlahan-lahan Paus pun
meraup kekuasaan. Kerajaan Karel Agung terbagi menjadi tiga setelah ia mati,
seorang cucunya mendapatkan bagian barat kekaisaran yang menjadi cikal-bakal
kerajaan Perancis, cucunya yang lain mendapat bagian timur yang menjadi
cikal-bakal kekaisaran Jerman, dan daerah di antara kedua bagian itu diberikan
pada cucunya yang seorang lagi.
Peta Wilayah kekuasaan
Charlemagne
10. Attila The Hun
Attila
sang Hun (bahasa Islandia Atle, Atli; bahasa Jerman Etzel; sekitar 406–453)
adalah raja Hun terakhir dan paling berkuasa di Eropa. Dia memerintah
kekaisaran terbesar di Eropa masa itu, sejak tahun 434 Masehi hingga
kematiannya. Kekaisarannya membentang dari Eropa Tengah ke Laut Hitam dan dari
Sungai Danube ke Laut Baltik.
Semasa
pemerintahannya dia merupakan musuh terbesar bagi Kekaisaran Romawi Timur dan
Barat: dia menyerang Balkan sebanyak dua kali dan mengepung Konstantinopel
dalam penyerangan kedua. Dia bergerak melalui Prancis hingga Orleans sebelum
dipukul mundur dalam Pertempuran Chalons; dan dia mengusir maharaja barat
Valentinian III dari ibukotanya di Ravenna pada tahun 452 Masehi.
Walaupun
kekaisarannya terkubur dengan kematiannya, dan dia tidak meninggalkan warisan
apa pun, dia menjadi legenda dalam sejarah Eropa. Di kebanyakan Eropa Barat,
dia diperingati sebagai lambang (epitome) kerakusan dan kekejaman. Beberapa
sejarawan menonjolkannya sebagai raja agung yang bangsawan, dan dia memainkan
peranan penting sebagai salah satu dalam tiga Bangsawan Skandinavia.
Suku
Huns Eropa kemungkinan berkembang dari Xiongnu (Xiōngnú), (匈奴)
ke arah barat, kumpulan dari proto-Mongolian atau proto-Turki kaum pengembara
dari timur laut Tiongkok dan Asia Tengah. Mereka memiliki banyak tentara dan
berhasil menumpaskan musuh mereka (kebanyakan bertamadun dan mempunyai
kebudayaan tinggi) melalui kesediaan untuk bertempur, kemampuan bergerak cepat
yang mengagumkan, dan memiliki senjata seperti busar Hun.
Kekaisaran
Hun meliputi padang-padang rumput Asia Tengah sampai ke Jerman selarang ini,
dan dari sungai Danube sampai Laut Baltik. Menjelang 432, Bangsa Hun bersatu di
bawah were Rua. Pada tahun 434 Rua meninggal, meninggalkan anak saudaranya
Attila dan Bleda, anak kepada saudara lelakinya Mundzuk, mengawal persekutuan
suku-kaum Hun. Pada ketika penabalan mereka, kaum Huns sedang berunding dengan
wakil Theodosius II mengenai pemulangan beberapa kaum yang berpaling tadah yang
mencari perlindungan di Empire Byzantine.
Pada
tahun berikutnya, Attila dan Bleda bertemu dengan wakil imperial (imperial
legation) di Margus (masa kini Požarevac) dan kesemua mereka duduk di belakang
kuda menurut adat kaum Hun, berunding perjanjian yang berjaya: orang Rom
bersetuju untuk memulangkan kaum pelarian (yang merupakan bantuan diperlukan
bagi menentang Vandals), tetapi juga menganda hantaran 350 paun Rom (sekitar.
114.5 kg) emas dahulu, membuka pasar mereka kepada pedagang Hun, dan membayar
tebusan lapan siling solidus bagi setiap orang tahanan Rom yang ada pada puak
Huns. Puak Huns, berpuas hati dengan perjanjian tersebut, beredar dari empayar
dan bergerak ketengah benua, kemungkinannya untuk mengukuh dan mengemas empayar
mereka. Theodosius menggunakan peluang ini bagi mengukuhkan dinding
Constantinople, membina dinding laut bandar Constantinople yang pertama, dan
membina pertahanan sempadan sepanjang Danube.
Berpuas
hati buat seketika, raja-raja Hun mundur kependalaman kekaisaran mereka.
Menurut Jordanes (menurut Priscus), tidak lama pada masa damai selepas
mundurnya Hun dari daerah Byzantium (kemungkinannya sekitar 445), Bleda
mmeninggal diketahui dibunuh oleh Attila, dan Attila menduduki takhta seorang
diri.Terdapat perdebatan dikalangan sejarawan mengenai apakah Attila membunuh
saudaranya, atau apakah Bleda meninggal disebabkan hal lain. Dalam kasus lain,
Attila sekarang merupakan ketua yang tidak diperdebatkan oleh suku Hun, dan
sekali lagi memberi perhatiannya kepada bagian Timur kekaisarannya.
Peta
Wilayah Kekuasaan Attila The Hun